Merawat burung pada dasarnya merupakan kombinasi antara seni, pengalaman, dan keilmuan. Karena itulah, dalam beberapa hal, tips untuk penanganan masalah tertentu tidak mungkin bersifat baku, karena tergantung dari faktor pemicu, proses perawatan, karakter burung, dan pengalaman dari setiap penghobi burung. Namun, untuk hal-hal yang berkaitan dengan fisiologis dan metabolisme di dalam tubuh, ada kesamaan pada sebagian besar burung kicauan. Dari kombinasi itulah, Om Kicau ingin berbagi ilmu tentang deteksi penyebab burung kicauan tidak bisa ngeplong, meski burung sudah cukup umur, dan beberapa cara untuk mengatasinya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Ngeriwik merupakan fase kedua dari proses berkicaunya seekor burung, khususnya burung kicauan. Adapun fase pertama adalah cuap-cuap, dengan nada tak jelas dan irama tak beraturan, yang dimiliki burung sejak ia menetas.
Manakala burung sudah memasuki umur dewasa kelamin, mestinya sudah memasuki fase ketiga dari proses berkicau tersebut, yaitu ngeplong. Sebagian besar burung kicauan akan memasuki fase ini jika sudah berumur minimal 8 bulan.
Namun, akibat beberapa faktor, tidak sedikit burung yang telah mencapai umur dewasa kelamin alias sudah cukup umur masih saja ngeriwik, dan belum ngeplong. Hal ini terkadang membuat sobat kicaumania frustasi, dan akhirnya menjual burungnya ke orang lain. Celakanya, begitu dibeli orang lain yang faham soal perawatan burung, eh… tak lama kemudian burung tersebut ngeplong juga, bahkan sukses pula di arena lomba.
Nah, untuk menghindari hal-hal seperti ini, Om Kicau akan menurunkan artikel mengenai penyebab burung tidak ngeplong meski sudah cukup umur, dan bagaimana cara mengatasi. Namun, artikel kali ini khusus untuk burung pemakan serangga, seperti murai batu, kacer, pentet, dan sejenisnya. Bisa juga diterapkan untuk famili leafbird, seperti cucak hijau dan cucak rante (cucak ranting).
Khusus untuk kenari, ada artikel sejenis yang pernah dimuat sebelumnya, yaitu :
Seperti diketahui, burung di alam liar menjadi dewasa setelah berumur 7-8 bulan. Saat itulah burung sudah mampu bersuara lantang, untuk menunjukkan kepada burung lain mengenai wilayah kekuasaannya, terutama untuk burung yang memiliki sifat teritorial seperti murai batu, kacer, dan pentet.
Pertanda lain dari burung dewasa adalah memiliki kemampuan kawin, disertai dengan organ reproduksi yang sudah bisa difungsikan. Misalnya, burung betina sudah mampu memproduksi sel telur (ovum) dan yang jantan sudah mampu memproduksi sel sperma.
Karena itulah, burung dewasa makin rajin bunyi untuk menarik perhatian burung betina yang bakal menjadi pasangannya untuk berkembang biak. Di alam liar inilah, burung memiliki siklus kehidupan yang teratur, dan terjadi setiap tahun, misalnya masa moulting, masa mencari pasangan, dan masa berkembang biak.
Dalam pemeliharaan di dalam sangkar, terkadang ada beberapa bagian yang terlewatkan. Banyak kicaumania yang memiliki burung jantan, tanpa keberadaan burung betina, karena memang tak berminat ke penangkaran burung. Artinya, burung tidak berkesempatan memamerkan kicauan terbaiknya di depan burung sejenis yang berbeda jenis kelamin.
Burung dewasa pasti memiliki birahi. Birahi bukan hanya berkaitan dengan kegacorannya saat berlomba atau untuk menghibur Anda di rumah melalui nyanyian-nyanyiannya. Birahi, secara alami atau naluriah, idealnya memang tersalurkan kepada lawan jenisnya, dari jenis burung yang sama.
Ketika birahi tak pernah tersalur, sementara burung mendapat pasokan extra fooding (EF) setiap hari, tentu terjadi penumpukan birahi yang jika dibiarkan bisa mengakibatkan burung mengalami over birahi (OB) dan berdampak pada kegagalan dalam peningkatan level kicauan, maupun malas bunyi, bahkan macet bunyi.
Perawatan yang tidak tepat juga bisa mengakibatkan masa mabung pertamanya terhambat, sehingga burung masih saja ngeriwik usai melewati masa mabung pertama tersebut.
Dari berbagai kondisi seperti itulah, kita bisa memilah beberapa faktor penyebab burung tidak bisa ngeplong, meski sudah cukup umur. Sedikitnya ada lima faktor yang paling dominan dalam hal ini, yaitu :
1. Burung mengalami malnutrisi
Malnutrisi bisa dikatakan merupakan faktor penyebab utama mengapa burung tidak juga ngeplong. Sepanjang burung diberi pakan utama secara cukup, kasus malnutrisi sebenarnya jarang terjadi. Terutama apabila pakan utama ini berupa voer. Sebab voer, apalagi dari pabrikan ternama, pasti memiliki nutrisi inti yang seimbang. Nutrisi inti meliputi energi metabolisme (kalori), karbohidrat, protein, lemak, dan serat kasar.
Adapun jika pakan utamanya berupa buah-buahan, terutama pada cucak hijau yang biasa dirawat tanpa voer, tidak semua nutrisi inti tersebut tersedia sesuai dengan kebutuhan gizi minimal. Mungkin kekurangan dapat tertutupi melalui extra fooding (EF), seperti kroto, jangkrik, ulat, dan sebagainya.
Karena itulah, kasus burung tidak juga ngeplong akibat malnutrisi biasa dialami oleh kicaumania yang karena kesibukannya tidak sempat memberikan pakan secara maksimal, baik sering lupa memberi makan atau rutin memberi pakan tetapi jumlahnya tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan gizi minimal.
Selain itu, ada sebab lain meski tidak secara langsung, yaitu burung kekurangan vitamin dan mineral. Hal ini bahkan melanda sebagian besar burung kicauan, terutama kekurangan vitamin A, vitamin D, vitamin E, serta mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P).
Vitamin dan mineral memang berpengaruh langsung terhadap vitalitas dan derajat kesehatan burung. Apabila burung kondisinya fit dan sehat, maka proses untuk ngeplong bisa berjalan normal, atau tepat waktu. Ketika burung kekurangan vitamin dan mineral, dan kondisi ini berjalan terus-menerus sejak anakan, maka proses ngeplong pun terhambat.
Bahkan burung-burung jawara pun umumnya tidak lepas dari asupan vitamin. Itu sebabnya, Om Kicau selalu menekankan pemberian multivitamin seperti BirdVit (3 kali seminggu) dan multimineral seperti BirdMineral (1 kali seminggu) untuk semua jenis burung kicauan maupun non-kicauan. Alasannya sederhana saja. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, tidak ada burung yang dipelihara dalam sangkar yang tercukupi kebutuhan vitamin dan mineralnya hanya mengandalkan pakan, baik pakan utama maupun pakan tambahan (silakan cek artikelnya di sini).
2. Burung kurang birahi
Faktor malnutrisi, terutama kekurangan protein dan energi metabolisme (kalori), juga dapat memicu faktor penyebab lainnya sehingga burung belum ngeplong juga meski sudah dewasa dan matang secara seksual.
Ini biasanya terjadi ketika burung dalam kurun waktu tertentu kekurangan kedua nutrisi tersebut, misalnya tak ada pasokan kroto dan jangkrik, sehingga burung terpaksa mengandalkan voer saja. Akibatnya, burung yang mestinya sudah memiliki kemampuan untuk bersuara lantang alias ngeplong, hanya sesekali saja mampu ngeplong, misalnya dua hari sekali, atau seminggu sekali.
Bahkan ketika kekurangan protein dan energi metabolisme itu terjadi dalam kurun waktu lama, apalagi sejak anakan, maka burung akan selalu ngeriwik dan tak pernah ngeplong.
Selain terpengaruh malnutrisi, faktor bawaan (genetis) juga bisa menjadi biang ketidakngeplongan burung. Faktor bawaan yang dimaksud adalah kadar testosteron pada burung. Sebab, setiap individu burung dalam spesies yang sama memiliki kadar testosteron berbeda-beda, dan sebagian besar bersifat genetis.
Untuk memudahkan pemahaman Anda, kita bisa lihat kasus ini pada manusia. Ada manusia yang memiliki libido tinggi, sedang, dan rendah. Selain disebabkan faktor makanan, libido juga diwarisi seseorang dari ayah dan / atau ibunya.
3. Burung mengalami gangguan sewaktu mabung
Secara umum, burung muda yang telah berganti bulu menjadi bulu dewasa (mabung pertama) akan lebih cepat ngeplong dan bersuara kencang, yang menandakan mereka telah dewasa. Namun jika terjadi gangguan sewaktu mabung, misalnya masa mabungnya terlalu lama, macet mabung, atau hal lain yang berhubungan dengan pergantian bulu, hal ini bisa membuat burung gagal ngeplong dan tetap ngeriwik saja.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
4. Burung terlalu manja
Burung jinak memang bagus, karena memudahkan perawatan. Tetapi jika kejinakannya mengarah menjadi terlalu manja, burung kerap mengalami penurunan dalam kemampuan berkicaunya. Kasus ini paling sering terjadi pada cucak hijau, pentet, dan kacer.
Solusi untuk mengatasi burung manja bisa dilihat kembali pada beberapa artikel berikut ini:
5. Burung tak pernah dipancing untuk ngeplong
Beberapa jenis burung tertentu membutuhkan pancingan agar cepat ngeplong. Misalnya pleci, ciblek, dan cipo / sirpu. Karena itu, diperlukan pancingan agar mereka cepat ngeplong, dengan cara membeli burung sejenis, baik berjenis kelamin sama maupun berbeda jenis kelamin. Bisa juga dengan membiasakan mengajak burung jalan-jalan, misalnya seminggu sekali dipertemukan dengan burung sejenis.
Bahkan, meski jarang terjadi, beberapa individu pentet pun membutuhkan burung sejenis sebagai pendamping untuk mempertahankan kengeplongan dan kegacorannnya. Hal ini antara lain dialami oleh pentet Rider milik Ngurah Adi (Jalak Bali Team).
Selain lima faktor penyebab di atas, sebenarnya masih ada beberapa faktor lain. Misalnya, burung mengalami gangguan pernafasan yang bersifat kronis (berlangsung lama).
Mengatasi burung yang tidak mau ngeplong
Untuk mengatasi burung yang tidak mau ngeplong, idealnya Anda memikirkan kembali perawatan yang telah diberikan kepada burung, yang ternyata menjadi pangkal persoalan. Misalnya, apakah burung benar-benar rutin diberi pakan bergizi, apakah burung kerap “puasa” extra fooding yang membuat birahinya melorot, apa burung Anda sangat manja, pernah mengalami gangguan saat mabung, tak pernah dipancing dengan burung sejenis, dan sebagainya.
Dalam kasus burung kurang birahi, misalnya, lakukan perbaikan EF terlebih dulu. Anda bisa menjadikan tips perawatan burung jawara yang pernah dimuat Om Kicau sebagai panduannya. Silakan cari infonya menurut kategori jenis burung yang Anda pelihara.
Kalau upaya mendongkrak birahi melalui setelan EF sudah dilakukan, dan tidak ada hasilnya, bisa dipastikan kalau kondisi kurang birahi itu bukan disebabkan faktor pakan, melainkan faktor genetis terutama rendahnya kadar testosteron dalam tubuh burung. Solusinya, seperti sudah dibuktikan ribuan kicaumania di Indonesia, adalah melakukan terapi menggunakan TestoBirdBooster (TBB). Anda dapat melihat artikel tentang cara meningkatkan level kicauan burung melalui terapi TBB di sini.
Untuk burung bakalan / burung muda maupun burung dewasa, kebutuhan vitamin tetap harus diperhatikan. Selama ini beredar informasi bahwa burung yang sudah diberi serangga tidak perlu diberi vitamin tambahan lagi. Ini informasi yang sungguh keliru, dan dipastikan berasal dari sumber yang tidak faham mengenai nutrisi / gizi pada unggas, ilmu fisiologi unggas, metabolisme yang terjadi pada tubuh burung, juga perilaku burung.
Setiap bahan pakan burung, baik voer maupun EF serangga dan buah-buahan pasti memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda. Mulai dari kandungan nutrisi inti hingga puluhan jenis vitamin dan mineral. Itu sebabnya, dalam peternakan ayam misalnya, dikenal istilah formula ransum, yaitu penyusunan pakan yang berdasarkan jumlah atau persentase bahan baku (jagung, bekatul, tepung ikan, dll), dengan mempertimbangkan nilai gizi dari masing-masing bahan.
Setelah ransum tersusun, para peternak selalu memberikan premix, yaitu campuran berbagai jenis vitamin dan mineral. Dalam setiap 100 kg ransum ayam, misalnya, peternak selalu menambahkan 1,5 – 2 kg premix. Apa artinya, mereka juga sadar, bahwa kebutuhan vitamin dan mineral pada ayam tak mungkin terpenuhi hanya melalui pakan saja. Jadi, seperti beberapa hasil penelitian di dalam maupun luar negeri, sebagian besar burung peliharaan kekurangan vitamin dan mineral tertentu.
Selain faktor pakan, solusi lain yang perlu dilakukan agar burung cepat ngeplong adalah memberikan rawatan ekstra ketika burung memasuki umur 6 – 7 bulan. Sebab burung mulai mendekati masa mabung pertamanya. Masa mabung pertama berbeda dari masa mabung kedua dan seterusnya.
Ini bisa terlihat dari ambrolnya beberapa bulu saja. Secara umum, burung hanya mengalami mabung nyulam apabila akan berganti bulu menjadi dewasa. Meski demikian, ada juga beberapa individu maupun jenis burung yang mengalami mabung total saat berganti menjadi bulu dewasa.
Pada saat mendekati masa mabung pertamanya, berikan pakan secara cukup dan bergizi, terutama protein. Protein yang berlebih akan disimpan dalam tubuh (otot tubuh), dan akan banyak dikeluarkan selama masa mabung.
Apabila burung kekurangan protein, kemudian memasuki masa mabung pertama, maka dia akan mengambil cadangan protein dari otot tubuhnya yang sudah kurus. Hal ini bukan hanya membuat fisiknya drop, namun juga berpotensi membuatnya hanya ngeriwik terus setelah masa mabungnya rampung.
—