Bagi yang dulu pernah atau saat ini masih memelihara ciblek mungkin pernah melihat burung kesayangannya itu dalam kondisi mengembangkan bulu-bulunya selama beberapa hari. Hal ini disertai dengan gejala klinis lainnya, seperti lemas, tidak bergairah, dan pada akhirnya burung menjadi jarang berkicau. Kondisi ini disebut dengan istilah nyekukruk. Mengapa ciblek bisa nyekukruk? Apa faktor pemicunya? Bagaimana mencegah dan mengatasinya? He.. he.. seperti kata grup band Wali, “Ente banyak tanya“. Tetapi Om Kicau siap memberikan ulasannya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Memelihara burung bukan berarti tidak pernah ada masalah. Burung kicauan, sebagaimana pemiliknya, juga membutuhkan beberapa hal penting dalam kesehariannya, misalnya makanan bergizi, tidur / istirahat yang cukup, mandi setiap hari supaya badan lebih segar, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Karena itulah, pemilik burung mestinya lebih sensitif dalam memperlakukan piaraannya, karena mereka juga makhluk hidup. Perawatan yang tidak konsisten bisa membuat burung menjadi tidak bersemangat atau rajin berkicau. Hal ini bisa menimpa burung berukuran besar, sedang, maupun kecil seperti burung ciblek.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Ciblek dikenal sebagai burung yang sangat aktif. Karena itu, pakan berprotein tinggi sangat diperlukan untuk mendukung aktivitasnya. Di luar aspek pakan, ciblek juga memerlukan beberapa perawatan lainnya seperti aktivitas penjemuran.
Melalaikan perawatan, atau menerapkan perawatan secara tidak tepat, juga mudah membuat ciblek sakit. Sebab ciblek termasuk salah satu jenis burung kicauan yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. Kasus yang paling sering terjadi adalah burung sering nyekukruk, dan itu bisa berlangsung selama beberapa hari.
Seperti dijelaskan di awal tulisan, nyekukruk ditandai dengan gejala bulu-bulu yang mengembang, lemas, tak bergairah, dan aktivitas berkicaunya menurun drastis.
Faktor utama penyebab ciblek nyekukruk adalah pola perawatan yang kurang tepat atau kurang. Jika gejala ini diabaikan, maka burung akan mengalami stres tingkat tinggi, yang bisa mengakibatkan nafsu makan turun, sering memejamkan mata, dan bukan tidak mungkin berakhir dengan kematian.
Sebenarnya nyekukruk bisa dialami pada semua jenis burung, termasuk perkutut, merpati balap, juga ayam. Hanya saja, ciblek memang paling sensitif terhadap gangguan kesehatan. Karena itu, perlu dicari apa penyebab ciblek sering nyekukruk, sehingga bisa dilakukan tindak pencegahan.
Berikut ini beberapa faktor penyebab burung ciblek sering nyekukruk, terutama yang berkaitan dengan pola perawatan yang kurang tepat.
1. Burung ciblek kurang dijemur
Di alam liar, ciblek lebih sering berada di balik semak-semak atau pepohonan yang rendah, dan cenderung kurang mendapatkan sinar matahari. Namun jangan keliru, burung ini setiap hari tetap keluar dari tempat persembunyiannya untuk berjemur diri.
Begitu tubuhnya terkena sinar matahari, apalagi sinar matahari pada pagi hari, ciblek terlihat makin gesir dan lebih aktif. Bukan hanya itu, sinar matahari yang kata provitamin D juga berpotensi untuk merangsang burung menjadi lebih rajin berkicau.
Karena itu, ciblek dalam sangkar pun tetap membutuhkan sinar matahari pagi yang cukup. Ciblek yang jarang terkena cahaya matahari atau jarang dijemur mudah sekali mengalami penurunan kondisi, atau drop, dengan gejala awal sering mengembangkan bulu-bulunya alias nyekukruk.
Karena itu, penjemuran ciblek hendaknya dijadikan agenda rutin setiap pagi, dengan durasi sekitar 2-3 jam. Waktu mulai menjemur tidak mengikat, yang penting penjemuran jangan dilakukan melampui pukul 11.00.
2. Burung ciblek kekurangan gizi
Kekurangan gizi / nutrisi jelas akan membuat burung mudah sekali nyekukruk. Nutrisi yang terkait dengan ini terutama protein, energi metabolisme (kalori), serta vitamin.
Burung ciblek yang hanya diberi voer dengan jangkrik dan ulat seadanya (itupun kalau ada) memiliki peluang lebih besar untuk kekurangan gizi. Penampilannya memang seperti menipu, pasalnya burung terlihat gemuk. Namun ketika dipegang dan diraba bagian dadanya, baru terasa jika dadanya kurus dan meruncing (nyilet).
Ini menandakan burung mengalami gejala kurang gizi. Perawatan standar yang biasa di terapkan para ciblek mania adalah memberikan kroto segar setiap pagi, disambung dengan jangkrik kecil dan ulat hongkong dalam jumlah / porsi yang disesuaikan dengan kebutuhan burung.
Perawatan tersebut sebaiknya menjadi sebuah patokan dasar dalam perawatan ciblek sehari-hari. Beberapa variasi pakan bisa juga diterapkan. Untuk memenuhi kebutuhan gizi burung ciblek, sehingga rajin bunyi, dan sekaligus terhindar dari gejala nyekukruk, Om Kicau pernah membahasnya dalam beberapa artikel terdahulu, antara lain:
- Resep telur puyuh rebus untuk ciblek
- Egg food sebagai pengganti kroto untuk ciblek
- Perawatan harian burung ciblek
Untuk memastikan kecukupan sebagian besar vitaminnya, Anda juga perlu memberikan multivitamin secara berkala. Apabila menggunakan BirdVit, multivitamin lengkap untuk burung, pemberiannya cukup 2-3 kali dalam seminggu.
3. Burung mengalami stres dan gangguan kesehatan lainnya
Burung ciblek, terutama yang masih bakalan, mudah sekali mengalami stres. Apalagi jika burung bakalan yang baru dibeli dari pasar burung, kemudian langsung dilatih makan voer atau dilakukan penjinakan dengan cara menggantungnya di tempat ramai. Jika dibiarkan, burung akan mengalami stres yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan selanjutnya.
Burung yang stres akan mengalami kesulitan memompa oksigen dalam darah, yang berakibat terganggunya proses metabolisme. Hormon adrenalin akan terus menerus meningkat dan hal ini bisa menurunkan sistem pertahanan tubuhnya (imunitas / kekebalan), sehingga mudah terserang penyakit.
Jadi, jika Anda baru membeli burung bakalan dari pasar burung, langkah pertama adalah menenangkan dulu dengan menempatkannya di lokasi yang tenang dan tanpa gangguan dari burung lain atau aktivitas manusia.
Bisa juga dengan memberi full kerodong selama beberapa hari, dengan tetap memberikan pakan alami seperti kroto dan jangkrik selama masa adaptasi tersebut. Setelah burung mulai tenang, proses berikutnya tentu akan menjadi lebih mudah. yaitu melatih burung makan voer, dan sekaligus proses penjinakan.
Itulah tiga faktor pemicu burung ciblek yang sering nyekukruk akibat pola perawatan yang kurang tepat, yang sekaligus bisa menjadi pengingat kita agar burung tak mengalami masalah seperti itu.
Jika burung mengalami gejala seperti itu, cobalah diatasi dengan rutin melakukan penjemuran setiap hari. Dan jangan lupakan pula perawatan lainnya seperti mandi, pemberian extra fooding (EF) seperti kroto, jangkrik, maupun ulat hongkong secara teratur setiap harinya. Dengan demikian, burung menjadi lebih sehat, aktif, dan lincah, sehingga bisa mempercepat burung pada kondisi rajin berbunyi.
Untuk pengobatan burung ciblek yang nyekukruk akibat gangguan kesehatan, Anda bisa membuka lagi artikel pengobatannya di sini.
—