Burung murai batu bakalan, apalagi baru saja diperoleh dari tangkapan hutan, biasanya mempunyai bulu-bulu yang mengembang. Lehernya ditekuk seperti layaknya burung sakit. Kedua sayapnya juga turun. Bagi yang awam, murai dalam kondisi seperti itu tentu tak menarik perhatiannya, apalagi jika disuruh membeli. Boleh jadi, Anda akan berfikir kalau 2-3 hari lagi burung ini bakal mati. Eitttss…., tunggu dulu. Simak pengalaman H Syamsul Saputro, pemilik SKL Bird Farm, Jatibarang, Indramayu, dalam hunting murai batu bakalan berikut ini.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Bagi murai mania dan breeder murai yang sudah berpengalaman, kondisi murai batu yang seperti itu tak akan menghalanginya untuk membeli. Yang penting, burung punya katuranggan yang baik. Sebab, pengalamanlah yang membuat mereka yakin kalau burung tersebut nantinya memiliki prospek yang bagus.

“Yang perlu diperhatikan adalah kondisi kotoran dan selera makan burung. Kalau kedua syarat ini terpenuhi, barulah kita melangkah lebih lanjut dengan melihat katuranggannya,” kata Om Syamsul, yang dikenal sering melahirkan murai-murai jawara.

Bagi Om Syamsul, pengamatan kualitas MB bakalan melalui katuranggan ini merupakan konsekuensi dari kondisi burung tangkapan hutan yang umumnya belum bunyi sama sekali. Jadi, tak ada jalan lain yang lebih baik daripada pemanfaatan metode katuranggan.

Ada beberapa aspek katuranggan yang perlu diperhatikan dalam hunting murai batu bakalan, yaitu:

  • Sorot mata
  • Bentuk paruh
  • Bentuk leher
  • Bentuk kepala
  • Bentuk badan
  • Bentuk sayap
  • Bentuk ekor
  • Bentuk kaki

Perlu diketahui, katuranggan ini juga bisa diterapkan pada murai batu hasil penangkaran, juga murai-murai prospek yang sedang dijajal dalam even latberan maupun lomba lokalan. Dalam hal ini, jangan terkecoh dengan murai yang oleh panitia ditetapkan sebagai juara.

Banyak murai prospektif yang tak jadi juara di sebuah even, karena x-factor, namun tetap mendapat apresiasi dari pemantau maupun kolektor yang datang. Akhirnya terjadi deal, dan ketika dilombakan di even lain, bisa moncer menjadi juara.

1. Sorot mata

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah sorot matanya. Pilihlah burung dengan sorot mata yang tajam, meski burung belum dalam kondisi top form. Sorot mata MB bakalan yang tajam menandakan mentalnya bagus. Burung stres atau tidak fit terlihat dari sorot matanya yang sayu.

Sorot mata melotot bikin lawan keder dan minder.

—-

2. Bentuk paruh

Berikut ini beberapa karakteristik MB bakalan berkualitas berdasarkan bentuk paruhnya:

  • Paruh tebal dan panjang. Panjang paruh disesuaikan dengan ketebalan paruh, intinya proporsional. Murai dengan paruh model seperti ini biasanya akan mengeluarkan suara yang dahsyat.
  • Paruh yang panjangnya sedang, tapi terkesan tipis. Burung dengan model paruh seperti ini biasanya bawel, volumenya tembus / tajam, dengan speed yang rapat.
  • Rahang bawah atau bagian pangkal paruh bawah harus lebar, kokoh, dan kering, dengan bentuk seperti caberawit. Makin panjang sobekan paruhnya (mendekati ke arah mata, atau melengkung ke bawah), makin bagus pula vokalnya.
(Perhatikan bagian pangkal paruh bawah)

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

—-

  • Sebaliknya, hindari memilih paruh MB bakalan yang paruh atasnya sangat tebal atau besar. Burung dengan model paruh seperti ini biasanya akan mengeluarkan tipe suara yang dominan ngebass.

3. Bentuk leher

  • Leher panjang dan kecil,

    Pilihlah burung dengan leher panjang dan kecil (terkesan jenjang). Burung dengen tipe leher seperti ini biasanya akan mengeluarkan suara kristal, tajam, dan dapat mengeluarkan suara ngerol panjang. Apalagi jika bentuk paruhnya sesuai dengan katuranggan.

  • Murai dengan leher besar bukannya tak bagus. Burung dengan tipe ini biasanya jago tembak dan volumenya besar. Jadi, Anda bisa memilih tipe mana yang disukai, sesuai dengan selera masing-masing.

Om Syamsul berpesan, sebaiknya tidak perlu fanatik dengan suara besar saja. Biasanya volume yang sangat dahsyat di lapangan lebih sering gembos di tengah lomba.

Jadi, lebih baik memilih volume yang tembus saja, namun tipenya ngerol. Burung dengan tipe seperti ini lebih konsisten. Apalagi sistem penjurian saat ini lebih condong ke arah ini. Setiap burung murai batu pasti bisa mengeluarkan suara nembak, tetapi belum mampu ngerol panjang-panjang.

4. Bentuk kepala

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

  • Kalau bisa, pilihlah MB yang kepalanya besar, dengan batok kepala lebar. Untuk mudahnya, bayangkan saja buah jambe muda. Murai batu dengan bentuk kepala seperti jambe muda, cepak / ceper, diyakini memiliki mental ampuh dan bandel. Orang-orang Bahorok, salah satu habitat murai batu medan / aceh, menyebut MB seperti ini dengan istilah kepala kodok.
Batok kepala lebar, tetapi cepak / ceper seperti kepala kodok.

—-

  • Bagian lain dari kepala yang mesti diamati adalah bola mata (bukan sorot matanya lho). Bola mata harus besar, bulat, dan melotor seperi ikan maskoki.
  • Dalam kondisi terpaksa, bola mata yang tidak terlalu besar juga tidak apa-apa, yang penting terlihat melotot. Sebab, murai dengan tipikal mata seperti ini diyakini memiliki mental baja, ngotot sampai titik darah penghabisan, dan punya kharisma tersendiri ketika dipertemukan dengan murai-murai lainnya.

5. Bentuk badan

  • Pilihlah murai batu dengan bentuk badan yang panjang, ramping, atletis, dengan dada lebar. Untuk memudahkan gambaran Anda, bayangkan saja bentuk jantung pisang. Murai dengan bentuk badan seperti ini diyakini memiliki durasi kerja maksimal, meski sebenarnya jarang sekali kita menemukan tipe sempurna seperti ini.
  • Jika tidak bisa menemukan murai dengan bentuk badan seperti itu, maka pilihlah MB dengan panjang tubuh cukupan, namun tetap ramping dan atletis.
Badan ramping, atletis, dan dada lebar.

—-

  • Hindari memilih murai dengan bentuk badan bulat, karena membutuhkan perhatian ekstra dalam perawatannya. Hal ini terutama terkait erat dengan penjemuran burung. Kalau tidak tepat dalam penjemuran, burung mudah sekali gembos.
  • Om Syamsul lebih menyukai murai dengan tipikal badan kucing. Kalau diperhatikan, terkesan badannya terasa kenyal. MB dengan karakter ini mudah sekali dalam perawatannya. “Lebih cepat jadi, dan tidak mudah kehabisan tenaga,” kata Om Syamsul.

6. Bentuk sayap

  • Murai batu dengan sayap yang panjang biasanya memiliki prospek lebih bagus daripada yang bersayap pendek. Pengertian panjang-pendek ni bisa diamati dari ujung sayapnya. Jika ujung sayap panjangnya melebihi ujung tubuhnya, itu menunjukkan prospek lebih bagus daripada yang standar (sejajar).
Ujung sayap melebihi ujung tubuh bagian belakang.

—-

  • MB dengan sayap menjuntai panjang diyakini mempunyai paru-paru dengan volume di atas rata-rata. Di alam liar, mereka memiliki daya jelajah terbang lebih jauh daripada yang lain. Jika volume paru-paru lebih luas, nafas pun lebih panjang. Kalau tarikan nafas lebih panjang, otomatis bisa membawakan lagu dengan lebih bagus.
  • Dalam keadaan santai, sayap burung harus selalu kondisi sigap. Maksud sigap di sini adalah, ujung sayap selalu numpang di atas bulu punggung yang berwarna putih, serta menggunting satu sama lain. MB yang mempunyai tipikal sayap seperti ini dijamin memiliki mental serta kinerja yang bagus.

7. Bentuk ekor

  • Para pemain murai batu biasanya lebih menyukai burung dengan panjang ekor yang sedang-sedang saja. Mungkin ekor yang sangat panjang sangat merepotkan burung ketika berada di kerumunan puluhan musuhnya. Itu sebabnya, jarang sekali MB jawara yang ekornya sangat panjang. Bukan karena perkara kualitas suara, tetapi jarang pemain yang menurunkan murai ekor panjang.
  • Pilihlah murai batu dengan ekor yang lembaran daun ekornya kecil, tipis, dan ujung ekornya agak terbuka sedikit, supaya memberikan efek aerodinamis yang lebih bagus. Makin ringan bulu ekor, makin mudah bagi burung untuk bergerak.

8. Bentuk kaki

  • Pilih murai dengan batang kaki (shank) yang agak pendek sedikit, tetapi besar. Fungsi kaki ini sangat penting sebagai daya cengkeram bagi murai batu ketika sedang ngotot nembak. Jika kedua kaki tidak kokoh, mustahil suara murai batu akan dahsyat.
  • Warna kaki sebetulnya tidak berpengaruh besar terhadap kualitas suara, meski Om Syamsul secara pribadi lebih menyukai murai batu berkaki hitam. Soalnya kalau dilihat lebih keren.
Kaki hitam boleh jadi sekadar mitos, bisa juga soal selera.

—-

Mencari murai batu bakalan, atau murai batu prospek di lapangan, dengan katuranggan yang sesuai dengan seluruh kriteria fisik di atas tentu tidak mudah, bahkan sangat sulit. Tetapi, apabila bisa memperoleh separo atau lebih dari semua kriteria di atas, burung lebih memiliki prospek suara dan mental yang bagus daripada jika hanya memiliki sedikit kriteria ideal.

Just sharing, semoga bermanfaat.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.