Nama asli burung ini adalah merbah cerukcuk atau yellow-vented bulbul (Pycnonotus goiavier). OrangSunda menyebutnya jogjog, sedangkan orang Jawa mengenalnya sebagai trucukan, yang kemudian juga popular di kalangan kicaumania di Indonesia. Di alam liar, burung ini sering terlihat bersama-sama dengan kutilang.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Meski suara kicauannya tidak sevariatif burung kicauan lainnya, trucukan memiliki suara ropel yang mirip cucakrowo. Itulah yang menjadi salah satu daya tarik trucukan di mata sebagian penggemarnya. Diperlukan perawatan khusus agar trucukan bisa bersuara ropel, apalagi mampu mengembangkan kedua sayapnya atau biasa disebut nggaruda.
Trucukan termasuk salah satu jenis burung yang mudah jinak atau mudah beradaptasi dengan kehidupan dan lingkungan manusia. Hal ini karena di alam liar, burung ini memiliki habitat di dekat permukiman penduduk, seperti tanah lapang, perkebunan, bahkan di taman-taman kota.
Mereka bahkan membangun sarang di dekat pemukiman atau halaman rumah kita, meski lokasi sarang agak tersembunyi. Boleh jadi, ini merupakan strategi burung trucukan di alam liar agar mampu bertahan hidup di era sekarang.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sarang mereka kerap ditemukan di beberapa pohon favoritnya, seperti tanaman bambu, kembang sepatu, palem kuning, kaliandra, pohon jengkol, pohon kenari, dan sebagainya.
Ketinggian sarang yang dibangunnya bervariasi, tergantung jenis tanaman yang digunakannya sebagai tempat bersarang. Yang paling rendah adalah sarang yang dibangun pada tanaman bambu, yang tingginya kurang dari 1 meter dari permukaan tanah.
Wilayah persebaran burung trucukan cukup luas, bahkan spesies ini bisa dijumpai di semua negara Asia Tenggara. Ada 6 supspesies atau ras trucukan, yaitu :
- Pycnonotus goiavier analis : tersebar di Semenanjung Malaysia, Sumatera (termasuk Kepulauan Riau, Lingga, Bangka, dan Belitung), Jawa (termasuk Pulau Kangean), Bali, Lombok, dan Sumbawa.
- Pycnonotus goiavier goiavier : merupakan burung endemik di Filipina, dan bisa dijumpai mulai dari Luzon, Polillo, Mindoro, Panay, Guimara, Negros, hingga Masbate.
- Pycnonotus goiavier gourdini : tersebar di Kalimantan (termasuk Pulau Maratua) dan Kepulauan Karimunjawa (Kabupaten Jepara, Jawa Tengah).
- Pycnonotus goiavier jambu : tersebar di Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam.
- Pycnonotus goiavier samarensis : burung endemik di Filipina (Ticao, Samar, Biliran, Buad, Cebu, Olango, Camotes, Leyte, Bohol).
- Pycnonotus goiavier suluensis : tersebar di Filipina (dari Dinagat, Nipa sampai Mindanao), Basilan, dan Kepulauan Sulu.
Trucukan yang banyak diperjualbelikan di pasar burung umumnya dari Jawa dan Sumatera, yang terdiri atas ras analis dan gourdini.
PERAWATAN TRUCUKAN
Banyak kicaumania yang lebih menyukai membeli trucukan bakalan atau muda hutan (MH), yang kondisinya masih liar / giras. Untuk memudahkan perawatan, sebaiknya burung dijinakkan terlebih dulu. Bagaimana cara menjinakkan burung yang tepat, silakan buka kembali arsipnya di sini.
Setelah burung dalam kondisi jinak (minimal semi jinak / jinak-jinak lalat), perawatan hariannya menjadi lebih mudah.
Sebagaimana dua kerabat dekatnya, cucakrowo dan kutilang, trucukan juga termasuk burung pemakan buah-buahan. Tetapi burung ini juga doyan aneka serangga, termasuk ulat, bahkan senang pula memakan bunga-bunga yang sedang mekar.
Dalam perawatan harian, Anda bisa memberikan buah-buahan seperti pepaya, pisang, dan buah lain (misalnya belimbing wuluh, buah naga, dan sebagainya). Silakan cari setelan buah yang paling cocok dan dapat membuat trucukan Anda gacor, karena setiap individu trucukan terkadang memiliki selera yang berbeda-beda.
Untuk extra fooding, Anda bisa memberinya kroto dan jangkrik. Dua bahan pakan ini pula yang digunakan Om Agus Fathoni saat menangkar trucukan di daerahnya, Dusun Ngrukem, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
SUARA BURUNG TRUCUKAN ROPEL
Yang paling diharapkan para penggemar trucukan adalah bagaimana burung menjadi rajin bunyi dan mampu mengeluarkan suara ropel. Trucukan dewasa memiliki beberapa tipe suara, antara ngebren dan ropel. Berikut ini perbedaan suara trucukan ngebren dan ropel.
Audio trucukan ngebren l Download
Audio trucukan ropel l Download
Audio trucukan ropel panjang l Download
Audio trucukan ropel dalam ruangan l Download
—
Untuk perawatan agar trucukan lebih rajin berbunyi, khususnya dengan suara ropel, Anda bisa menggunakan beberapa metode. Salah satunya adalah pemberian pakan racikan yang kaya nutrisi, serta pemberian vitamin dan suplemen khusus yang bisa mengatur metabolisme dan hormon dari burung tersebut.
Untuk burung dewasa, hal tersebut tentu menjadi lebih mudah dalam membuatnya lebih rajin berkicau, serta mengeluarkan suara ropel daripada burung muda yang rata-rata masih belajar berkicau (ngeriwik).
Cara-cara yang biasa digunakan untuk membuat trucukan lebih rajin berbunyi adalah memberikan parutan buah apel seperti pernah dijelaskan Om Kicau untuk burung tledekan (cek artikelnya di sini). Dalam hal ini, buah apel dipotong, lalu bagian kulit dan bijinya dibuang. Daging buah kemudian diparut dan diperas.
Hasil parutan yang sudah berkurang kadar airnya bisa dicampur dengan kroto bersih dan segra (bersihkan dulu kroto dari sisa-sisa semutn). Campuran ini diaduk hingga merata, kemudian bisa ditetesi multivitamin seperti BirdVit dan / atau TestoBirdBooster (TBB), lalu diberikan kepada trucukan.
- BirdVit sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi burung yang selalu fit, dan menutup kekurangan aneka jenis vitamin yang tak tersedia dalam pakan buah maupun EF. Vitamin bisa diberikan 3 kali seminggu.
- Adapun TBB digunakan untuk burung yang selama dipelihara tak pernah gacor, dan baik pula untuk menjaga kegacoran burung. Pada pemberian pertama, dosisnya 3 hari berturut-turut, kemudian cukup diulangi sekali dalam seminggu.
Pemberian BirdVit jangan dilakukan pada hari yang sama dengan pemberian TBB. Hal ini untuk menjaga efektivitas kerja dari masing-masing suplemen tersebut dalam metabolisme tubuh burung. Jadi, jika pakan racikan hari ini dicampur BirdVit, maka TBB bisa dicampur dalam pakan racikan tersebut untuk besoknya.
Dengan menggunakan terapi tersebut selama beberapa hari, burung akan menjadi lebih rajin berbunyi, dan burung pun mendapat stimulan untuk mengeluarkan suara ropel yang khas. Pastikan trucukan yang dipelihara berjenis kelamin jantan, meski ada pula trucukan betina yang sanggup bersuara ropel, namun tidak begitu panjang (pendek-pendek).
TENTANG TRUCUKAN YANG NGGARUDA
Trucukan yang mengembangkan kedua sayapnya dikenal dengan istilah nggaruda. Istilah ini diambil dari kata garuda (elang jawa), yang sering mengembangkan kedua sayapnya seperti itu. Sebenarnya sikap dan karakter nggaruda pada trucukan merupakan cara mengekspresikan diri, atau unjuk kebolehan, dalam rangka menjaga teritorialnya.
Di alam liar, burung trucukan jantan akan menunjukkan wilayah kekuasaannya dengan cara mengembangkan kedua sayapnya. Terkadang gaya itu dilakukannya sambil berbunyi. Hampir semua jenis trucukan yang punya mental baik dan berusia dewasa akan memiliki gaya nggaruda.
Jika menginginkan trucukan Anda bisa nggaruda, latihlah mentalnya agar memiliki sifat teritorial terhadap lingkungan sangkarnya. Misalnya, sering-seringlah menempelkan sangkar yang berisi burung lain ke sangkar trucukan selama beberapa menit, kemudian jauhkan lagi beberapa menit, lalu ditempelkan lagi. Lakukan hal ini secara rutin, setiap hari, meski durasinya cukup beberapa menit saja.
Metode lain yang bisa dilakukan adalah metelakkan sangkar trucukan di bawah. Taburkan pakan kenari (bisa juga beras) di sekililing sangkar, dan lepaskan beberapa ekor burung gereja yang sudah jinak. Burung gereja ini akan mendekati daerah di sekililing sangkar trucukan, untuk mengambil pakan kenari. Jika trucukan memiliki mental yang bagus, dia akan mengeluarkan gaya garudanya untuk menghalau burung-burung gereja tersebut.
Jika Anda tak memiliki burung gereja yang jinak, bisa juga meletakkan beberapa sangkar burung gereja dan di dekatkan di sangkar trucukan. Pakan kenari ditebar di luar sangkar burung gereja, sehingga burung ini akan selalu mengeluarkan suaranya dan posisinya mengarah ke posisi sangkar trucukan.
Metode ini membutuhkan waktu yang relatif cepat jika trucukan sudah dewasa. Sebab, seperti dijelaskan di atas, nggaruda sebenarnya merupakan karakter asli burung trucukan di alam liar. Hanya saja, selama dalam pemeliharaan di dalam sangkar, karakter ini jarang muncul karena tidak terlatih. Namun untuk burung muda atau bakalan, intensitas latihan harus dilakukan lebih rutin lagi, dan prosesnya membutuhkan waktu lebih lama.
—