Kesempurnaan performa suara seekor murai batu jantan umumnya terjadi setelah masa mabung ketiganya, atau umurnya memasuki tahun keempat. Yang dimaksud dengan kesempurnaan di sini adalah kondisi ideal yang mestinya dapat dicapai oleh individu murai batu tersebut, dan bukan untuk diperbandingkan dengan individu murai batu lainnya. Sebab kesempurnaan setiap ekor murai batu jantan berbeda-beda. Penentunya adalah faktor genetis dan faktor lingkungan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Faktor genetis adalah sekumpulan karakter dasar yang dimiliki seekor burung, yang diwarisinya dari kedua induknya (induk jantan dan induk betina), dan kelak akan diwariskannya pula kepada anakan-anakannya.
Adapun faktor lingkungan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan perawatan sehari-hari, termasuk pakan dan extra fooding (EF), tingkat kenyamanan burung di dalam kandang, dan sebagainya.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Pencapaian kesempurnaan performa suara murai batu usai mabung ketiga disebabkan burung sudah mencapai kematangan / kedewasaan, yaitu sebuah fase di atas umur dewasa kelamin (UDK). Hampir sama seperti manusia, di mana fase dewasa akan dilaluinya sekitar 10 tahun atau lebih setelah masa akil baligh.
Seekor murai batu yang sudah mencapai kesempurnaan performa suara selepas mabung ketiga akan bertahan selama beberapa tahun. Lama burung mengalami masa kejayaan ini juga tidak sama antara individu yang satu dan individu lainnya, di mana aspek perawatan dan pakan menjadi faktor penentu utama. Faktor genetik juga menentukan, tetapi pengaruhnya diperkirakan lebih sedikit daripada dua aspek tersebut.
Ada murai batu yang hanya bisa bertahan di arena lomba ketika umurnya sudah 8 – 10 tahun. Tetapi ada juga yang bisa bertahan hingga 15 tahun lebih, seperti yang terjadi pada murai batu Suara Sakti. Bisa dibayangkan, ketika Om Kicau menurunkan artikel kehebatan burung milik Mr Andy Donk Jogja (silakan cek di sini), pertengahan Desember 2012, Suara Sakti sudah berlomba selama 15 tahun dengan prestasi 162 kali juara 1 !
Tahun ini, Suara Sakti juga masih dilombakan. Meski sudah jarang di urutan paling atas, murai batu legendaris ini masih mampu menyodok ke tiga besar, dalam even-even nasional. Yang paling gres, Suara Sakti masih bisa menempati posisi runner-up Kelas Ondel-Ondel dalam Royal Cup 2013, Minggu (25/8) lalu.
Mudah-mudahan informasi ini bisa menjadi penyemangat para penggemar murai batu, baik yang sering ikut lomba atau sekadar menjadikannya sebagai hiburan di rumah, bahwa murai batu punya waktu lama untuk bisa dinikmati suaranya, sepanjang perawatan bisa dilakukan secara konsisten.
Persoalannya, tak sedikit murai batu yang sudah berumur 4 tahun atau lebih justru mengalami penurunan kualitas suara. Jika sebelumnya burung sudah memiliki kualitas suara yang bagus, lantas mengalami penurunan performa, maka faktor tunggal yang bisa dipersalahkan adalah perawatan yang kurang tepat, termasuk masalah pakan dan khususnya setelan extra fooding (EF).
Sebaliknya, kalau burung sebelumnya memang sulit gacor, maka selepas mabung ketiga tetap gagal nampil, faktor penyebabnya bisa dua: genetis dan perawatan. Jika burung sulit gacor, padahal Anda sudah memberikan perawatan maksimal, maka penyebabnya cenderung tunggal: faktor genetis.
Mengatasi kendala terkait faktor genetis
Sebagian faktor genetis, terutama terkait dengan rendahnya kadar hormon testosteron, sudah dapat diatasi. Misalnya melalui terapi TestoBirdBooster (TBB), di mana ribuan pengguna telah menyatakan kepuasannya.
Namun tidak bisa dimungkiri, ada beberapa individu murai batu yang susah ditangani, kendati sudah diterapi menggunakan TBB. Hal ini juga pernah disampaikan beberapa pengguna melalui curhatnya dengan Om Kicau.
Masalahnya kembali pada faktor genetis, di mana kadar testosteron sudah sangat rendah sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk menjalankan terapi TBB. Sebagian besar pengguna mengatakan murai batu miliknya sudah gacor dalam pekan pertama pemberian TBB, sebagian lagi pada pekan kedua, dan hanya beberapa saja yang sampai 1 bulan belum menunjukkan perubahan berarti.
Namun, mengacu beberapa hasil penelitian di mancanegara, hampir semua jenis burung kicauan umumnya akan mengalami peningkatan level suara melalui penambahan testosteron selama 1,5 – 2 bulan (normalnya 2 – 7 hari). Karena itu, setelah penggunaan awal 3 hari berturut-turut, terapi harus tetap dipertahankan melalui rutinitas pemberian TBB sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.
Mengatasi kendala terkait faktor perawatan
Penjelasan di atas berlaku untuk murai batu yang mengalami kendala genetis, sehingga belum punya performa suara sempurna setelah mabung ketiganya rampung, meski Anda sudah merawatnya dengan baik, termasuk memberikan pakan dan EF berkualitas.
Namun, faktor yang lebih dominan menghadapi kasus MB yang tidak juga gacor selepas mabung ketiga justru terkait dengan masalah perawatan. Berikut ini hal-hal yang sering menyebabkan burung tidak bisa mencapai puncak penampilannya pada umur 4 tahun atau lebih.
a. Burung kekurangan protein dan vitamin
Fungsi utama protein pada burung sangat kompleks, antara lain untuk membentuk bagian-bagian penting dari tubuh hewan, seperti jaringan lunak, otot, jarinan ikat, kolagen, kulit, rambut, kuku, bulu, dan paruh.
Di dalam darah, protein berfungsi mengatur keseimbangan, tekanan osmosis, cadangan asam-asam amino, pembekuan darah, pembawa oksigen dan pengangkut zat-zat pakan antar-sel atau ke seluruh tubuh. Selain itu, protein juga berfungsi membentuk enzim dan hormon dalam tubuh.
Bisa dibayangkan betapa penting kecukupan protein bagi seekor burung, termasuk murai batu. Para kicaumania kemudian menyederhanakan fungsi protein sebagai “pembangkit birahi burung” supaya rajin bunyi.
Hal ini bisa dibenarkan juga, karena bulu-bulu yang mengkilap biasanya membuat burung makin rajin berkicau. Berbagai enzim dan hormon dalam tubuh yang meningkat, termasuk testosteron, berkat peran protein juga. Nafas burung makin kuat, karena kecukupan oksigen yang dibawa ke paru-paru, juga berkat jasa protein dalam darah, dan sebagainya.
Protein sebenarnya sudah terkandung dalam pakan kering seperti voer. Pemberian EF seperti kroto, jangkrik, dan ulat hongkong juga lebih memastikan burung tak akan kekurangan protein.
Tetapi, hal ini berbeda pada vitamin, yang sebagian fungsinya adalah menjaga kebugaran / vitalitas burung. Burung yang kecukupan vitamin akan memiliki kondisi fisik yang relatif fit, serta lebih tahan terhadap penyakit, dan juga menjadi syarat awal kegacoran burung.
Seperti dijelaskan dalam beberapa artikel terdahulu, mayoritas burung piaraan mengalami defisiensi vitamin dan mineral, dengan tingkat keparahan tinggi pada vitamin A, vitamin D, dan mineral kalsium (Ca). Selebihnya berada pada tingkat keparahan sedang atau rendah.
Ketika mampir ke beberapa forum burung kicauan di Malaysia dan Singapura, rupanya para breeder murai batu di kedua negara ini juga sependapat, pemberian jangkrik, ulat hongkong, dan serangga lainnya masih belum menjamin burung tercukupi kebutuhan vitaminnya. Itu sebabnya, mereka pun menggunakan multivitamin dosis tinggi, seperti BirdVit.
b. Usai mabung, bulu cepat rusak / mudah rapuh
Seperti dijelaskan di atas, bulu yang mengkilap dan rapi umumnya akan membuat murai batu lebih rajin bunyi. Ini terkait dengan nalurinya di alam liar, di mana burung jantan akan lebih percaya diri saat mendekati burung betina jika kondisi bulunya prima.
Bulu kusam, tidak mengkilap, dan tidak rapi bisa disebabkan beberapa hal, mulai dari serangan kutu dan tungau, kondisi stres, hingga pengeringan bulu yang keliru. Banyak murai mania yang langsung menjemur burungnya selepas mandi, tanpa diangin-anginkan terlebih dulu. Akibatnya, bulu menjadi rapuh.
Kalau kebiasaan seperti ini diteruskan, maka pada mabung ketiga sering muncul persoalan, misalnya kerusakan pada bulu-bulunya, atau bulu ekor terlihat kering dan mudah rapuh.
Selama mabung dan masa perawatannya, murai batu muda maupun dewasa sangat membutuhkan minyak dalam menu pakannya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Anda dapat menambahkan sedikit minyak ikan atau minyak kelapa murni dalam pakan.
Dengan demikian, minyak akan diserap tubuh dan disalurkan ke bulu-bulunya, termasuk bulu ekor, sehingga bisa menjaga kekuatan bulu ekor dari kekeringan dan kerapuhan. Kalau nggak mau ribet, gunakan saja BirdMolt-Pos kepada burung selama masa mabung, tepatnya ketika mulai tumbuh bulu-bulu jarum.
c. Burung sering bertemu burung sejenis
Selama mabung, khususnya saat mabung ketiga, murai batu sebaiknya digantung pada lokasi yang berjauhan dari burung sejenis, dan pastikan tidak saling melihat. Untuk itu, salah satu burung dapat dikerodong penuh, atau pada bagian sisi sangkar ditutup tirai kain.
Mempertemukan murai batu yang mabung dengan burung sejenis akan mengganggu kelancaran proses mabung, sehingga mabungnya menjadi lama. Bukan hanya itu, setelah rampung mabung pun penampilannya bisa menurun.
d. Burung terus berada dalam ruang yang terang
Burung mabung membutuhkan ketenangan yang cukup. Itu sebabnya, banyak yang memberlakukan full kerodong pada masa mabung.
Selain itu, jangan memberikan cahaya tambahan di waktu malam hari, terutama mulai petang. Kalau lampu dinyalakan, berarti sepanjang hari burung terus berada dalam ruang yang terang, dan tak ada kesempatan baginya untuk beristirahat total. Hal ini bisa mengganggu proses mabungnya, sehingga masa mabungnya menjadi lama
Itulah beberapa faktor penting dalam perawatan murai batu, terutama ketika mabung ketiga, yang merupakan fase kritis untuk menentukan apakah burung akan mencapai kesempurnaan performa suaranya, atau justru mengalami penurunan kualitas suara, baik temporer maupun permanen.
—