Satu lagi spesies burung lokal yang populasinya makin terancam punah akibat perburuan liar. Inilah nasib burung koak kiau, atau terkadang disebut cikukua tanduk (Philemon buceroides), atau dikenal sebagian kicaumania Indonesia sebagai cucak timor. Burung khas dari kawasan timur Indonesia, khususnya Pulau Timor memiliki suara lantang. Masyarakat Timor, terutama seniman dan perajin, kerap mengabadikannya dalam bentuk seni pahat dan seni patung berbentuk koak kiau.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Daerah Kerandangan, Kabupaten Lombok Barat, NTB, dulu dikenal sebagai salah satu habitat utama burung ini. Tetapi kondisi sekarang sangat memprihatinkan. Menurut Tri Endang Wahyuni, salah seorang fungsionalis Pengendali Ekosistem Hewan pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB, pihaknya pernah memonitor populasi koak kiau di Kerandangan. Hasilnya?
“Populasi burung ini hanya berjumlah lima hingga sepuluh ekor saja. Padahal, dulu, koak kiau hampir setiap pagi bertengger di pucuk pohon kelapa dibanding dulu dimana kicauan burung yang juga bersarang di pohon kelapa ini sering terdengar setiap pagi hari.
Menurunnya populasi cucak timor itu karena burung ini banyak diburu untuk dijual di pasar burung. Cucak timor memang memiliki suara kicauan yang keras. Untuk mencegah perburuan liar terhadap burung dan satwa dilindungi, terutama di Pulau Sumbawa, BKSDA NTB berupaya melakukan pengawasan ketat terutama di kawasan konservasi.
Jangan ditiru ya…
burung dilindungi tidak boleh dipelihara
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Terkait dengan pengawasan satwa dilindungi, termasuk koak kiau, kami mengalami kendala terutama karena keterbatasan personel, sementara yang perlu diawasi sekitar 20 kawasan konservasi yang menjadi habitat koa kiau,” kata Tri Endang. Burung koak kiau tersebar di Pulau Moyo dan kawasan Gunung Tambora di Kecamatan Jereweh, Pulau Sumbawa.
Burung lain yang juga populasinya makin kritis di NTB adalah kakatua kecil jambul kuning, yang diperkirakan hanya berjumlah 87 ekor. Untuk itu, selain melakukan pengamanan di kawasan konservasi, BKSDA NTB juga memantau peredaran satwa liar yang dilindungi, baik yang masuk maupun keluar dari NTB.
Mengenal burung koak kiau
Makanan utama dari burung ini adalah nektar atau madu dari bunga, buah-buahan berdaging tebal seperti pisang dan pepaya, serta serangga dan ulat-ulat kecil. Koak kiau termasuk burung polimator yang membantu penyerbukan tanaman, karena hidup mereka di antara dedaunan dan bunga-bungaan.
Spesies ini biasanya mendiami kawasan hutan dataran rendah, pinggiran hutan, hutan sekunder, savana, serta pohon-pohon di sepanjang pantai. Mereka juga sering mengunjungi pepohonan di pekebunan atau pekarangan rumah.
Pasangan burung koak kiau membangun sarang pada cabang / ranting pohon dengan ketinggian 7,5 – 12 meter dari permukaan tanah. Jumlah telur yang dihasilkan 2 – 3 butir, berwarna merah jambu pucat dengan bercak-bercak kecokelatan. Setelah menetas, burung muda akan tetap bersama induknya sampai bisa mencari makan sendiri.
Suaranya yang lantang dan terdengar merdu ini memang menarik perhatian banyak orang untuk memeliharanya. Karena itulah, perburuan liar terhadap burung ini makin tidak terkendali, dan hal ini membuat populasinya di alam liar makin menyusut serta terancam punah.
Daripada memelihara burung dilindungi dan malah secara tidak langsung akan menyebabkan kepunahan di habitatnya, mendingan dengarkan saja kicauan dalam audio dan videonya di sini.
- Video burung koak kiau
- Suara burung koak kiau