Penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND) hingga kini masih menjadi momok bagi peternak ayam dan penangkar burung. Penyakit ini kerap menyerang pada ayam (ayam kampung, ayam bangkok, ayam ras petelur, dan ayam ras pedaging). Beberapa penangkar burung murai batu juga sempat panik akibat banyak burung induk dan anakan yang mati. Om Tony Alamsyah, penangkar MB di Cilacap, bahkan menganggap penyakit tetelo menjadi siklus dua tahunan, dan hampir selalu terjadi di tahun genap. Entah benar atau tidak, faktanya tahun lalu (2012) penyakit ini juga menyebabkan ribuan ayam bangkok di sejumlah daerah mati.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebenarnya serangan tetelo pada ayam maupun burung tidak mengenal siklus tahunan, dua tahunan, lima tahunan, dan sebagainya. Yang pasti, penyakit ini lebih sering terjadi pada saat pancaroba, atau peralihan musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan (Oktober-November) maupun dari musim hujan ke musim kemarau (April-Mei).
Mengenai pengalaman Om Tony, bahwa tahun genap serangan tetelo cenderung marak, saya belum mampu menganalisisnya lebih jauh. Kalau dikatakan faktor kebetulan, faktanya kasus yang dialaminya selalu terjadi di tahun genap.
Bahkan kepada rekan-rekan penangkar MB, Om Tony dengan gaya sanepa (nasihat secara tersirat) sudah mengingatkan agar jangan membangun atau menambah kandang baru. Konteksnya bukan tak ingin muncul pesaing, tetapi karena tidak berani mengatakan yang sebenarnya, khawatir dianggap takut bersaing. Dan, benar saja, para penangkar baru pun langsung kelimpungan karena ternak murainya langsung dihajar ND.
Virus ND
Ah, daripada berdebat, lebih baik kita mengenali gejala klinis, penularan, dan yang terpenting bagaimana cara mencegahnya. Perlu diingat, angka kematian unggas yang disebabkan penyakit ND mencapai 90-100 %. Artinya, sebagian besar unggas yang terserang akan mengalami kematian.
Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk penyakit ini. Satu-satunya tindakan yang bisa dilakukan adalah pencegahan, khususnya melalui vaksinasi ND.
Tetelo bisa menyerang pada ayam, burung, atau unggas lain yang berusia muda maupun dewasa. Virus ND termasuk dalam genus Rubulavirus, dari keluarga Paramyxiviridae. Kalau saya menyebut angka kematian mencapai 90-100%, berarti unggas yang terserang masih ada kemungkinan (meski sangat kecil) untuk hidup. Namun mereka tidak sembuh total, karena masih membawa (carier) virus tersebut. Jadi, lebih baik dimusnahkan.
Unggas-unggas terserang bisa selamat, karena tidak semua virus ND bersifat ganas. Secara umum ada 3 tingkatan keganasan virus ND, yaitu :
- Vilogenik (sangat ganas)
- Mesogenik (sedang)
- Lentogenik (ringan)
Tingkatan itu ditentukan berdasarkan rentang waktu antara awal serangan hingga kematian unggas. Selain ketiga tingkatan tersebut, ada juga virus ND avirulent yang tidak menimbulkan gejala apapun pada unggas, namun tiba-tiba saja langsung mati.
Gejala klinis
- Awalnya, unggas terlihat malas dan duduk melulu.
- Matanya sering mengeluarkan air.
- Pipi dan tenggorokan padat atau membengkak.
- Unggas selalu mengantuk.
- Dalam rongga mulut dan tekat terdapat lendir yang liat dan pekat, sehingga unggas susah bernafas atau nafasnya terengah-engah.
- Unggas sering bersin dan berdehem.
- Terkadang terjadi pembengkakan di bawah mata (sinusitis).
- Leher mulai merenggang, dan paruh sering terbuka (menganga).
- Pada ayam, jengger dan cuping telinga terkadang berwarna merah keunguan hingga lembayung tua.
Beberapa hari kemudian, tergantung tingkat keganasan virusnya, muncul gangguan saraf dengan gejala sayap terkulai, kaki mengejang, leher membengkok, kepala terlihat berputar-putar, lumpuh, dan akhirnya mati.
Khusus unggas dewasa, produksi telur akan menurun drastis dan akhirnya berhenti bertelur.
Penularan virus
Penularan virus ND bisa terjadi melalui kontak antara unggas sehat dengan unggas sakit, atau antara unggas sehat dan bangkai unggas yang terinfeksi ND. Ketika unggasbyang terinfeksi ND masih memiliki nafsu makan, kemudian paruhnya masuk ke wadah pakan atau air minum, maka pakan / air minum itu pun sudah terinfeksi virus ND.
Demikian juga ketika unggas terinfeksi mengusap paruhnya ke tenggeran, atau dinding kandang. Maka ketika unggas sehat menyentuh pakan, air minum, tenggeran, atau dinding kandang, penularan virus ND sangat mungkin terjadi.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kotoran unggas yang terinfeksi juga menjadi media penularan virus ND, baik diinjak langsung oleh unggas yang sehat maupun terbawa angin.
Melihat model penularan di atas, maka jika menjumpai seekor unggas dengan gejala seperti itu, singkirkan segera ke kandang karantina, atau kalau tega dibakar saja, karena tidak mungkin bisa disembuhkan. Jika terserang virus dengan tingkatan rendah pun, unggas yang diobati sebenarnya tidak sembuh total, karena masih bersifat carier atau pembawa virus ND yang tetap membahayakan unggas yang masih sehat.
Selain itu menjaga kebersihan kandang dan peralatan di dalamnya (wadah pakan / air minum, tenggeran, dll) harus menjadi budaya baru di kalangan peternak ayam, penangkar burung, maupun pemelihara unggas lainnya.
—