Setiap pekan kedua bulan Mei, masyarakat dunia memperingati Hari Migrasi Burung Sedunia (World Migratory Bird Day). Tahun ini peringatan tahunan jatuh pada tanggal 11-12 Mei 2013, atau hari ini dan besok, yang dirayakan oleh 65 negara termasuk Indonesia. Mengapa Hari Migrasi Burung begitu penting? Berikut ini tulisan Om Aji Wihardandi yang dimuat di mongabay.co.id, yang disajikan ulang untuk pembaca omkicau.com.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Dari sudut pandang ekologis, migrasi burung adalah sebuah ritual tahunan yang menunjukkan kesimbangan fungsi ekologis di berbagai belahan dunia. Bayangkan, tak kurang dari 50 miliar individu burung yang melakukan migrasi ini setiap tahun. Mereka melintas benua dengan jarak puluhan ribu kilometer untuk mencari makan atau mendapatkan cuaca hangat untuk melanjutkan siklus perkembangbiakan mereka.

Itu sebabnya, dalam peringatan Hari Migrasi Burung Sedunia kali ini, akan dilakukan berbagai aksi untuk menyoroti pentingnya jaringan ekologi bagi kelangsungan hidup burung migran. Kolaborasi dan jaringan sangat penting untuk membangun konservasi, mengurangi ancaman pada burung migran dan kebutuhan kerjasama dengan dunia internasional.

Pulau kecil di Sidoarjo yang menjadi lokasi burung migran. (Foto: Aji Wihardandi)

Sayang ritual migrasi tahunan ini kini makin terganggu oleh perubahan iklim yang makin parah. Dari hasil penelitian yang dilakukan sejumlah ahli terungkap, hilangnya wilayah makanan mereka seluas 23 hingga 40% akan menyusutkan populasi burung-burung migran ini hingga 70%. Dalam penelitian yang dilakukan sejumlah pakar dari Australia, di beberapa kawasan saat ini bahkan sudah mulai mengalami penyusutan populasi burung antara 30 hingga 80%.

Dalam banyak kasus, laju pembangunan kawasan pesisir dan proses reklamasi pantai untuk kepentingan pertanian kini sudah menghabisi lahan basah yang biasa digunakan para burung dalam perjalanan jauh mereka untuk transit, yang jaraknya bisa bertambah hingga setengah kali keliling bumi ini.

Sejumlah spesies yang mengalami masalah dengan kenaikan permukaan air laut ini antara lain godwit ekor belang, curlew sandpiper, great knot, grey-tailed tattler, lesser sand plover dan red knot, seperti diungkap melalui penelitian yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Danau Sentarum, Kalimantan Barat, sering didatangi burung migran dari berbagai belahan dunia. (Foto: Ridzki R Sigit)

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Memperingati Hari Migrasi Burung Sedunia sekaligus mengingatkan bahwa kesimbangan ekologis di berbagai belahan dunia tak hanya mempengaruhi siklus hidup burung migran, namun juga keseimbangan alam dan dampaknya bagi manusia.

Hilangnya siklus migrasi burung akan memaksa burung-burung yang bermigrasi untuk bertahan hidup di habitat asalnya yang tengah mengalami kondisi cuaca buruk. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkembang biak sekaligus mempertahankan populasi mereka. Jika hal ini terus terjadi secara berkelanjutan, bukan tak mungkin berbagai spesies burung migran akan punah dalam beberapa dekade mendatang.

Posisi Indonesia yang terbentang antara benua Australia dan Asia Daratan di sisi utara, memiliki nilai penting dalam migrasi burung yang terjadi setiap tahun. Misalnya Danau Sentarum di Kalimantan Barat. Pada musim kemarau, burung-burung pemakan ikan bermigrasi ke wilayah ini untuk mencari makan.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Burung-burung pencari ikan di antaranya dari famili Alcedinidae seperti raja udang, serta berbagai spesies langka dari famili Bucerotidae (rangkong), dan famili Ciconiidae (bangau). Dari seluruh jenis spesies burung yang ada di Indonesia (1.519), maka 20 persennya (310 spesies) berada di Danau Sentarum.

Selain itu Indonesia juga menjadi tujuan akhir bagi berbagai burung raptor untuk bermigrasi. Ribuan raptor bermigrasi mencari makan dari kawasan Asia Utara menuju kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia tujuan migrasi terbesar raptor Asia Timur, dan sebagian kecil mereka ke Timor Leste. Musim migrasi biasa dua kali: musim gugur (September – November), dan musim semi (Maret – Mei).

Rombongan burung migran yang menempuh ribuan kilometer tiap tahun.
(Foto: Jussi Mononen / worldmigratorybirdday.org)

Ketua Raptor Indonesia (Rain) Zaini Rakhman mengatakan, Indonesia dan Timor Leste adalah tujuan akhir migrasi. Namun terbesar di Indonesia, secara sporadis sampai ratusan ribu ekor. “Sebagai tujuan akhir migrasi raptor dari Asia, Indonesia menjadi penting untuk konservasi raptor di Asia,” katanya, awal Desember 2012.

Dia menambahkan, ada 66 raptor yang migrasi di Asia, 19 di antaranya bermigrasi melintasi kawasan Indonesia sebelum kembali ke area berbiak mereka. Raptor yang melintasi kepulauan di Indonesia, masuk ke beberapa wilayah antara lain Sumatera (sekitar 11 jenis, 4 menetap), Kalimantan (7 jenis, 1 menetap), dan Jawa (10 jenis, 2 migrasi dari Australia).

Kemudian  Sulawesi (8, termasuk 1 migrasi dari Australia), Maluku (5 jenis, 2 dari Australia), Nusa Tenggara (8 jenis, 2 dari Australia), dan Papua (8 jenis, 2 dari selatan dan satu subjenis Aquila audax, populasi penetap di Papua Selatan).

Peringatan World Migratory Bird Day di Indonesia tahun ini dilakukan di 14 daerah, mulai dari kelompok pengamat burung hingga taman nasional, seperti dijelaskan Fransisca Noni dari Burung Nusantara. Berikut ini beberapa kegiatan di Indonesia dalam rangka peringatan Hari Migrasi Burung Sedunia.

Kegiatan di Sumatera:

  • Medan, penyelenggara Pilar Indonesia dan Biopalas, Universitas Sumatera Utara
  • Padang, penyelenggara Museum Zoologi, Universitas Andalas, dan Pariaman Birdwatching
  • Palembang, penyelenggara Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Sriwijaya.

Kegiatan di Jawa :

  • Surabaya, penyelenggara KSBL Pecuk, Peksia Himbio dan Kirik-kirik FKH Universitas Airlangga, serta “Srigunting” Universitas Negeri Surabaya.
  • Jogyakarta, penyelenggara Paguyuban Pengamat Burung Jogja.
  • Semarang, penyelenggara Pelatuk Biologi Universitas Negeri Semarang.
  • Jakarta, penyelenggara KPB Nycticorax.
  • Purwokerto, penyelenggara Biodiversity Society.

Kegiatan di Kalimantan :

  • Ketapang, penyelenggara Birding Society of Ketapang.

Kegiatan di Nusa Tenggara :

  • Lombok (lokasi di Sekotong dan Gili Meno), penyelenggara Kelompok Pengamat Burung Kecial.
  • Bali (lokasi Pulau Serangan), penyelenggara Minat Profesi Satwa Liar Rothschildi, FKH Universitas Udayana.

Kegiatan di Papua :

  • Penyelenggara Taman Nasional Wasur.

Para aktivis burung ini akan melakukan kegiatan bersama pengamat burung yang berada di sekitar lokasi, mengajak masyarakat berpartisipasi dalam mengamati burung, membagikan stiker, melakukan kegiatan foto alam liar, dan berdiskusi.

Burung migran tak hanya terbang untuk melakukan ritual tahunan, tetapi juga menjaga keseimbangan fungsi ekologis belahan dunia di utara dan selatan. Ini adalah salah satu tujuan utama migrasi ini. Hilangnya lahan basah dan pencemaran di kawasan pesisir menjadi salah satu penyebab hilangnya keseimbangan alam ini. Tak hanya bagi burung, namun juga bencana besar bagi manusia.

http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=bTvqXVFQLIs

Selamat Hari Migrasi Burung Sedunia 2013!

Om Kicau memberikan respek kepada para aktivis burung di Indonesia. Terus berkarya sobat…

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.