Banyak cara yang bisa dilakukan penangkar murai batu dalam merawat piyikan agar bisa selamat dan tumbuh besar sampai masa jual. Misalnya, bagi yang tidak memiliki kandang inkubator, perawatan piyikan bisa dilakukan dalam boks kardus selama beberapa hari, sebelum dipindah ke dalam sangkar. Cara inilah yang dilakukan Supriyanto, alias Om Pri, penangkar dari Mojokerto. Sejauh ini, hasilnya tak mengecewakan. Piyikan tetap tumbuh sehat hingga bisa makan sendiri.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Yang penting, kata Om Pri yang juga pemilik Pri Bird Farm Mojokerto, justru kapan piyikan dipanen / diangkat dari kandang induknya. Berbeda dari piyikan kacer yang biasanya dipanen pada umur 10 hari, dia biasa memanen anakan murai batu pada umur 4-5 hari.
Jadi, begitu menetas, piyikan murai batu tetap dibiarkan dalam perawatan induknya selama 5 hari. Berikan pakan utama berupa voer dan extra fooding (EF) berupa kroto dan cacing tanah yang sudah dipotong-potong.
Semua pakan dimasukkan dalam wadah masing-masing (terpisah) dan sebaiknya diletakkan dekat dengan induk betina. “Dengan demikian, induk bisa menjangkau semua pakan secara mudah, sekaligus memudahkan pula saat meloloh anaknya,” kata Om Pri yang juga menjabat ketua Mojosari Bird Club (BC).
Pada hari ke-6 sejak menetas, piyikan bisa dipanen dan dimasukkan dalam boks dari kardus bekas. Selama ini, Om Pri lebih sering menggunakan kardus air mineral. “Anakan dipanen bersama sarangnya. Jadi, sarangnya ikut dimasukkan ke dalam boks kardus,” kata Om Pri di lokasi penangkarannya, Dusun Jajal, Desa Jasem, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Karena bulu-bulunya belum tumbuh sempurna, maka piyikan membutuhan suasana hangat di dalam boks. Karena itu, bagian atas boks disorot dengan lampu bohlam 5 Watt, dengan jarak sekitar 40 cm dari sarang. Dengan posisi seperti ini, piyikan murai batu tetap memperoleh kehangatan, tapi tidak membuat tubuhnya kepanasan.
Pastikan kardus diletakkan di tempat yang aman dari gangguan binatang lain dan tidak berada di tempat terbuka yang memungkinkan udara bebas keluar-masuk.
Selama berada dalam boks kardus, piyikan MB harus diloloh secara berkala (1-2 jam sekali). Bahan pakan untuk lolohan ini terdiri atas campuran voer, kroto, dan vitamin seperti BirdVit. Agar bahan lolohan bisa masuk ke tembolok piyikan, sebaiknya dibuat dalam bentuk adonan basah.
Menurut Om Pri, penggunaan boks kardus dimaksudkan sebagai masa adaptasi sebelum nanti dimasukkan ke dalam sangkar. Karena itu, dia hanya merawat piyikan MB dalam boks kardus hanya selama empat hari.
Setelah empat hari berada dalam boks kardus, piyikan MB yang sudah berumur 10 hari ini dipindahkan ke dalam sangkar. Karena bulu juga belum tumbuh sempurna, lampu bohlam 5 Watt bisa dipasang di bagian atas sangkar.
Bahan pakan untuk lolohan masih sama, yaitu campuran antara voer, kroto, dan BirdVit, dan dibuat agak basah. Sediakan pula tenggeran dalam sangkar, karena anakan murai batu sudah mulai belajar melompat dan terbang, serta bertengger.
Sekitar 5 hari berada di dalam sangkar tersebut, atau umurnya sekitar 15 hari, lampu bohlam bisa dilepas. Biarkan anakan murai batu tetap berada dalam sangkar ini sampai umur 1 bulan.
Jika umurnya sudah 1 bulan, anakan murai batu biasanya sudah bisa makan sendiri, sehingga Anda tak perlu lagi melolohnya.
Saat itu pula, Anda bisa memisahkan mereka dan memasukkannya ke dalam sangkar masing-masing, atau satu sangkar untuk seekor burung. Hal ini untuk menghindari perkelahian, sebab naluri fighter sudah mulai muncul.
Pakan yang diberikan sudah dalam keadaan kering, berupa voer, kroto, dan cacing tanah. Bisa juga menggunakan jangkrik ukuran kecil, yang sudah dihilangkan bagian kepala dan kakinya.
Setelah fase ini, Anda punya dua pilihan. Pertama, langsung menjuaknya pada umur 1-1,5 bulan. Kedua, merawatnya dan mulai memasternya hingga dewasa dan dijual dalam kondisi siap lomba.
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Om, MB indukan betina selalu makan anaknya begitu menetas. Apa penyebabnya.
Bagaimana perawatan piyikan MB yang baru menetas?
Ketika indukan “makan” anak sendiri