Nama Taman Kuliner sudah kondang bagi sebagian besar kicaumania Jogja dan sekitarnya. Sebab lokasi ini dianggap paling kondusif dan oke untuk menggelar lomba burung, baik latber maupun lomba reguler. Dalam seminggu dipakai dua kali (Rabu dan Sabtu sore), dan selalu dipenuhi peserta. Di tempat inilah bakal digelar Lomba Burung Berkicau Nasional TKKM Cup I, Minggu, 19 Mei mendatang, atau tiga hari ke depan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Taman Kuliner terletak di Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Lokasinya sangat strategis, hanya beberapa meter dari Ringroad / Jalan Lingkar Utara. Selain itu, dekat dengan Subterminal Condong Catur, atau tepat di depan menara pemancar Indosat. Untuk menemukan lokasi ini, tetenger paling gampang adalah perempatan Ringroad – Jl Gejayan. Lihat denah di bawah ini :
—
Lokasinya luas, dengan areal parkir yang memadai untuk mobil maupun motor, sudah dilengkapi dengan gantangan dan pagar permanen. Fasilitas MCK juga sangat memadai, tempat berteduh yang cukup. Nah, untuk urusan perut, di sana juga tersedia banyak warung makan atau sekadar minum untuk menemani ngobrol.
TKKM merupakan singkatan Taman Kuliner Kicau Mania, sebuah event organizer (EO) yang setiap Rabu sore (pukul 15.00) menggelar latihan rutin di tempat ini. Sebagian kicaumania Jogja menyebutnya even Raboan. Adapun latihan Sabtu sore, di tempat yang sama, digelar Kicau Mania Yogyakarta (KMYK), salah satu cabang organisasi Kicau Mania yang di tingkat pusat dikomandani Om Yogi Prayogi (Om CJ).
Panitia TKKM Cup I membuka empat kelas, yaitu Mega Bintang (tiket Rp 200.000, hadiah juara 1 Rp 3 juta, Jatijajar (tiket Rp 150.000, juara 1 Rp 2 juta), Ebod Vit (tiket Rp 100.000, juara 1 Rp 1 juta), dan Ronggolawe (tiket Rp 50.000, juara 1 Rp 500 ribu).
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Di luar itu, doorprize dipastikan berlimpah. Panitia juga menyiapkan even yang fair play sekaligus tertib. Peserta dilarang berteriak. Kalau nekad berteriak, panitia siap bersikap tegas dengan mendiskualifikasi burung, atau menurunkan burung.
“Ini sudah jadi kesepakatan bersama, untuk mendidik peserta agar bisa tertib dan lebih memperhatikan suara burung, bukan ribut sendiri. Kita tidak bermaksud membatasi peserta, tetapi aturan ini dibuat untuk kebaikan kita semua,” ujar Hoho, yang diamini Sapta, Gosong, Rudi, Agus Perot, Bimo, dan kawan-kawan panitia TKKM lainnya.
Pada gelaran latber Rabu (8/5) lalu, panitia sudah mulai bertindak tegas dengan menurunkan burung milik peserta yang terus berteriak. Padahal pemain itu sudah diberitahu secara baik-baik, lalu mendapat peringatan berulangkali.
Hal serupa juga kembali terjadi pada latber Rabu 15 Mei. Panitia mulai menerapkan aturan tanpa teriak dengan lebih tegas daripada biasanya. Rupanya, sikap ini dilakukan sebagai bagian dari persiapan untuk menyesuaikan diri, atau gladi resik, menuju even 19 Mei.
Ya, ketegasan panitia memang diperlukan, dan harus didukung semua pihak demi ketertiban lomba. Sikap tegas perlu dilaksanakan secara konsisten, dari awal hingga akhir lomba. Tugas berikutnya adalah bagaimana tim juri bisa bekerja dengan baik, teliti, dan fair play. Mari kita sama-sama ikuti dan pantau jalannya lomba, apakah bisa berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.
Sejumlah EO sudah mampu menegakkan aturan tanpa teriak secara konsisten. Misalnya Minggu Wage di Pageraji Purwokerto, juga sebagian besar even lomba di Sampit yang digelar Om Syaifudin Zuhri. Mereka bisa menjadi rujukan para kicaumania dan EO lomba burung. (Waca Jogja)
Selamat berlomba, jaga sportivitas dan fair play.
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Memang Banyak yang Pro dan Kontra masalah Pemain yang Teriak..
TKKM akan berusaha kerja secara maksimal walau dengan resiko yang berat..
Semoga kedepan bukan barang langkah lagi dalam dunia lomba burung untuk tidak berteriak tapi menjadi trend..
Biarlah burung yang teriak dan menunjukan kwalitasnya.
Kita cukup jadi penonton.
Hidup TKKM..maju terus..
semoga bisa berjalan terus dengan peraturan tegas
lomba2 tanpa teriak lebih enak dilihat, juri juga harus tegas kalau pas lomba / latian
jangan mentang2 yg teriak temen sendiri
apalagi untuk lomba di PASTY seringkali teriak2an nya lebih gede daripada suara burung
65 65 65 65 65 65 65 bikin males nonton haha
Semoga bisa dicontoh oleh semua EO agar bisa tegas terhadap para peserta yg suka teriak2 kayak orang stress.
Contoh EO atau tempat lomba tanpa teriak yg menurut saya sangat tegas adalah Yon Angmor di Jakarta.
ya,sadar dong,kita menilai suara burung,bkn suara manusia