Tiga burung jawara yang sebelumnya memimpin klasemen sementara Liga Ronggolawe Jabar (LRJ), yaitu murai batu Gobi, anis merah Nagageni, dan kenari Batosai, terkena penalti (pengurangan poin) -100, karena absen pada Jatijajar Bird Champion di Lapang Resik Tasikmalaya, Minggu (25/8). Even ini merupakan seri kedua LRJ. Sesuai dengan peraturan, burung yang semula menempati peringkat 1, kemudian tak masuk 5 besar dalam seri berikutnya dikenai penalti -100. Ketidakhadiran otomatis membuat gaco-gaco ini terkena aturan pengurangan 100 poin.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Seperti diketahui, LRJ 2013 yang digelar Ebod Jaya hanya menghitung poin untuk empat jenis burung saja, yaitu anis merah, murai batu, kenari standar, dan lovebird. Dari pimpinan klasemen sementara (hasil seri 1 di Cirebon), hanya lovebird Alphard yang hadir di Tasikmalaya.
Sayangnya, Alphard tak mampu mengulangi prestasinya di seri pertama, yang mampu berbagi gelar bersama Sinden milik Arman SF (Cirebon) dan Keiko kepunyaan Dicky (KIC Sumber). Turun di tiga kelas, gaco milik Iwan TB ini hanya mampu menjadi juara 2, juara 3, dan juara 5.
Meski demikian, tambahan poin sebanyak 160 (80 + 60 + 20) membuat total poinnya menjadi 320. Dalam seri 1, Alphad juga mendulang 160 poin hasil sekali juara 1 (100 poin) dan sekali juara 3 (60 poin). Adapun dua pesaingnya, Sinden dan Keiko, tak memperoleh tambahan poin.
Dalam Jatijajar Bird Champion di Tasikmalaya, tiga kelas lovebird juga kembali dibagi rata, masing-masing untuk D2 milik Agus Lurah (Wanaraja BC), Virus milik Tommy Baladewa (Koploba), dan Tuyul 22 milik Darmawan dari Bale Endah. Ketiganya kini sama-sama mengumpulkan 100 poin.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Panitia LRJ yang dikomandani Om Amiau secara konsisten menerapkan aturan penalti / pengurangan 100 poin terhadap burung yang sebelumnya menduduki peringkat 1 namun gagal masuk 5 besar di seri berikutnya. Aturan ini dikenakan terhadap murai batu Gobi milik Yadi Suzuki (Cirebon), kenari Batosai milik Cakra SF Cirebon, dan anis merah Nagageni kepunyaan Beng An (Eretan).
Ketiganya tak hadir dalam Jatijajar Bird Champion, sehingga otomatis tak masuk 5 besar, dan harus menerima hukuman penalti. Hukuman juga bakal diberikan kepada burung-burung yang terlempar dari peringkat 10 besar klasemen sementara, bahkan lebih pedas lagi, yaitu semua poinnya hangus.
“Aturan ini semata-mata untuk menghasilkan juara sejati di akhir seri nanti, khususnya di kelas anis merah, murai batu, lovebird, dan kenari standar. Jadi, perebutan posisi tiga besar klasemen akhir nanti akan berjalan ketat. Selain itu, semua peserta punya peluang untuk menjadi juara sejati,” kata Om Amiau.
Ketidakhadiran tiga burung peringkat satu ini memang sulit dihindari, dan kemungkinan besar bakal terulang di seri-seri berikutnya. Pasalnya, ketika di tempat lain digelar even yang lebih besar, hadiah juga lebih mewah, dan event organizer (EO) yang mengadakan memiliki hubungan dekat dengannya, tentu sulit untuk menghindar.
Kebetulan, Minggu (25/8) lalu juga berlangsung even besar Royal Cup di Lapangan Banteng Jakarta, dalam rangka memperingati HUT Ke-13 Royal Bird Club. Hadiah juara 1 di kelas utama pun sungguh mewah, Rp 25 juta.
MB Pajero ambilalih klasemen sementara
Ketidakhadiran Gobi, yang sebelumnya nyeri juara 1 dalam seri 1 di Cirebon, dengan total poin 200, membuat angkanya kini berkurang menjadi 100. Kalau sebelumnya Gobi memuncaki klasemen sementara, kini posisinya tergeser di urutan 6.
Posisi pertama kini ditempati Pajero, milik Dedi Wibowo (Cirebon). yang sebelumnya mengumpulkan poin 160 hasil sekali juara 1 dan sekali juara 3. Dalam even Jatijajar Bird Champion di Tasikmalaya, prestasi Pajero sebenarnya agak merosot, sehingga hanya mengoleksi juara 4 dan juara 5.
Namun, hasil ini membuat poinnya bertambah 40 dan 20, sehingga total poin Pajero saat ini menjadi 220, melampaui semua peserta lainnya.
Empat kelas murai batu yang digelar di Tasikmalaya kemarin dimenangi jagoan yang berbeda, yaitu Biang Kerok milik Trio WWY (H Warno, Wawan Sambas , dan Yopi Kucir) dari Purbalingga, Si Madu milik Fery Koploba Bandung, Hercules, dan Kiatsu milik Yadi Ekajaya dari Sumedang.
Biang Kerok bisa disebut sebagai murai batu terbaik dalam Jatijajar Bird Champion. Selain menjadi juara 1, gaco yang belakangan makin sering menjuarai lomba ini juga menjadi juara 2 di sesi lainnya. Kini Biang Kerok menempel ketat Pajero dalam klasemen sementara LJR 2013, dengan mengoleksi 180 poin.
—
Selebritis nyeri dan pimpin klasemen anis merah
H Ojon dari Bandung datang ke Tasikmalaya dengan harapan bisa menantang Nagageni milik Beng An (Eretan) yang sebelumnya mencetak hasil nyeri di Cirebon dan memimpin klasemen sementara dengan 200 poin. Rupanya harapannya tak terwujud, karena Nagageni absen dan poinnya dikurangi 100.
Namun, H Ojon tetap puas melihat penampilan gaconya yang sukses menjuarai dua kelas sekaligus, serta sekali juara 3. Hasil gemilang ini membuat Selebritis mengumpulkan poin tertinggi 260 (100 + 100 + 60), dan kini memimpin klasemen sementara anis merah.
Berbeda dari seri 1 di Cirebon yang hanya membuka dua kelas anis merah, panitia di Tasikmalaya membuka empat kelas sekaligus. Dua gelar dimenangi Selebritis, dan dua gelar lainnya dibagi untuk Marquex milik Charles dari Guntur BC Garut dan Suarez, gaco milik Fahmi Kobelko yang profilnya pernah dimuat Om Kicau di sini.
Grand Master, anis merah milik Ivan S dari Bumiayu, juga tampil menawan meski tak kebagian gelar juara 1. Burung ini mencatat prestasi sebagai juara 2 dan juara 4, sehingga mengoleksi 120 poin, dan saat ini menempati peringkat ketiga klasemen sementara.
Peringkat kedua ditempati Patas, dengan koleksi 160 poin, hasil dua kali juara 2 dalam seri pertama di Cirebon. Posisi Nagageni, yang sebelumnya di undakan teratas, sekarang melorot ke urutan 4. Sedangkan Suarez, yang baru kali ini ikut, langsung menyodok ke posisi kelima.
Persaingan ketat di kelas kenari
Kelas kenari memunculkan persaingan ketat. Dalam seri pertama, tiga kelas dimenangi burung yang berbeda, yaitu Batosai milik Cakra SF Cirebon, Nikita milik Deden Bandung, dan Samtep milik Erika Cirebon. Ketika itu, Batosai memimpin klasemen karena berhasil dua kali juara 2, sedangkan Nikita dan Samtep tak mampu masuk 5 besar di kelas lain.
Seperti diketahui, Panitia Liga Ronggolawe Jabar 2013 hanya memberi poin kepada burung yang masuk 5 besar, masing-masing mendapat poin 100 (juara 1), 80, 60, 40, dan 20.
Dalam seri kedua di Tasikmalaya, panitia juga membuka tiga kelas, dan menghasilkan juara yang berbeda pula. Kali ini, gelar juara 1 dimenangi Torpedo milik H Asep Alba (Garut), Pusaka Dewa milik Yoga Edy dari Margahayu Raya, dan Dancer milik Fadil / Agus (Bandung).
Torpedo dan Pusaka Dewa juga menorehkan prestasi lain, yaitu masing-masing menjadi juara 2 pada kelas lainnya. Alhasil, keduanya kini sama-sama memimpin klasemen sementara dengan total poin 180.
Batosai yang sebelumnya mengoleksi 260 poin, terkena penalti -100 karena tidak hadir di seri kedua, sehingga poinnya menjadi 160 dan berada di peringkat 3 klasemen sementara.
Nikita yang turun di Tasikmalaya hanya kebagian dua kali juara 5, sehingga poinnya bertambah 40 menjadi 140, dan kini menempati peringkat 4 klasemen sementara. Poin ini sama seperti Dancer, setelah di kelas lain menjadi juara 4.
—
Secara umum, lomba Jatijajar Bird Champion berlangsung lancar dan mendapat respons positif dari para kicaumania. Menurut catatan panitia, jumlah peserta tercatat 660 burung.
Peserta yang hadir tidak hanya dari Jabar, tetapi ada juga perwakilan dari Blok Tengah seperti Fahmi Kobelko Jogja, Trio WWY (Purbalingga), dan Ivan S (Bumiayu), serta perwakilan dari Jabodetabek seperti Deny Halim.
Perebutan peringkat terbaik klasemen masih terbuka lebar. Bagi peserta yang belum mendapatkan poin, masih ada kesempatan di seri-seri berikutnya. Berikut ini jadwal LRJ seri berikutnya:
- Seri 3: Objek Wisata Situ Bagendit, Garut, 1 September 2013
- Seri 4: Armed IV Cimahi, 8 September 2013
- Seri 5: Cianjur, 15 September 2013
- Seri 6: Cikampek, 22 September 2013
—