Ini sisi lain dari kehidupan sosial burung, khususnya pied babbler (Turdoides bicolor), yang direkam secara ilmiah berdasarkan hasil penelitian Alex Thompson dari Universitas Cape Town bersama beberapa rekan kerjanya dari Inggris dan Australia. Anak burung ini rupanya sering memeras induknya sendiri, untuk terus mendapatkan makanan, dengan selalu berteriak-teriak minta makan. Sang induk pun harus memenuhi permintaan anaknya, karena lingkungan sekitarnya dikelilingi predator. Jika teriakan anaknya tak segera dihentikan, tentu mereka menjadi mangsa empuk para predator. Adapun cara efektif menghentikan teriakan anaknya hanya melalui pemberian makanan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Perilaku ini mengingatkan kita pada The Walking Dead, sebuah film mengenai zombie-zombie yang lapar. Setiap mendengar bayinya menangis, orang-orang di sekitar bayi khususnya orangtua akan berusaha menghentikan tangisnya, agar tak terdengar zombie-zombie yang lapar. Jika zombie sampai mendengar tangisan tersebut, berarti malapetaka bagi bayi dan orang-orang di dekatnya.
Perilaku anakan pied babbler pun demikian. Mereka akan merengek dengan suara kencang, agar induknya segera memberinya makan. Rengekan keras anakan burung ini sengaja dilakukan untuk memancing binatang predator. Biasanya induk pun langsung memberi makanan kepada anaknya, sebelum predator keburu mendengar teriakan keras anaknya.
Rengekan keras yang ternyata diketahui sebagai bentuk pemerasan terhadap induknya ini terungkap melalui penelitian yang dilakukan Alex Thompson dari Universitas Cape Town bersama tim peneliti lain dari Inggris dan Australia. Menurut peneliti, anakan pied babbler akan terus merengek hingga ia merasa kekenyangan, meski induknya harus bolak-balik mencari makanan untuk menghentikan aksi pemerasan tersebut.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Thompson dkk melakukan penelitian selama 200 jam dalam kurun waktu tiga tahun, dengan mempelajari perilaku burung pied babler di Gurun Kalahari, Afrika Selatan. Mereka melakukan pengamatan hingga 3.000 kali terhadap indukan pied babler ketika memberi makanan kepada anak-anaknya.
Dalam pengamatan mereka, terlihat perbedaan frekuensi pemberian makan oleh indukan kepada anaknya ketika keberadaan burung ini terpantau oleh hewan predator dan ketika burung-burung ini aman dari ancaman predator. Ketika mereka terpantau predator, induk akan memberikan makanan dengan porsi 0,12 gram per menit. Sebab anak-anaknya selalu berteriak di atas permukaan tanah, yang terlihat jelas oleh predator. Tapi ketika lingkungan aman dari ancaman predator, induk rata-rata hanya memberikan makanan sebanyak 0,03 gram per menit.
Untuk melihat reaksi indukan terhadap pemerasan yang dilakukan anaknya ini, tim peneliti memainkan rekaman audio dari hewan predator saat anaknya berteriak-teriak memaksa minta makanan. Hasilnya, indukan pun merasa panik dan menyuruh anaknya diam dengan memberikan makanan hingga empat kali lipat dari biasanya. Sebaliknya, ketika mereka berada di atas pohon, indukan bersikap biasa saja karena merasa lebih aman dari intaian predator.
Secara umum, anakan pied babbler sengaja menempatkan dirinya pada risiko terdeteksi oleh predator untuk mendapatkan perhatian langsung dari indukannya dengan membuat berbagai keributan. Penelitian yang diterbitkan dalam Proceeding of the Royal Society iin menunjukkan bahwa anak burung akan melompat dari pohon ke permukaan tanah, ketika terdorong oleh rasa laparnya. Ini sama saja melakukan pemerasan terhadap indukannya agar secepatnya memberi makanan kepada mereka dengan cara berteriak sekeras-kerasnya, dengan tujuan memanggil hewan predator untuk datang.
Sungguh menarik fenomena alam ini, khususnya mengenai dunia perburungan di alam raya. Makin banyak penelitian yang bisa ditelusuri, makin menambah pengetahuan kita bersama.
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.