Sudah tiga dekade lebih budidaya burung walet (Collacalia fuciphaga) menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan negeri ini. Jumlah pembudidaya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Sayangnya, banyak yang melupakan aspek perizinan, sehingga belakangan ini sering terdengar kabar penggerebekan sarang walet tanpa izin oleh pihak kepolisian. Padahal perizinan lebih mudah daripada penangkaran jalak bali maupun jalak putih, karena pengaturannya melalui peraturan daerah (perda) kota / kabupaten setempat.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Yang dicari peternak walet tidak lain sarang burungnya, yang dijadikan hidangan mewah di hotel-hotel berbintang maupun restoran-restoran ternama di dalam maupun luar negeri. Selain lezat, sarang walet juga bisa dijadikan obat dan diyakini mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah, serta menambah stamina atau vitalitas seseorang.
Tak kenal maka tak sayang. Jika Anda berminat membudidayakan walet, maka penting untuk mengetahui karakter dan perilaku burung walet. Spesies ini merupakan pemakan serangga, dengan kedua kaki yang pendek dan lemah. Hal itulah yang membuat walet tidak bisa bertengger seperti burung pada umumnya.
Di balik kelemahan spesies, pasti ada kelebihan. Demikian pula dengan walet. Meski tak bisa bertengger sebaik burung lainnya, walet memiliki kelebihan berupa otot dada yang kuat, sehingga mampu membuatnya terbang hingga puluhan kilometer tanpa rasa lelah.
Walet dewasa akan mencari makanan dengan cara menyambar serangga yang terbang. Burung ini memiliki sepasang glandula salivales (kelenjar ludah) yang terletak di bawah lidahnya. Kelenjar ludah inilah yang digunakannya dalam membuat sarang berbentuk mangkuk kecil di atas bukit atau bangunan yang tinggi.
Sarang yang dibuat dari air liur ini dikenal mempunyai nilai gizi tinggi dan sangat berkhasiat bagi kesehatan manusia. Makin banyak pakan yang dikonsumsi, maka kelenjar ludah ini akan memproduksi air liur yang berlimpah.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sepintas lalu, penampilan walet mirip dengan burung kepinis. Meski demikian, keduanya merupakan spesies yang berbeda. Walet termasuk dalam keluarga Apodidae, sedangkan kapinis termasuk keluarga Hirudinidae yang memiliki sepasang kaki lebih kuat tetapi juga tidak mampu bertengger. Dari bahan sarangnya juga berbeda. Burung kapinis membuat sarang dari campuran tanah liat dan rerumputan.
Selain kapinis, ada satu lagi spesies burung yang memiliki kesamaan dengan walet. Anda tentu sudah pernah mendengar namanya: seriti (Collocalia linchi). Nah, kalau walet dan seriti masih memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Keduanya sama-sama berasal dari genus Collocalia.
Karena masih memiliki hubungan kekerabatan, seriti kerap digunakan sebagai babu / baby sitter untuk menetaskan telur-telur burung walet yang baru didapatkan seorang peternak / pembudidaya walet dari lokasi lain. Kebetulan seriti juga membangun sarangnya di dalam bangunan.
Indonesia boleh berbangga karena menjadi negara eksportir sarang walet terbesar di dunia. Bayangkan, sekitar 75% kebutuhan sarang walet di seluruh dunia berasal dari Indonesia. Tidak heran jika para pembudidaya walet terus bermunculan di negeri ini. Siapa tahu, setelah membaca artikel ini, Anda pun berminat menggarap komoditas yang sama. Jangan lupa mengurus perizinan agar tak bermasalah di kemudian hari.
CARA BUDIDAYA WALET
Dalam budidaya walet dibutuhkan beberapa persyaratan agar burung mau datang dan membuat sarang. Berikut ini beberapa persyaratan yang diperlukan :
- Lokasi ideal berada di dataran rendah hingga dataran tinggi (ketinggian maksimal 1.000 meter dari permukaan laut).
- Lokasi budidaya harus tenang, tidak terganggu oleh keramaian atau aktivitas manusia, dan polusi suara (suara kendaraan, mesin pabrik besar, dan sejenisnya).
- Usahakan lokasi budidaya aman dari gangguan binatang predator.
- Lokasi yang tepat untuk budidaya walet antara lain persawahan, padang rumput, hutan terbuka, kawasan pesisir, tepi danau, pinggir sungai, dan rawa-rawa.
Persiapan sarana dan prasarana
Gedung / bangunan yang akan dijadikan sarang walet harus memiliki suhu dan kelembaban yang mirip dengan goa-goa alami, dengan suhu 24 – 26 derajat Celcius dan kelembaban 80 – 95%. Pengaturan suhu dan kelembaban bisa dilakukan dengan cara :
- Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm.
- Membuat saluran-saluran air atau kolam di dalam gedung.
- Menggunakan ventilasi udara dari pipa berbentuk “L”, yang diberi lubang-lubang berdiameter 4 cm, dan jarak antar-lubang masing-masing 5 meter.
- Menutup rapat-rapat pintu, jendela, dan lubang-lubang yangtidak terpakai.
- Pada lubang keluar-masuk diberi penghalang sinar berbentuk corong dari goni (bisa juga menggunakan kain hitam) agar keadaan di dalam gedung lebih gelap.
Konstruksi bangunan yang digunakan
Pada umumnya rumah walet berbentuk seperti sebuah bangunan gedung yang besar dan tinggi. Luasnya bervariasi, tergantung kebutuhan dan keadaan. Bangungan tidak boleh berdekatan dengan pohon yang lebih tinggi atau menutup bangunan tersebut. Tembok bangunan dibuat dari dinding yang diplester, yang dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Bahan-bahan ini sangat membantu dalam mengendalikan suhu dan kelembaban udara ideal.
Kerangka atap dan sekat untuk tempat bersarang walet bisa menggunakan bahan kayu yang kuat dan tahan lama (tidak mudah lapuk dan dimakan rayap). Sedangkan atap bangunan bisa terbuat dari genteng.
Bagian terpenting dari konstruksi bangunan ini adalah keberadaan roving room atau tempat untuk berputar-putar dan resting room yaitu tempat untuk beristirahat.
Lubang untuk pintu masuk dan keluar berukuran 20 x 35 cm, yang dibuat di bagian atas dinding. Jumlah pintu dibuat sesuai dengan kebutuhan dan / atau kondisi bangunan. Perlu diingat, letak pintu jangan menghadap ke timur karena walet biasanya jarang mau masuk. Lubang dinding dicat dengan warna hitam.
MEMULAI PEMBIBITAN
Dulu, orang membudidayakan walet lebih sering karena ketidaksengajaan. Ketika melihat banyak walet masuk ke bangunan miliknya, barulah dia mengembangbiakkannya. Tetapi sekarang, budidaya walet lebih sering direncanakan sejak awal. Untuk memancing walet agar masuk ke bangunan, misalnya, bisa menggunakan audio suara burung walet. Ada juga menumpuk jerami di dalam bangunan, sehingga menghasilkan serangga-serangga yang menjadi pakan burung walet.
Persiapan bibit dan indukan
Jika bangunan sudah disiapkan, dan memenuhi persyararatan lokasi ideal sebagaimana dijelaskan di atas, ada dua materi yang harus segera didatangkan, yaitu burung seriti dan telur walet. Burung seriti berfungsi untuk menetaskan telur-telur walet. Anda bisa memperoleh telur walet dari para pembudidaya walet ketika sedang memanen sarang burung.
Panen sarang burung biasanya dilakukan setelah ribuan walet membangun sarangnya dan masing-masing induk betina bertelur sebanyak 2 butir. Karena yang dipanen hanya sarang walet, pembudidaya biasanya akan membuang telur-telurnya. Istilah ini biasa disebut sebagai “panen buang telur”.
Nah, telur-telur inilah yang bisa Anda beli untuk dierami oleh burung seriti. Dengan demikian, Anda harus mengundang burung seriti agar mau masuk ke bangunan. Cara mengundangnya melalui pemutaran audio uara burung walet atau seriti, baik melalui pemutar mp3 maupun perangkat audio CD. Pemutaran audio sebaiknya dilakukan pada pukul 16.00 hingga 18.00. Sebab, saat itulah kawanan burung seriti akan beristirahat usai mencari makanan.
Begitu diputarkan rekaman audio tersebut, tidak lama kemudian akan datang rombongan burung seriti, atau bisa juga kawanan walet, yang terlihat berputar-putar di sekitar lokasi suara tersebut.
Berikut ini audio untuk memanggil burung walet. Klik download untuk mengunduhnya :
Kalau burung seriti sudah mau masuk bangunan, ini merupakan awal keberhasilan Anda. Sebab, sejak saat itu, seriti setiap sore, malam, hingga pagi akan berada di dalam bangunan tersebut. Mereka juga akan membangun sarang pada bagian langit-langit atau dinding atas dari bangunan tersebut.
Jika sudah membangun sarang dan bertelur, telur-telur seriti diambil dan diganti telur walet . Induk seriti akan mengerami telur walet hingga menetas, kemudian merawat anakan walet hingga berusia dewasa. Masalah ini dibahas khusus pada bagian penetasan telur walet.
Pemilihan telur walet
Telur walet yang dipanen bisa dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warnanya, yaitu:
- Merah muda: ini merupakan telur yang baru dikeluarkan indukan dan masih berusia 0 – 5 hari.
- Putih kemerahan: telur sudah berusia 6 – 10 hari.
- Putih pejat kehitaman: telur sudah berusia 10-15 hari, dan sebentar lagi akan menetas.
Cara membawa telur walet ke bangunan
Setelah mendapatkan telur walet yang diinginkan, saatnya untuk membawa ke bangunan atau rumah walet. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan saat memindahkan telur tersebut :
- Jika jarak antara sumber telur dan bangunan cukup dekat, sebaiknya pilih saja telur yang masih merah muda atau setengah tua.
- Jika jaraknya jauh, sebaiknya pilih telur yang sudah mau menetas.
Telur-telur disusun dalam spon yang dilubangi dengan diameter 1 cm. Spon ini kemudian dimasukkan ke keranjang plastik berlubang, lalu ditutup. Sewaktu membawa telur sebaiknya ekstra hati-hati karena guncangan atau AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan embrio di dalam telur mati. Telur muda memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada telur yang sudah tua. Itu sebabnya, mengapa kalau jaraknya jauh disarankan membeli telur yang hampir menetas.
Penetasan telur walet
Seperti dijelaskan di atas, Anda bisa menetaskan telur walet dengan menggunakan jasa burung seriti yang sedang bersarang atau mengerami telurnya di dalam bangunan. Selain cara tersebut, penetasan telur juga bisa dilakukan melalui mesin tetas. Berikut ini penjelasan masing-masing metode penetasan telur tersebut.
1. Penetasan telur melalui jasa burung seriti
Setelah burung seriti mulai bertelur, maka waktu itulah telurnya bisa diganti dengan telur walet sudah Anda dapatkan. Untuk memasukkan telur walet ke sarang seriti, dianjurkan menggunakan media seperti sendok atau kertas tissu, untuk menghindari telur rusak atau tercemar, yang bisa membuat burung seriti tidak mau mengerami telur tersebut.
Penggantian telur seriti dengan telur walet dilakukan pada waktu siang hari. Sebab pada saat tersebut, seriti sedang keluar mencari makanan. Setelah telur diganti, burung seriti akan menetaskan dan merawat anakan walet tersebut hingga berusia dewasa dan bisa terbang sendiri.
2. Penetasan telur melalui mesin tetas
Mesin tetas yang digunakan diatur suhunya sekitar 40 derajat Celcius dan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban di dalam mesin tetas bisa menggunakan nampan / baki berisi air dan diletakkan di bagian bawah rak telur. Air dalam baki ini harus selalu dipantau, jangan sampai habis.
Begitu juga dengan telur-telurnya, harus selalu diputar dua kali sehari untuk menghindari kerusakan embrio di dalamnya. Pemutaran telur sebaiknya dilakukan sampai hari ke-12.
Pada hari ketiga, dilakukan peneropongan telur (egg candling). Bagaimana caranya meneropong telur, silakan buka kembali artikelnya di sini.
Selama penetasan berlangsung, mesin tetas tidak boleh dibuka kecuali untuk pemutaran telur, atau memeriksa air dalam baki / nampan. Telur walet akan menetas pada hari ke-13 hingga hari ke-15.
Perawatan anakan walet
Jika penetasan telur menggunakan jasa burung seriti, maka setelah menetas anakan tetap dipelihara ibu tirinya sampai dewasa. Tetapi jika menggunakan mesin tetas, sebaiknya biarkan anakan walet tetap berada di dalam hingga umur3 hari. Pada hari ke-4, suhu mulai diturunkan secara bertahap (idealnya turun 1 derajat Celcius per hari), dengan cara membuka lubang dari mesin tetas.
Untuk makanannya, Anda tentu harus melolohnya (hand feeding). Bahan pakan yang bisa diberikan adalah kroto segar, dengan frekuensi pemberian 3x sehari.
Pada hari ke-10, ketika bulu-bulu mulai tumbuh, anakan walet dipindahkan ke dalam boks khusus yang dilengkapi alat pemanas atau lampu pijar 5-10 Watt yang diletakkan di tengah boks. Setelah umur 4o hari, anakan walet sudah bisa terbang, Inilah saat terbaik untuk memindahkannya ke bangunan / rumah walet.
Pemindahan walet muda dilakukan pada malam hari. Para pembudidaya biasanya menggunakan rak pelepasan, yang diletakkan pada ketinggian minimal 2 meter dari lantai bangunan.
Pakan burung walet
Burung walet yang dilepaskan ke bangunan sudah bisa mencari makanan sendiri. Pakannya berupa serangga kecil yang sering dijumpai di area persawahan, lapangan terbuka, pinggiran hutan, pantai dan perairan. Mereka akan mencari makan sejak pagi hingga sore hari, sehingga akan meninggalkan bangunan / rumah walet untuk sementara waktu.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, pembudidaya walet juga perlu menyediakan sumber makanan, terutama di musim kemarau. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengundang serangga, misalnya :
- Menanam tanaman dengan sistem tumpang sari di sekitar bangunan / rumah walet.
- Budidaya serangga seperti kutu gaplek atau nyamuk.
- Membuat kolam di pekarangan dekat bangunan / rumah walet.
- Menumpuk buah-buahan busuk di pekarangan dekat rumah walet.
Dalam perawatannya, kotoran yang dihasilkan walet harus selalu dibersihkan agar tidak menumpuk. Kotoran ini biasanya tidak dibuang, tetapi dikumpulkan dalam karung, lalu disimpan dalam gedung tersebut.
Pencegahan terhadap hama dan penyakit
Agar walet merasa nyaman tinggal di dalam bangunannya, usahakan jangan sampai ada hama pengganggu yang masuk, antara lain tikus, semut, kecoak, cicak, dan tokek. Selain membuat burung takut, binatang tersebut berpotensi menjadi vektor atau media penularan bakteri, virus, dan bibit penyakit lainnya.
Masa panen
Sarang burung walet bisa dipanen jika kondisinya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan diperlukan cara dan ketentuan khusus agar hasilnya bisa memenuhi mutu dan kualitas sarang walet yang baik. Kesalahan dalam pemetikan akan berakibat fatal, baik terkait dengan kualitas sarang burung, maupun kelangsungan bangunan / rumah walet itu sendiri di mana kawanan walet tak mau lagi kembali ke rumahnya.
Untuk itulah, diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana memanen sarang dengan tepat, dan tidak menimbulkan kerugian di lain waktu, dengan mengikuti beberapa pola panen berikut ini:
- Panen rampasan
Panen rampasan dilakukan setelah sarang sudah siap dibuat dan akan digunakan untuk bertelur. Sebelum burung bertelur, sarang kita ambil. Keuntungannya adalah waktu panen lebih cepat, kualitas sarang yang bagus, dan total produksi sarang bisa lebih banyak. Kelemahannya, cara ini tidak efektif dalam mengembangbiakan burung walet, karena burung walet yang akan bertelur akan mencoba membangun kembali sarangnya dengan kondisi yang lemah, dan lama-lama membuat produksi sarang menurun (lebh kecil dan tipis), karena tidak mampu memproduksi air liur dengan baik. - Panen buang telur
Panen buang telur dilakukan setelah burung membuat sarang dan meletakan telurnya. Telur ini diambil, lalu dibuang atau diberikan kepada peternak baru seperti dijelaskan sebelumnya. Keuntungan metode ini, dalam setahun bisa panen hingga 4 kali, dengan kualitas sarang yang baik. Kelemahannya, burung walet tidak diberi kesempatan berkembang biak. - Panen penetasan
Panen penetasan adalah sarang dipanen atau dipetik setelah telur menetas dan anak-anaknya sudah bisa terbang sendiri. Kelemahannya, kualitas sarang menjadi rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari kotoran burung. Keuntungannya, populasi burung bisa meningkat.
Itulah dunia ! Di balik kelemahan, ada kelebihan. Di balik keunggulan, ada kekurangan. Begitulah sobat kicaumania, bagaimana cara budidaya burung walet secara efektif.
Perlu diketahui, artikel ini hanya sekadar pengantar, untuk menggugah minat Anda, untuk memberi pemahaman awal tentang budidaya walet. Masih banyak materi yang belum tersampaikan, karena keterbatasan ruang. Jika akhirnya muncul minat, Anda bisa memperdalam ilmu melalui buku, artikel di website dalam dan luar negeri, belajar dari pembudidaya lainnya, dan sumber referensi lainnya.
—