Burung murai batu hampir selalu ditempatkan dalam kelas paling bergengsi pada setiap gelaran lomba burung berkicau. Jenis burung lain yang terkadang menempati kelas utama (tergentung EO dan kota di mana lomba digelar) antara lain kacer, anis merah, dan lovebird. Meski demikian, tidak selamanya murai batu yang berlaga di arena lomba bisa menampilkan performa terbaik untuk ukuran burung itu sendiri. Banyak kejadian “memalukan” mengenai perilaku burung pengicau terbaik di dunia ini ketika berlomba dan bertemu dengan musuh-musuhnya.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Saya sengaja menulis kata memalukan dalam tanda kutip, sebab perilaku buruk ini sebenarnya bukanlah kesalahan atau kemauan burung murai batu, melainkan kesalahan manusia yang memiliki atau merawat burung tersebut. Sedikitnya ada tujuh perilaku “memalukan” murai batu di arena lomba, yaitu:

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
  1. Burung tidak mau bunyi
  2. Ngebatman dan turun tangkringan
  3. Burung lebih sering mematung
  4. Hanya angkat kepala, lalu menunduk
  5. Terlihat galak, seperti mengejar musuh
  6. Kicauannya monoton
  7. Terlambat panas

Baiklah, kita bahas satu persatu perilaku itu, dan apa penyebabnya dan beberapa alternatif solusi untuk mengatasi problem tersebut.

1. Burung tidak mau bunyi

Sepanjang lomba berlangsung, saat sebagian besar musuhnya aktif bekerja, ia malah diam tak bersuara dan hanya meloncat-loncat saja. Kejadian ini biasanya dialami murai batu muda yang kondisi mentalnya masih labil, namun pemilik nekat membawanya ke arena lomba, atau karena dia sengaja ingin memberi pengalaman kepada burung menghadapi lomba.

Bisa juga burung tersebut mengalami demam panggung. Itu menunjukkan bahwa burung belum mampu beradaptasi sepenuhnya terhadap keramaian, ketika di lapangan banyak manusia, ketika di sekitarnya ada aktivitas orang-orang yang menggantang calon-calon musuhnya.

Demam panggung bisa dialami MB muda maupun dewasa yang belum benar-benar jinak. Sebab, seperti dituliskan di bagian bawah header omkicau.com, burung jinak adalah:

  • Burung yang sudah bersosialisasi dengan lingkungan manusia.
  • Burung yang tidak takut dengan makhluk di lingkungan sekitarnya.
  • Burung yang secara mental tidak merasa tertekan oleh kondisi apapun.

Selama burung belum jinak, selama itu pula dia bebas berkicau apalagi gacor. Akibatnya, ketika berada di arena lomba, murai batu yang di rumah sebenarnya gacor, mendadak bisa macet bunyi.

Kalau niatnya memang ingin memberikan pengalaman baru kepada burung menghadapi situasi lomba (terutama burung muda), saya tidak bisa memberikan komentar apa-apa. Apalagi jika pemilik burung sejak awal sudah menyadari risiko itu.

Namun, alangkah lebih baik kalau kita memastikan dulu bahwa burung benar-benar jinak, melalui aneka pelatihan atau terapi di rumah, sebelum menerjunkannya ke arena lomba. Ingat, dalam diri burung juga ada memori yang merekam semua kejadian menyenangkan dan tidak menyenangkan.

Hal ini bukan hanya terjadi pada burung tipe petarung, tetapi juga dijumpai pada beberapa unggas lain seperti ayam, khususnya ayam jantan. Coba perhatikan ayam jantan yang kalah dari jago lainnya. Ketika bertemu dengan lawan yang pernah mengalahkannya, ia pasti akan lari, kecuali jika memisahkan kedua ayam itu dalam jangka waktu lama untuk membuang semua memori menyakitkan itu.

Jadi, ketika murai batu tiba-tiba mogok bunyi di arena lomba, okelah itu menjadi pengalaman berharga. Tetapi, sesampai di rumah, segera ubah niat untuk kembali melombakannya. Jadikan progam penjinakan sebagai prioritas utama. Setelah burung dapat bersosialisasi baik dengan manusia dan lingkungan di sekitarnya, barulah diterjunkan kembali ke arena lomba.

Bagaimana cara menjinakkan burung, serta mengatasi demam panggung, silakan baca kembali artikel berikut ini:

2. Ngebatman dan turun tangkringan

Dalam beberapa kasus, ada juga murai batu yang tidak bunyi di arena lomba, namun hanya ngebatman, lalu turun dari tangkringan dan diam terus sepanjang lomba. Hal ini menunjukkan burung dalam kondisi tidak fit saat dibawa ke arena lomba, dan mempengaruhi kondisi mentalnya.

Ketika kondisi murai batu tidak fit, dia cenderung membuka kedua sayapnya lebar-lebar ketika melihat musuh-musuh di sekelilingnya, seperti mengabarkan bahwa ia sedang tak bergairah. Makanya, ia kerap turun tangkringan seperti menyerah sebelum bertanding, dan diam terus sepanjang lomba.

Kemungkinan lain adalah burung dalam kondisi over birahi (OB), akibat penggenjotan ekstra fooding secara berlebihan menjelang lomba dan tidak sesuai dengan karakter burung. Murai batu yang mengalami OB bisa menampilkan beragam ekspresi, mulai dari ngebatman, ngejeruji, hingga mengeluarkan gaya merayu.

Solusi untuk masalah ini sangat tergantung dari faktor penyebabnya, dan Anda selaku pemilik tentu bisa memprediksinya. Misalnya, apakah burung terlalu sering dilombakan, sehingga nyaris tidak pernah rehat di akhir pekan. Apalagi jika lomba yang diikutinya di luar kota, sehingga menguras energi selama dalam perjalanan.

Kalau Anda merasa memberikan ekstra fooding terlalu berlebihan, hanya karena mendengar / membaca pengalaman pelomba yang burungnya kerap juara, sebaiknya turunkan porsi pemberian EF jelang lomba. Sebab setelan EF untuk burung yang satu dan burung yang lain tidak selalu harus sama. Juga biasakan memandikan burung sebelum dibawa ke lomba, untuk mencegah kemungkinan OB.

Perlu diingat, tidak selalu murai batu yang ngebatman di arena lomba tidak mampu bersuara. Sebab ada juga murai batu yang benar-benar jinak yang kerap ngebatman, termasuk saat berlomba. Tipe seperti ini tetap akan bersuara lantang, terutama begitu mendengar musuhnya buka suara.

3. Burung lebih sering mematung

Ada juga lho perilaku “memalukan” murai batu saat tampil di arena lomba, di depan musuh-musuhnya, di depan puluhan hingga ratusan manusia di sekelilingnya. Penyebabnya masih terkait dengan kondisi mental, yaitu mudah drop ketika melihat sesama murai batu yang bertipe menekan.

Padahal, di setiap gelaran lomba, pasti ada murai batu dengan tipikal menekan, yang selalu mendahului bersuara ketika musuhnya baru memperlihatkan gerakan atau tanda-tanda mau nampil. MB yang sudah drop mentalnya, biasanya seperti depresi yang dimunculkan dalam bentuk lebih sering diam atau hanya berdiri mematung di atas tangkringan.

Jika kondisi ini sering dialami murai batu kesayangan Anda, baik di dalam lomba maupun sekadar ditrek dengan sesama MB milik teman, ada beberapa solusi yang bisa membantu mengatasi problem tersebut. Pertama, biasakan ditrek dengan 1-2 ekor MB lain. Kebiasaan ngetrek sangat baik untuk melatih mental burung. Bahkan MB jawara seperti Natalia pun kerap ditrek dengan burung lain. Berikut ini beberapa video MB yang ditrek dengan sesama MB.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

  • Video Natalia saat ditrek dengan Lonceng