Para peneliti di Pusat Laboratorium Penelitian Veteriner, Dubai, Uni Emirat Arab, berhasil menginjeksi embrio houbara bustard, salah satu spesies burung langka, ke dalam telur ayam. Telur ini kemudian dierami induk ayam, dan menetas. Piyik yang menetas tentu saja bukan anak ayam, melainkan tetap anak burung houbara. Wah, kalau metode ini bisa diaplikasikan di Indonesia, tentu banyak spesies burung dilindungi yang bisa terselamatkan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sejauh ini, seperti dilansir News Softpedia, Jumat (30/8) kemarin, anakan burung houbara ini dalam kondisi sehat dan tidak sedikit pun terpengaruh keadaan dirinya yang menetas dari cangkang unggas lain (dalam hal ini ayam). Para peneliti menegaskan, apa yang dilakukan ini untuk membuktikan apakah spesies burung langka bisa diselamatkan dengan cara menetaskannya melalui media telur dari spesies unggas lainnya.
Om Kicau sempat buka wikipedia, dan menemukan informasi mengenai burung langka tersebut. Ya, namanya houbara (Chlamydotis undulata), burung dari keluarga bustard (Otididae), yang memiliki kemiripan dengan burung puyuh, namun posturnya hampir seukuran kalkun.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Panjang tubuhnya (dari kepala hingga pangkal tumbuhnya bulu ekor) sekitar 55 – 65 cm. Jika kedua sayap dibentangkan, panjangnya bisa mencapai 135 – 170 cm. Bulu ekor lumayan panjang, di mana burung jantan sekitar 74 dan betina lebih pendek (66 cm). Bobot burung jantan 1,15 – 2,4 kg, sedangkan betina 1 – 1,7 kg. Warna tubuh bagian atas cokelat, dan tubuh bagian bawah putih, dengan strip hitam di bagian bawah-samping lehernya.
Burung ini memiliki wilayah persebaran cukup luas, mulai dari Kepulauan Canary, Afrika Utara, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, India, Pakistan, Kazakhstan, dan China. Mereka berkembang biak di gurun dan daerah berpasir yang sangat kering.
Saat ini statusnya dalam kondisi terancam, sehingga dilakukan berbagai upaya penyelamatan. Aksi paling nyata dilakukan Pusat Laboratorium Penelitian Veteriner di Dubai, termasuk melalui injeksi embrio houbara ke telur ayam.
Kuning telur dibuang, putih telur dipertahankan
Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan material genetik dari houbara (mungkin melalui teknik kloning – Red) untuk menciptakan embrio burung tersebut. Selanjutnya, embrio disuntikkan ke dalam telur ayam atau biasa disebut transfer embrio (embryo transfer).
Dalam dunia peternakan di Indonesia, teknik embrio tranfser sudah biasa dilakukan pada sapi serta kambing. Pada manusia, teknik ini dikenal dengan istilah bayi tabung. Namun, apa yang dilakukan para peneliti di Dubai cukup fenomenal, karena mereka menciptakan embrio burung dari material genetik burung tersebut, tetapi disuntikkan ke telur ayam.
Sebelum embrio houbara diinjeksi ke telur ayam, maka bagian kuning telur (yolk) pada telur ayam dihilangkan dulu. Tetapi putih telur (albumin) tetap dibiarkan dalam cangkang telur.
Mengapa putih telur dipertahankan? Sebab putih telur berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada embrio houbara yang ada di dalam telur ayam. Setelah dierami, embrio houbara terus berkembang dan akhirnya menetas secara normal.
Keberhasilan penelitian ini membuktikan bahwa telur ayam dapat digunakan secara sempurna untuk embrio burung lain. Para peneliti pun berharap, beberapa tahun ke depan, transfer embrio ini dapat dilakukam untuk “menghidupkan kembali” spesies yang telah punah!
Kok bisa? Dalam hal ini, materi genetik dari spesimen burung punah bisa dipakai untuk menciptakan embrio burung punah tersebut, lalu disuntikkan ke dalam telur pengganti (seperti ayam) dan dierami induk ayam hingga menetas. Wow, keren…
dan menjadi pengetahuan kita bersama.
—