Keberadaan burung impor, khususnya dari China, Thailand, dan Malaysia memang bisa memberikan alternatif bagi dunia kicau di Indonesia. Namun, terkadang kita harus menebusnya dengan harga yang relatif lebih mahal, perawatan ekstra, dan lain-lain. Kondisi tersebut akhirnya membuat banyak kicaumania Indonesia memilih alternatif pengganti burung impor, khususnya  asal China. Apalagi ketika Negeri Tirai Bambu itu terbelit wabah flu burung jenis baru H7N9, sehingga pintu masuk dan pintu keluar bagi burung dan unggas lainnya untuk sementara ditutup.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Ada beberapa alternatif burung lokal yang tak kalah dari burung impor. Selain masih banyak ditemukan di pasar burung, harga juga tidak terlalu memberatkan. Meski variasi suara dianggap masih dianggap kalah dari suara burung impor, tetapi masih bisa menghibur penggemarnya.

Beberapa burung lokal yang dianggap memiliki “kesamaan” kicauan dengan burung impor antara lain poksay sumatera sebagai alternatif poksay jambul putih, poksay medan / mantel dan poksay mandarin sebagai “pengganti” poksay hongkong, opior jawa sebagai alternatif pekin robin, jalak suren bisa menggantikan jalak hongkong, kutilang sutera tak kalah dari kutilang jambul, dan sebagainya.

Hal itu membuktikan bahwa burung-burung asli indonesia sebenarnya tidak kalah dari burung manca. Oke, berikut ini deskripsi pemanfaatan beberapa jenis burung lokal sebagai alternatif pengganti burung impor yang selama beberapa waktu lamanya akan terhenti akibat wabah flu burung di China.

Poksai sumatera sebagai alternatif poksay jambul putih

Sebelum wabah flu burung melanda China, sebenarnya sudah lama juga kita tidak melihat keberadaan poksay jambul putih (Garrulax leucolophus) di sejumlah pasar burung. Di Indonesia, ada poksay lokal yang memiliki kemiripan bentuk dan suara dengan poksay jambul putih, yaitu poksay sumatera (Garrulax bicolor).

Perbedaannya, jambul pada burung asal Sumatera ini sangat pendek dan badannya (selain bagian kepala dan dada) berwarna lebih kehitaman. Tetapi perawatannya tidak jauh berbeda dari poksay jambul putih, baik mengenai pakan utama maupun extra fooding (EF). Kedua spesies ini sama-sama menyukai buah-buahan dan serangga.

Kesamaan lainnya adalah suara kedua spesies ini sama-sama kerasnya, dan cenderung diulang-ulang (ngeban). Silakan simak penampilan burung poksay sumatera dan poksay jambul putih yang merupakan burung impor.

Poksay sumatera (kiri) dan poksay jambul putih

Berikut ini adalah beberapa suara dari poksay jambul putih dan poksay  sumatera

Opior jawa sebagai alternatif pekin robin

Pekin robin, atau disebut robin, dikenal sebagai burung imut yang cantik karena bulunya berwarna-warni. Burung asal China ini bisa dibilang sebagai burung legenda, bahkan pernah mengalami booming pada dekade 1990-an. Menilik berbagai komentar di omkicau.com, maupun di forum lainnya, sebenarnya banyak kicaumania “manula” (he…he…) yang kangen terhadap burung ini. Sebaliknya, kicaumania yang pemula pun penasaran ingin memilikinya.

Sebenarnya ada beberapa kicaumania yang mencoba menangkar burung robin. Sebagian berhasil, tetapi tidak sedikit pula yang belum berhasil. Namun, karena jumlahnya tak seberapa, sebagian penggemar umumnya mencari di pasar burung. Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, kita juga sudah sulit menemukan burung robin di pasar burung.

Para penggemar menyukai robin karena kicauannya yang cerewet. Tetapi faktor harga dan kelangkaan barang membuat banyak kicaumania yang menyingkirkan burung robin dari daftar incarannya.

Namun tahukah Anda, ada burung lokal yang memiliki suara mirip robin? Namanya opior jawa atau cucak jempol. Meski suara panggilan (call) opior jawa mirip suara anak ayam, namun kalau sudah jadi burung ini bisa bersuara ngerol seperti robin. Tidak salah jika opior jawa sering dijuluki burung robin jawa.

Perawatannya pun hampir sama, yaitu sama-sama pemakan buah-buahan dan tak begitu meyukai serangga (meski sebenarnya mau juga memakan serangga).  Selain burung opior jawa, ada satu lagi yang bisa dijadikan alternatif sebagai burung pengganti robin, yaitu burung pancawarna. Hanya saja, pancawarna yang sering beredar di pasar burung selama ini umumnya juga impor dari China. Wilayah persebaran burung pancawarna memang luas, ada yang di China maupun Indonesia.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Dari kiri: Burung robin, opior jawa, dan pancawarna

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Berikut adalah suara dari burung robin, opior jawa (cucak jempol), dan pancawarna

Poksay mantel sebagai alternatif poksay hongkong 

Burung poksay hongkong atau poksay pipi putih juga pernah popular pada dekade 1990-an, bahkan kerap dilombakan karena gaya menarinya yang khas. Burung yang memiliki nama latin Garrulax chinensis ini masih sempat dijumpai di beberapa pasar burung, terutama PB Pramuka Jakarta, setidaknya hingga pertengahan Maret 2013.

Namun merebaknya wabah flu burung jenis H7N9 dipastikan akan membuat poksay hongkong tak bisa lagi masuk ke Indonesia untuk sementara waktu. Sebagai alternatif pengganti, sobat kicaumania bisa memilih poksay mantel (poksay medan), atau bisa juga poksay mandarin. Keduanya dikenal memiliki beberapa variasi suara yang juga diulang-ulang serta volume kicauan yang keras, tak kalah dari poksay hongkong.

Dari kiri: Poksay hongkong, poksay mantel, dan poksay mandarin

Berikut ini adalah suara poksay hongkong dan poksay mandarin :

  • Suara burung poksai hongkong | Download
  • Suara burung poksai mandarin | Download

Jalak suren sebagai pengganti jalak hongkong

Jalak hongkong merupakan salah satu burung keluarga jalak bertubuh besar, lebih besar daripada jalak suren. Namun kedua jenis burung ini memiliki kepintaran yang berimbang. Jalak hongkong dan jalak suren sama-sama bisa meniru suara burung lain, bahkan bisa meniru suara manusia.

Karena itu, jika keinginan memiliki jalak hongkong belum kesampaian, mengapa tak kembali ke jalak suren yang pernah popular di negeri kita sendiri? Meski sudah jarang dilombakan lagi, penggemar jalak suren juga masih banyak. Para penangkar, terutama di Klaten, sampai sekarang juga masih eksis. Ini membuktikan masih banyak kicaumania yang membeli dan merawatnya.

Perawatan jalak suren bahkan relatif lebih ringan daripada jalak hongkong. Porsi makannya hanya separo dari porsi makan jalak hongkong. Kotorannya juga 1/3 dari kotoran jalak hongkong.

Jalak hongkong (kiri) dan jalak suren

Berikut ini perbandingan suara antara burung jalak hongkong dan jalak suren

Sebenarnya masih banyak burung lokal lainnya yang dijadikan alternatif burung impor, khususnya dari China yang kini sedang dilanda wabah flu burung. Dengan memberdayakan burung lokal, apalagi didukung dengan penangkaran modern, bukan tidak mungkin suatu saat kita mampu mengembangkan burung lokal yang berkualitas, sebagaimana pencapaian para penangkar di Thailand, Malaysia, dan Vietnam saat ini.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.