Sudah 10 tahun lebih Om Sutan menggeluti hobi burung kicauan, terutama lovebird dan kenari. Ia dikenal sebagai salah seorang pengorbit burung jawara. Tak hanya mengorbitkan burung jawara, Om Sutan juga dikenal sebagai penangkar lovebird. Untuk menambah ilmu, ia tak segan terbang ke Belanda, untuk melihat bagaimana penangkaran lovebird secara profesional di sana. Berikut ini beberapa ilmu yang ingin dibaginya kepada pembaca omkicau.com.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebagai pengorbit burung jawara, sudah banyak gaco andal lahir melalui tangan dinginnya, mulai dari Raja Isep hingga yang paling gress, Athena. Ketika sebagian kicaumania di Indonesia dilanda demam lovebird impor, Om Sutan pun dengan jeli melihat peluang itu. Ia mendatangkan ribuan ekor lovebird khusus dari Eropa, terutama lovebird holland dari Belanda.
Sebagian ditangkarnya kembali, sebagian lagi untuk menambah koleksi Mahkota Gallery, sebuah galeri lovebird, kenari, dan aneka jenis burung miliknya yang berlokasi di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur.
Merasa ilmu penangkarannya belum sempurna, belum lama ini Om Sutan terbang ke Belanda. Di Negeri Kincir Angin ini, dia mengunjungi beberapa penangkar ternama. Tidak hanya mengintip ilmu breeding, tetapi juga melobi produk terbaik untuk bisa didatangkan ke Indonesia. Tujuannya hanya satu, memenuhi keinginan selera pasar di sini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Menurut Om Sutan, banyak perbedaan antara breeder di Negeri Keju dan di Indonesia. Selain sudah menjadi industri potensial, penangkaran lovebird di Belanda benar-benar memperhatikan masalah kualitas.
“Masalah quality control, misalnya, benar-benar diterapkan secara ketat. Hanya burung berkualitas terbaik yang diternak dan dipasarkan. Kualitas itu mencakup kondisi kesehatan, warna bulu, dan sebagainya. Hal ini yang perlu kita pelajari untuk diterapkan di Indonesia,” tutur Om Sutan, ketika ditemui di galerinya.
Dari segi fisik, lovebird holland memang berbeda dari burung sejenis dari negara lain. Posturnya besar dan gagah, didukung kualitas bulu dengan aneka warna yang cerah, serta kondisi burung yang sehat.
Para penangkar lovebird di Belanda umumnya dominan memanfaatkan lahan yang luas. Bahkan, penangkaran milik seorang koleganya di Amsterdam dibangun di atas tanah seluas 5 hektare, yang berisi ribuan pasang indukan. Dengan areal penangkaran seluas itu, penangkar bisa panen ribuan ekor setiap pekan.
Selain aspek keamanan dan kebersihan kandang, kualitas pakan yang diberikan pun sangat terjaga. Kebutuhan vitamin dan mineral juga tak pernah diabaikan sedikit pun. Untuk indukan, buah apel menjadi salah satu extra fooding (EF) yang wajib diberikan. Kwaci biji matahari juga menjadi menu utamanya.
“Karena di Belanda tidak ada kangkung, sebagai gantinya ya buah dan sayuran seperti brokoli. Kebutuhan vitamin dan mineral juga terpenuhi melalui pemberian multivitamin dan multimineral secara berkala. Untuk meningkatkan produktivitas, mereka juga menggunakan suplemen khusus untuk pasangan indukan. Jadi, meski suhu udara rata-rata 19 derajat Celsius, induk lovebird tetap aktif berproduksi,” tambah Om Sutan.
Para breeder lovebird umumnya membangun kandang dalam ruangan besar semacam hanggar. Petak-petak kandang ditempatkan di dalam ruangan besar. Hal ini sangat membantu kenyamanan burung, terutama pada musim dingin atau musim salju, yang suhunya bisa di bawah nol derajat.
Di musim dingin, ruangan besar itu cenderung ditutup agar burung tidak kedinginan. Mereka memperoleh kehangatan dari mesin penghangat yang dilengkapi dengan pengaturan sirkulasi udara. Untuk memenuhi kebutuhan cahaya, para penangkar cukup menggunakan lampu ultraviolet, dan hal itu tidak mengurangi produktivitas indukan.
Kandang penangkaran yang digunakan ada yang model battery, dan ada juga model koloni. Setiap satu petak kandang besar diisi ratusan ekor pasang induk lovebird. Penangkaran seperti itu justru lebih mempercepat masa produktivitasnya.
Menurut Om Sutan, ada beberapa hal yang tidak perlu diterapkan di Indonesia, karena kondisinya memang berbeda. Misalnya soal kandang tertutup yang justru tidak baik untuk iklim seperti di negara kita.
Tetapi, banyak hal yang dapat ditiru dari penangkar loverbird di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya, yaitu penerapan quality control, seleksi indukan, dan seleksi keunggulan tertentu seperti warna bulu, suara, dan fisik yang bagus.
“Itulah yang membuat saya cenderung berkiblat pada lovebird dari Uni Eropa. Alasannya, mereka sangat ketat dalam menjaga quality control. Tidak heran jika lovebird Eropa lebih dikenal memiliki kualitas warna bulu, suara dan fisik yang bagus,” tandasnya.
Karena selera konsumen berbeda-beda, Om Sutan tetap menyediakan jenis lovebird lain yang juga tak kalah popular, seperti lutino dan blorok. Di Mahkota Gallery, Anda juga bisa melihat koleksi burung impor lainnya, seperti kenari yorkshire. (d’one)