Tidak ada yang meragukan keindahan suara burung nightingale (Luscinia megarhynchos). Itu sebabnya, burung ini sering dijadikan master bagi burung kicauan di mancanegara. Di negeri kita tercinta, Indonesia, audio nightingale juga sering dijadikan master untuk murai batu dan kacer, cendet, pleci, dan sebagainya. Namun tahukah Anda, seekor nightingale jantan dewasa rata-rata mampu menyanyikan 300 jenis lagu cinta yang berbeda. Lalu, mengapa burung ini diberi nama nightingale?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Nightingale sebenarnya berasal dari wilayah utara dan barat Amerika, serta dikenal sebagai burung migrasi.Namun migrasi besar-besaran di masa lalu justru mengubah peta persebaran dari burung ceriwis tersebut. Pada akhirnya, nightingale tak pernah lagi ditemukan di habitat asli, dan justru berkembang biak dengan pesat di sejumlah negara Eropa dan Asia Baratdaya.
Penamaan nightingale itu sendiri, dalam beberapa kajian, sudah ada sekitar 1.000 tahun lalu di Inggris. Disebut nightingale, karena burung ini selalu bernyanyi tanpa mengenal waktu, termasuk pada malam hari. Sekitar 1 jam sebelum matahari terbit, nightingale membuka hari dengan bernyanyi, untuk mempertahankan wilayah teritorialnya.
Suaranya sangat tajam, lagu bervariasi, dan merdu. Salah satu ciri khas dari suara burung ini adalah selalu menyertakan siulannya, baik dengan nada sedang maupun tinggi. Ocehannya begitu lengkap, termasuk memiliki beberapa variasi tembakan dengan speed tinggi dan rapat. Itu sebabnya, burung ini kerap dijadikan master untuk berbagai jenis burung kicauan seperti MB, kacer, cendet, dan pleci.
Sebagaimana burung linnet, kicauan merdu nightingale menginspirasi banyak sastrawan di Eropa. Bahkan burung ini juga pernah diabadikan HC Andersen dalam sebuah cerita berjudul The Nightingale yang mengisahkan kegemaran Kaisar China terhadap burung ini.
Habitat dan karakteristik nightingale
Burung nightingale hidup di hutan-hutan dan semak belukar, meski belakangan banyak dijumpai pula di daerah perkotaan. Nightingale yang ada di kota cenderung bersuara lebih keras, untuk mengimbangi polusi suara. Pada musim dingin, mereka biasanya bermigrasi ke selatan, terutama di Afrika Utara.
Makanan utamanya adalah serangga, sedangkan selingannya buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Di luar aktivitas makan, nightingale menghabiskan waktunya hanya untuk bernyanyi. Burung ini mampu merekam suara burung lain, kemudian dinyanyikan dengan caranya sendiri. Menurut naturalis Sir David Attenborough, nightingale mampu menyanyikan 300 lagu cinta berbeda pada kicauannya. Lagu-lagu itu dinyanyikan di depan pasangan atau calon pasangan sepanjang malam, terutama pada musim kawin.
Nightingale memiliki warna bulu yang berbeda antara tubuh bagian atas (mulai kepala sampai ekor) dan tubuh bagian bawah (mulai perut sampai daerah kloaka). Tubuh bagian atas berwarna cokelat, kecuali ekornya yang agak kemerahan. Adapun tubuh bagian bawah putih. Sedangkan bulu di bagian dada sama seperti tubuh bagian atas.
Jantan dan betina susah dibedakan, karena warna bulunya mirip. Namun postur tubuh jantan sedikit lebih besar daripada burung betina. Panjang tubuh burung jantan dewasa sekitar 15,5 – 16 cm, sedangkan betina sedikit lebih kecil. Burung jantan lebih aktif berkicau, dengan lagu bervariasi, dan suara yang lebih keras. Sedangkan burung betina jarang bernyanyi, monoton, dan volumenya tak sekeras burung jantan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Mungkinkah ditangkarkan di Indonesia?
Di alam liar, pasangan nightingale membuat sarang di permukaan tanah atau di semak-semak. Perilaku ini sama seperti perilaku reproduki burung branjangan, skylark (sanma), dan pailing. Karena itu, jika bisa ditangkarkan di Indonesia, teknik penangkarannya mungkin tidak jauh berbeda dari ketiga jenis burung dari keluarga lark tersebut.
Sayangnya, sampai sejauh ini, belum ada sobat kicaumania di Indonesia yang menangkarkan burung ini. Selain sulit mendapatkan bahan, burung nightingale kemungkinan susah ditangkarkan di negeri kita, karena proses aklimatisasinya tak mudah.
Nightingale terbiasa hidup di daerah yang mengenal empat musim. Para ahli burung mencatat beberapa paramater yang dibutuhkan burung ini pada musim berkembang biak, antara lain :
- Lokasi berkembang biak umumnya berada di daerah dengan ketinggian maksimal 400 meter dari permukaan laut (ini masih bisa dipenuhi di Indonesia).
- Suhu udara yang dibutuhkan saat berkembang biak rata-rata 14 ° C (nah, ini yang susah di negeri kita).
- Curah hujan maksimal 750 mm/tahun.
- Indeks kekeringan minimal 0,35 (ketika kemarau panjang di negeri kita, ini bisa jadi persoalan).
Sayang ya, padahal nightingale benar-benar burung yang bagus. Ok, sebagai pengganti, berikut ini video dan audio burung nightingale yang bisa Anda lihat, dengar, dan download.
- Audio burung nightingale durasi 6 menit
- Audio burung nightingale durasi 15 menit
- Video burung nightingale di alam liar