Kita sering mendengar istilah line breeding dalam sebuah penangkaran. Apa sih maksudnya? Line breeding adalah metode pengembangbiakan burung dengan menggunakan keturunan yang memiliki garis darah sama, dengan tujuan mendapatkan keturunan yang hampir sama kualitasnya dengan salah satu induknya. Istilahnya membuat “salinan” atau fotokopi dari burung indukan yang berkualitas. Salinan saya beri tanda kutip, karena salinan sejati hanya bisa diperoleh melalui kloning. Jadi, tetap tidak bisa sama persis dengan induknya, tetapi sebagian besar darahnya berasal dari salah satu induk berkualitas (bisa induk jantan, bisa juga induk betina).

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Perlu diingat, metode line breeding hanya dianjurkan untuk burung-burung dengan kualitas terbaik, misalnya induk jantan kenari maupun jenis burung lain, termasuk murai batu, yang sudah puluhan kali juara 1 tingkat nasional. Bisa juga induk betina yang sebagian besar anak atau keturunannya pernah menjadi juara.

Jika induk tidak punya trah juara, apalagi tidak pernah diikutkan dalam lomba, sebaiknya jangan pernah menggunakan metode perkawinan line-breeding. Sebab metode ini memiliki risiko tinggi terhadap keturunannya. Sebagai konsekuensi dari perkawinan sedarah, maka seluruh gen dominan (baik yang bersifat bagus maupun jelek) akan muncul.

Makanya, keturunan yang dihasilkan tidak semuanya bagus, ada juga yang jelek, bahkan cacat. Itu sebabnya, di bagian akhir artikel ini, Om Kicau akan memberi arahan mengenai kelanjutan dari keturunan hasil line-breeding, agar anak-anaknya kelak tetap berkualitas.

Dalam penangkaran burung, metode line breeding kerap diterapkan terhadap perkutut bangkok. Belakangan, merpati balap pun kerap menggunakan metode ini. Meski sudah ada, aplikasi line breeding masih jarang dijumpai pada burung kicauan, terutama untuk burung lomba. Para penangkar burung kicauan umumnya hanya melakukan perkawinan antara burung juara (misalnya jantan) dengan burung betina yang sebagian besar anaknya pernah juara.

Line breeding pada prinsipnya masih merupakan bagian dari inbreeding, yaitu perkawinan antara dua individu burung yang masih memiliki hubungan darah, seperti anak dan bapaknya, anak dan ibunya, anak dan kakeknya, anak dan pamannya, dan seterusnya. Pada manusia, hubungan perkawinan sedarah disebut incest.

Dan, sebagaimana Anda tahu, perkawinan sedarah sebenarnya tidak dianjurkan karena akan melahirkan keturunan yang secara genetis buruk. Tetapi untuk tujuan tertentu, dan melalui pengawasan ketat, metode line breeding bisa menghasilkan keturunan yang mewarisi sebagian besar gen dari salah satu induk yang dijadikan target “salinan”.

Untuk memulai line breeding, sekali lagi, pastikan salah satu induk dijadikan target “salinan”. Contoh, induk jantan dijadikan target karena sudah puluhan kali juara lomba tingkat nasional. Misalnya murai batu Natalia, Happy Birthday, dan Suara Sakti, atau kacer Satria Dewa dan  Solo Berrick, dan sebagainya. Ini sekadar ilustrasi bagaimana burung-burung jawawa ini begitu digdaya di arena lomba.

Kemudian, induk betina yang hendak dipasangkan juga harus berkualitas. Setidaknya, beberapa anaknya pernah juga menjadi juara. Perkawinan kedua induk tersebut akan melahirkan filial 1 (F1), atau keturunan generasi pertama, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Anak (F1) hasil perkawinan jantan berkualitas dan ibu berkualitas.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

F1 yang dihasilkan akan mewarisi sifat dari ayahnya dan ibunya. Saya belum berbicara dulu masalah pewarisan gen, melainkan seberapa besar anak (F1) mewarisi sifat-sifat kedua orangtuanya secara umum. Sebab sifat / karakter sangat banyak, misalnya panjang kaki, warna bulu, ukuran kepala, panjang tubuh, tingkat kesuburan (fertilitas), mental, dan sebagainya.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Setiap karakter ditentukan oleh pasangan gen dalam DNA. Pasangan gen ini terdiri atas 2 gen, masing 1 dari ayah dan ibu. Gen yang satu selalu memberikan pengaruh gen yang menjadi pasangannya. Efek yang terlihat oleh mata kita adalah gen dominan, sedangkan gen resesif tersembunyi (tak terlihat).

Nah, kita hanya melihat seluruh sifat/karakter secara umum. Dalam hal ini, F1 akan mewarisi 50% sifat ayahnya dan 50% sifat ibunya. Dalam gambar di atas, warna biru menunjukkan sifat ayah dan warna putih menunjukkan sifat ibu. Sebagian penangkar terkadang menyebutnya “darah” (bukan dalam pengertian darah yang sebenarnya). Jadi F1 mewarisi 50% “darah” ayahnya dan 50% “darah” ibunya.

Karena yang menjadi target adalah darah ayahnya, maka kita perlu mencari F1 betina untuk dikawinkan dengan ayahnya. Lihat gambar di bawah ini :

F2 hasil perkawinan anak (F1) dan ayahnya

Pada gambar di atas terlihat persentase darah ayah pada keturunan generasi kedua (F2) berubah menjadi 75%. Sekadar perbandingan, darah ayah pada F1 hanya 50%. Sebaliknya, darah ibunya menurun dari 50% pada F1 menjadi 25% pada F2.

Sekarang, F2 dikawinkan lagi dengan kakeknya, atau ayah F1  (lihat gambar di bawah ini) :

F3 hasil perkawinan F2 dan kakeknya

F3 hasil perkawinan antara F2 dan kakeknya (atau ayah F1) menunjukkan peningkatan darah, yaitu 87,5% seperti darah induk jantan berkualitas yang dijadikan target. Jika hal ini dilanjutkan terus, maka F4 memiliki 93,75% darah induk jantan target.

Jika diteruskan lagi, F5 akan memiliki 96,875 % darah induk jantan target, dan seterusnya. Namun, biasanya penangkar hanya melakukan line breeding sampai F3 atau F4. Seluruh rangkaian ini memerlukan waktu sekitar 3 tahun, karena burung yang akan dikawinkan harus benar-benar matang kelamin. Burung betina yang akan dikawinkan dengan ayah, kakek, atau kakek buyutnya minimal berusia 8 bulan.

Beberapa catatan penting

  • Perlu diingat, sejak perkawinan antara F1 dan ayahnya, Anda harus memilih burung-burung F2 berkualitas bagus. Sebab sangat dimungkinkan beberapa F2 hasil perkawinan itu cacat atau memiliki kualitas sangat jelek, sebagai konsekuensi dari perkawinan sedarah. Jadi yang digunakan sebagai bahan harus mengalami proses seleksi ketat.
  • Tujuan utama line breeding adalah memperoleh “salinan” sifat-sifat dari induk jantan berkualitas yang dijadikan target. Namun, semua ini menjadi percuma kalau F3 atau F4 yang dihasilkan kemudian dikawinkan dengan burung dengan kualitas biasa. Oleh sebab itu, agar keturunannya juga berkualitas, F3 atau F4 disarankan dikawinkan lagi dengan burung lain yang berkualitas dan sama sekali tidak mempunyai hubungan darah.
  • Beberapa penangkar profesional biasanya mengawinkan F3 atau F4 dengan F3 atau F4 hasil line breeding lainnya. Jadi, kalau Anda mau melakukan line breeding, dianjurkan membuat dua proyek sekaligus, kemudian F3 atau F4 pada masing-masing proyek dikawinkan, untuk memperoleh anakan yang berkualitas dan melebihi kualitas buyut-buyutnya.
  • F3 dan F4 bisa dijadikan parent stock untuk menghasilkan anakan (final stock) yang memiliki kualitas standar.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.