Budi Roxy dan Fredy KM merupakan dua sahabat karib yang sama-sama tergabung dalam TSI SF. Dulu keduanya berbeda pilihan soal jenis burung yang dilombakan. Budi Roxy punya sederet murai batu jawara, sedangkan Fredy KM memiliki seabrek kenari berprestasi. Kini mereka sama-sama punya gaco cucak hijau dan makin eksis di kelas ini, tanpa harus meninggalkan piaraan lamanya. Minggu (19/5) lalu, cucak hijau Bejo milik Budi Roxy dan Aspal milik Fredy KM moncer di dua lomba berbeda.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Nama Budi Roxy memang lebih dikenal kalangan kicaumania di Jabodetabek sebagai pemain murai batu. Beberapa gaconya kerapkali menjuara even di kawasan Ibu Kota dan sekitarnya, antara lain 10 KVA dan Matador. Hampir setiap even yang diikutinya, kedua burung ini selalu memberikan trofi dan hadiah uang kepada pemiliknya.
Sebaliknya, Fredy KM lebih dulu eksis di kenari. Beberapa kenari besutannya, yang memiliki nama seri Park SJ, juga sering moncer di lapangan.
Tetapi belakangan ini, keduanya memiliki minat terhadap jenis burung yang sama: cucak hijau. Setelah hunting beberapa waktu lamanya, Budi Roxy menemukan gaco pilihannya, yang kemudian diberi nama Bejo. Sedangkan Fredy KM punya gaco baru bernama Aspal.
Bejo, hasil perawatan konsisten
Meski namanya Bejo, yang berarti hoki atau keberuntungan, bukan berarti Budi Roxy hanya mengandalkan keberuntungan dari burung ini. Bagaimana pun, burung tetap harus mendapatkan perawatan secara benar dan konsisten, termasuk setelan extra fooding (EF) yang tepat agar bisa berprestasi.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sejak ditangani Om Budi, prestasi Bejo dalam beberapa bulan ini terus mencorong di tangga juara. Dua pekan silam, misalnya, burung ini sukses meraih dua kali gelar juara 1 atau double winner dalam even KCI Cibubur. Sebuah prestasi yang sangat luar biasa, mengingat persaingan kelas cucak hijau di Jabodetabek kini makin ketat.
Bahkan Minggu (19/5), dalam sebuah even di Serang, Banten, Bejo juga memborong dua gelar juara pertama. “Karena panitia hanya buka dua kelas, ya kita hanya turun di dua kelas saja,” kata Om Budi, bos PT Tribangun yang bergerak di bidang perangkat komputer.
Lantas bagaimana kiatnya menstabilkan prestasi sang gaco di lapangan? Menurutnya, perawatan yang dilakukan standar saja.Pakan utama hanya pisang kepok.”Sesekali diberi pepaya untuk menurunkan birahinya, terutama setelah lomba (Senin),” jelas Om Budi.
Begitu juga dalam pemberian EF. Agar kondisi birahinya tetap terjaga, porsi jangkrik sewajarnya saja. Rata-rata hanya 1 ekor jangkrik per hari. Sebab jika berlebihan, dia khawatir burung andalannya malah menjadi over birahi (OB).
Dalam kesehariannya, Bejo juga membutuhkan kandang umbaran, jadi sepanjang hari cukup ditempatkan dalam sangkar harian. “Pagi hari, setelah buka kerodong, burung dianginkan sebentar lalu mandi, Habis mandi langsung dijemur selama satu hingga dua jam. Setelah dijemur dianginkan sejenak, dan diistirahatkan sambil dikerodong,” jelas Om Budi.
Meski pilihannya terhadap cucak hijau mulai menemukan eksistensinya di berbagai even lomba, Om Budi Roxy mengatakan tetap tidak akan meninggalkan murai batu. “Ya tetap mainlah. Toh banyak juga kicaumania yang main di beberapa jenis burung,” tuturnya.
Aspal, cucak hijau berperilaku nyentrik
Ketika Budi menurunkan Bejo di Serang, Minggu (19/5), pada saat yang sama Fredy KM juga mengantarkan gacoannya, Aspal, mengikuti even Wali Kota Cup Jakarta Utara di Kelapagading yang dipenuhi peserta. Aspal pun sukses merebut gelar juara 1, bahkan di kelas tertinggi untuk cucak hijau, yaitu Kelas Priyayi.
Meski ia sering ketemu dan berkomunikasi dengan Budi Roxy, ternyata perawatan yang dilakukannya terhadap Aspal berbeda dari cara sahabatnya merawat Bejo. Ya, ini semua karena setiap individu burung memiliki karakter yang tidak selalu sama dengan individu burung lainnya.
Om Fredy memberikan jangkrik dengan porsi 3 ekor pada pagi dan 3 ekor lagi di sore hari. Sehari menjelang lomba (Sabtu), porsi jangkrik ditingkatkan menjadi 5-5. Pada Hari-H (Minggu), Aspal diberi 5 ekor jangkrik dan 5 ekor ulat hongkong. “Dengan setelan extra fooding seperti itulah, Aspal makin stabil di lapangan,” kata Om Fredy.
Namun ada perlakukan khusus yang dilakukannya untuk Aspal menjelang digantang di arena lomba. Apa itu? Jeruji kandang harus “dimainkan” menggunakan jari tangan. “Jadi, jari-jari tangan saya digesek-gesekkan ke jeruji kayak, seperti orang memetik gitar,” ungkap Om Fredy.
Ini tidak ada kaitannya dengan mistis, tahayul, atau sejenisnya. Kebetulan ketika dia pertama kali melakukan gerakan itu tanpa disengaja, burung terlihat duduk manis dan rajin bunyi. Ketika dicoba lagi, ternyata perilakunya tetap manis seperti itu.
Akhirnya, Om Fredy mencobanya saat berlomba. Eh, burung tetap duduk manis di atas tangkringan dan jambilnya selalu ngetrok ketika bertemu lawan-lawannya. Sejak itulah, dia selalu menggesekkan jarinya ke jeruji sangkar sebelum burung digantang.
Ini menunjukkan bahwa burung pun memiliki kesukaan tertentu yang membuatnya makin trengginas saat bertemu musuh-musuhnya. Demikian pula dengan Aspal, Jika melihat majikannya sudah menggesekkan jari ke jeruji sangkar, maka begitu digantang dia akan memperlihatkan penampilan terbaiknya, mengeluarkan lagu-lagu yang bervariasi dan isian seperti kapas tembak, tengkek, dan lovebird.
“Sebelum juara di Wali Kota Cup, Aspal juga sudah sering menjuarai berbagai lomba. Semoga prestasi Aspal bisa terus stabil dan bertahan lama,” ungkap Om Fredy.
Yang pasti, Om Budi Roxy dan Om Fredy KM kini makin eksis di cucak hijau, meski persaingan di kelas ini relatif panas, sepanas murai batu dan kacer. Keduanya sudah membuktikan hasil perawatannya selama ini. (d’one)
Semoga bermanfaat
—
Salam sukses, Salam dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.