Jika selama ini omkicau.com selalu menganjurkan pemanfaatan burung hasil penangkaran, itu bukan tanpa sebab. Selain menjadi salah satu misi website ini (cek profil omkicau.com) sehingga menekan penggunaan burung tangkapan hutan, juga memberi kemanfaatan ekonomi bagi penangkar. Hal ini rupanya dibuktikan Jayadi dkk di Desa Tawaran, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban. Desa di tepi hutan ini dikenal sebagai perkampungan murai batu, karena sejumlah warganya menjalankan usaha penangkaran murai batu. Bahkan banyak petani dan peternak sapi beralih profesi menjadi penangkar murai batu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tawaran merupakan salah satu desa tepi hutan di wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tuban. Masyarakat setempat umumnya bertani dan beternak lembu. Jayadi (45), warga RT 02 / RE 02, Desa Tawaran, Kecamatan Kenduruan, Tuban, sehari-hari bekerja sebagai mandor Perhutani. Untuk menambah penghasilan keluarga, dia merintis penangkaran murai batu. Usaha ini mulai dilakoninya sejak delapan tahun lalu.
“Dari usaha sampingan ini, dalam satu bulan bisa mendapatkan pemasukan tambahan minimal tiga juta rupiah. Jenis burung yang saya ternak di sini adalah murai batu medan, karena penggemarnya banyak dan anakan umur satu minggu pun bisa laku 450 ribu rupiah per ekor,” kata Jayadi.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Ia memulai penangkaran MB medan dengan bermodalkan sepasang indukan, yang dibeli seharga Rp 150.000. Sekadar perbandingan, harga sepasang indukan siap produksi kualitas standar saja saat ini sudah di atas Rp 6 juta.
Usaha yang dilakukannya bahkan mendapat dukungan moral dari Asisten Perhutani (Asper) Haris Triwahyunita yang saat itu masih menjadi sinder di Desa Tawaran. Berkat ketekunan dalam memanfaatkan waktu luang, kini Jayadi sudah memiliki 4 kandang indukan murai batu, semuanya dalam kondisi produksi. Kandang-kandang ini hanya diletakkan di pekarangan depan rumah yang tidak begitu luas.
Setiap kandang rata-rata bisa menghasilkan 2 – 3 ekor anakan per bulan. Karena memiliki 4 kadang, maka setiap bulan bisa menghasilkan 8 – 12 ekor anakan. Jayadi tak perlu lama merawat anakan MB medan, karena umur 1 minggu sudah diambil pemesan dengan harga rata-rata Rp 450.000 / ekor.
Kalau dalam sebulan hanya menghasilkan 8 ekor anakan saja, minimal Jayadi bisa mengantongi uang Rp 3,6 juta. Dikurangi dengan biaya pakan yang diperkirakan sekitar Rp 600.000 / bulan, keuntungan bersih dari penangkaran MB medan sekitar Rp 3 juta. “Uang itu sangat berarti bagi masyarakat desa seperti kami yang hanya bekerja sebagai mandor,“ tutur Jayadi merendah.
Keberhasilan Jayadi membuat beberapa warga desa lainnya tertarik untuk ikut menangkarkan murai batu medan. Agus (35), yang bekerja di Bagian Tata Usaha Kantor Asper Tawaran, pun mencoba juga penangkaran murai batu dan berhasil.
Dengan modal awal Rp 30 juta, Agus membangun lima kandang dan membeli 5 pasangan induk MB medan. Harga induk waktu itu (2011) masih Rp 5 juta / pasang. Adapun biaya pembuatan kandang hanya Rp 1 juta per kandang. Dari lima kandang, sebulan ia bisa mengantongi keuntungan kotor Rp 3,75 juta. Modal sudah kembali hanya dalam waktu delapan bulan!
Merambat ke desa tepi hutan KPH Kebonharjo
Cerita sukses warga Tawaran merambat ke desa lain, meski berbeda kabupaten dan provinsi, yaitu di beberapa desa tepi hutan yang berada di Kecamatan Sule, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tuban merupakan kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rembang.
Ratusan kandang penangkaran burung murai batu medan kini tersebar di desa-desa tepi hutan yang ada di Kecamatan Sule, dan termasuk wilayah KPH Kebongarjo. Meski tiap bulan bisa menghasilkan ribuan piyik murai batu medan, namun tetap saja belum mampu memenuhi permintaan pasar yang begitu tinggi.
Tidak sedikit petani yang biasanya beternak sapi, kini banting setir menjadi penangkar murai batu. Mereka menjual sapi, dan uang hasil penjualan dijadikan modal untuk membangun kandang dan membeli pasangan induk murai batu.
Hasilnya pun kini sudah mulai dirasakan, bahkan derajat ekonomi keluarga mereka terangkat. Tidak heran jika jumlah penangkar di Desa Tawaran (Tuban) dan desa-desa di Kecamatan Sale ( Rembang) terus bertambah dari waktu ke waktu.
Asper Tawaran Yudi Susanto merasa senang melihat keberhasilan warga desa tepi hutan yang sukses menangkar murai batu. Perhutani pun sangat mendukung dan merespon positif usaha penangkaran murai, karena hasilnya sangat membantu ekonomi keluarga dan masyarakat sekitar hutan.
“Apabila ekonomi masyarakat berkembang dan sejahtera, itu sangat berpengaruh positif terhadap keselamatan dan keamanan sumberdaya hutan,” ujarnya.
Sumber : perumperhutani.com
KPH Tuban : Jl Gajah Mada 13 Tuban, Telp 0356 – 321467
KPH Kebonharjo : Jl Pos Rembang, Kebonharjo Telp 0356 – 551701 / 0356 – 551702
—