Hampir setahun terakhir ini, suasana di Pasar Burung (PB) Depok Solo agak kurang nyaman, karena bangunan utama sedang dibongkar untuk pembangunan pasar baru yang lebih luas dan nyaman. Para pedagang terpaksa menempati bangunan darurat di sepanjang jalan. Lalu lintas di Jalan Depok Sumber, Banjarsari, Solo, pun makin semerawut karena. Pertengahan Februari lalu, pembangunan pasar burung tahap pertama sudah rampung. Sebagian pedagang kini sudah menempati kios atau los yang menjadi hak mereka. Wah, banyak perubahan lho di PB Depok.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Semula pasar ini bernama Pasar Burung Depok. Kini, setelah direnovasi, berubah nama menjadi Taman Pasar Burung Depok. Kelasnya pun juga naik menjadi 1-A, atau sejajar dengan Pasar Klewer.
Menurut Ketua Ikatan Pedagang Burung Surakarta (IKPBS) Suwarjono, secara keseluruhan ada 290 tempat usaha di Taman PB Depok, yang terdiri atas 64 petak kios dan 226 los. Sedangkan jumlah pedagang yang memiliki Surat Hak Penempatan (SHP) tercatat 281 orang.
Pembagian tempat usaha dilakukan melalui pengundian, yang dilakukan dalam dua tahapan, serta sudah terselesaikan pada pertengahan Februari lalu. “Saat ini semua kios dan los sudah ada pemiliknya, namun belum semua diisi, terutama kios dan los di lantai dua,” jelas Warjo, panggilan akrab Suwarjono.
Burwanto, salah seorang pedagang, mengatakan ada kemungkinan kios dan los di lantai atas yang belum diisi karena sebagian pemiliknya juga sudah memiliki kios di lantai bawah. Mereka ingin fokus mengurus kios di lantai bawah dulu, sambil menunggu situasi pasar di lantai 2 ramai.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Yang belum mendapat tempat adalah para pedagang omprokan, yang sejak dulu memang menempati sepanjang sisi jalan menuju pasar. Mereka memang bukan pedagang tetap, tetapi pedagang “portable”, karena dagangan memang tidak ditinggal di pasar.
Pagi datang membawa dagangan, kemudian dijajakan dengan tikar atau langsung dijual di atas sepeda / sepeda motor, digantung di gantangan bambu, atau bahkan digeletakkan begitu saja di atas tanah. Nah, dalam bahasa Jawa, berjualan di atas tanah ini disebut omprokan. Sore hari, mereka pulang dengan sisa dagangan yang belum terjual.
Pasar burung legendaris
PB Depok Solo termasuk salah satu pasar burung utama dan legendaris di Indonesia, selain PB Pramuka Jakarta. Tempat ini juga menjadi sentra atau titik kumpul utama beberapa jenis burung, baik burung hasil penangkaran maupun burung bakalan muda hutan (MH).
Burung hasil breeding yang banyak dijumpai di sini antara lain jalak suren, parkit, dan lovebird. Adapun burung bakalan MH yang biasa dijual adalah murai batu, kacer, cucak hijau, anis merah, anis kembang, dan sebagainya. Bahkan stok umumnya tersedia dalam jumlah cukup besar. Hal ini agak susah ditemui di pasar burung lain, seperti Pasty Jogja.
Karena ramai dikunjungi kicaumania, PB Depok dari hari ke hari makin terasa sesak. Apalagi keberadaan para pedagang omprokan membuat situasi jalan menjadi macet dan semerawut. Sebab mereka acapkali menggelar dagangan hingga memakan bahu jalan, bahkan terkadang bisa mencapai separo badan jalan.
Di hari libur, misalnya Minggu, kesemerawutan lalu lintas sulit digambarkan lagi. Akibatnya, jalan masuk ke pasar bisa dibilang hanya cukup untuk pejalan kaki. Kendaraan, termasuk roda dua sekalipun, sangat sulit untuk melalui jalan tersebut.
Karena itu, Pemerintah Kota Solo kemudian melakukan renovasi, sehingga suasana pasar dapat menjadi lebih manusiawi lagi. Kini pembangunan tahan pertama sudah terselesaikan. Pemkot Solo dalam waktu dekat ini akan memindahkan para pedagang omprokan ke halaman belakang Taman PB Depok, sambil menunggu selesainya pembangunan tahap kedua.
Petak-petak kapling untuk omprokan yang berjumlah sekitar 145 orang itu sudah disiapkan, dan mereka disilakan untuk membangun sendiri petak semi permanen. “Akses jalan menuju pasar akan dijaga Satpol PP, agar tidak muncul lagi pedagang omprokan di sepanjang jalan,” imbuh Warjo, didampingi Ketua PJSI Mardi, serta organisasi dan EO lain yang hidup berdampingan di PB Depok. (Waca Jogja)
Ayo, siapa mau melihat wajah baru Taman PB Depok Solo?
—