Tahukah Anda, indera penciuman juga sangat berperan penting bagi kehidupan seksual makhluk hidup, selain indera penglihatan? Secara umum manusia mudah tertarik dengan apa yang dia lihat terhadap lawan jenisnya. Tetapi hal yang tidak bisa dilihat pun bisa meningkatkan gairah seksual manusia, juga makhluk hidup lainnya. Bau yang keluar dari tubuh burung, misalnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi pasangannya yang berbeda jenis kelamin. Bau yang sering disebut pheromones itu mampu mempengaruhi burung berkembang biak.
Pheromones adalah bau-bauan khusus yang keluar dari tubuh burung untuk menarik lawan jenis. Istilah ini berasal dari kata Yunani “pherein” dan “hormones“, yang berarti excitement carier (pembawa kesenangan). Dalam dunia hewan, pheromones digunakan untuk berkomunikasi, membedakan antara jantan dan betina, serta meningkatkan kadar testosteron dari burung yang menghirup aroma tersebut dari pasangannya.
Penelitian terbaru mengenai efek bau-bauan ini telah dilakukan para peneliti dari Michigan State University terhadap burung kicauan dan bagaimana pengaruhnya terhadap keberhasilan reproduksi mereka.
Seperti diketahui, dan beberapa kali ditulis dalam artikel di omkicau.com, burung memiliki kelenjar minyak yang terletak di bagian pangkal ekornya. Untuk memudahkan gambaran Anda, orang Jawa menyebut bagian pangkal ekor ini (terutama ayam) sebagai brutu. Nah, di sanalah letak kelenjar minyak pada ayam, burung, dan jenis unggas lainnya.
Dengan menggunakan paruhnya, burung akanmengekstraksi minyak dari kelenjar, lalu menggosokan pada bulu-bulu dan kedua kakinya. Secara historis. kegiatan ini dianggap hanya meningkatkan ketahanan bulu saja. Tetapi dalam penelitian ini, Danielle Whittaker yang merupakan Manager Direktur MSU Beacon Center for Study of Evolution in Action bersama timnya telah menunjukkan fakta baru bahwa hal tersebut juga sangat berperan penting terhadap kesehatan dan aktivitas reproduksi.
“Studi ini juga menunjukkan keterkaitan kuat antara cara burung mencium bau-bauan menjelang musim kawin (ketika burung memilih pasangan) dan keberhasilan perkembangbiakan (reproduksi) mereka untuk seluruh musim,” kata Whittaker.
Sederhananya, seekor burung jantan dengan bau “lebih jantan” atau “lebih laki”, maupun betina yang berbau “sangat feminin” akan memiliki tingkat keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi.
Selama ini, beberapa penelitian lebih berasumsi, metode yang digunakan untuk burung dalam berkomunikasi dan berpasangan adalah secara visual dan secara akustik. Hasil penelitian Whittaker dan kawan-kawan dapat menambahkan hal-hal baru. Dengan mempelajari burung dark-eyed junco, tim peneliti membandingkan mana yang lebih efektif, sinyal kimiawi atau ukuran dan bulu-bulu yang menarik (cerah / mengkilap).
Hasil penelitian menunjukkan, bau burung dari setiap inividu memiliki korelasi dengan kesuksesan reproduksi. Adapun ukuran dan bulu kurang dapat diandalkan. Penelitian ini juga mengungkapkan, burung betinalah yang membuat beberapa keputusan penting berdasarkan bau / aroma dari calon pasangannya.
Berdasarkan bau-bauan tersebut, burung betina tampaknya tidak hanya memilih burung jantan yang akan dijadikannya sebagai pasangan, tetapi mereka juga sering memilih jantan yang berbeda untuk meningkatkan perkembangbiakannya (lihat pula artikel Burung betina ternyata sering selingkuh).
“Yang menarik, burung jantan dengan baunya yang khas mempunyai daya tarik seksual yang lebih tinggi daripada burung jantan dengan bau tubuhnya mirip betina,” jelas Whittaker.
Selain itu, para peneliti juga percaya bau-bauan berfungsi sebagai sinyal untuk tingkat hormon, kondisi dan kesehatan secara keseluruhan. dan latar belakang genetik dari setiap individu burung. Hal senada juga pernah diungkap para peneliti dari Indiana University, yang sebagian dananya dibiayai National Science Foundation dan sudah diterbitkan dalam edisi terbaru Animal Behaviour.
Dari penelitian ini, kita bisa mengetahui kelenjar minyak memiliki peranan penting bagi burung dalam mencari pasangannya, termasuk untuk aktivitas berkicau. Jadi, jika burung rajin bersolek, berarti dia sering memoles bulu-bulu di tubuhnya dengan minyak yang didapatkannya dari kelenjar di pangkal ekornya.
Dari sini pula, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa aktivitas bersolek pada burung memiliki beberapa manfaat penting, antara lain :
- Menyelaraskan bulunya agar lebih tahan air.
- Menyelarakan bulu menjadi bentuk yang aerodinamik untuk tujuan penerbangan.
- Membuang parasit bulu dan kutu tubuh yang dapat merusak bulu atau membawa penyakit.
- Membuat selubung keras dari bulu yang selesai mabung.
- Memberikan penampilan sehat untuk menarik lawan jenisnys.
- Membuat ikatan dengan pasangannya, sebagai ritual dalam berhubungan seks. dengan cara saling bersolek atau biasa disebut allopreeing.
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
muanteb om artikelnya. tambah kerenlah om kicau kalau sering bikin artikel yang berbau sains gini. he he