Murai batu Garuda Jaya, milik Mr G dari Kebumen, membuat prestasi mengesankan saat menjuarai dua dari tiga kelas dalam even Danpomal Lantamal III Cup di Bekasi, Minggu (1/12). Padahal ini merupakan kiprah perdananya di wilayah Jabodetabek. Usai lomba, Om Kicau sempat mewawancarainya. Rupanya, Garuda Jaya jarang sekali mandi, paling-paling seminggu sekali. Bahkan kalau mau lomba, seminggu sebelumnya tak akan pernah dimandikan. Meski agak menyimpang dari pakem, faktanya burung ini langganan juara.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Meraih gelar juara di kelas murai batu dalam even akbar di Jabodetabek tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya. Pasalnya, persaingan kelas murai batu di wilayah ini sangat ketat, dan sedikit sekali burung yang bisa menjuarai lebih dari satu sesi.

Namun Mr G dari Kebumen tidak gentar menghadapi fakta tersebut. Dari kampung, dia membawa Garuda Jaya ke GOR Bekasi, dan membawa pulang dua trofi juara 1. Prestasi ini makin lengkap, karena burung ini juga menjuarai kelas paling bergengsi: Executive.

Ini dia tongkrongan murai batu Garuda Jaya.

—-

Perawatan MB Garuda Jaya: Harian dan jelang lomba

Lantas, bagaimana kiat Mr G mengantar gaconya hingga sukses meraih prestasi tertinggi?

Menurut pemiliknya, perawatan murai batu Garuda Jaya terbilang mudah dan sederhana. Setiap hari, dia hanya memberikan kroto segar, serta 5 ekor jangkrik pada pagi hari, dan 5 ekor lagi pada sore hari.

Penjemuran dilakukan tiap hari, tetapi tidak pernah melebihi pukul 10.00. Beres dijemur, burung langsung diumbar sampai sore hari. Selanjutnya, menjelang petang, Garuda Jaya dipindah lagi ke sangkar harian. “Voer sebagai camilannya selalu tersedia setiap waktu,” ungkap Mr G.

Seperti judul artikel ini, Garuda Jaya termasuk salah satu murai batu jawara yang jarang mandi. Mr G meyakinkan, gaconya hanya mandi seminggu sekali. Itupun kalau tidak ada jadwal lomba. Kalau mau lomba, maka seminggu sebelumnya tidak dimandikan.

Sejak Kamis (H-3), burung sudah masuk karantina di ruang khusus yang tenang dan full krodong. “Tidak dijemur lagi. Cukup menambah porsi jangkrik, dari 5/5 menjadi 10/10. Kroto segar tetap diberikan,” jelasnya.

Sebelum digantang di lapangan, burung digelontor dulu dengan 10 ekor ulat hongkong. Menjelang turun pada sesi berikutnya, burung diberi 5 ekor jangkrik.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

“Burung ini memang sudah mapan dan stabil prestasinya di lapangan. Padahal perjalanan dari Kebumen ke Bekasi tanpa istirahat,” tambah Mr G.

Bahkan, ada pengalaman lebih ekstrem lagi saat Garuda Jaya mau tampil dalam even PBI Cirebon, 17 November lalu. Mr G baru berangkat dari Kebumen pukul 03.00 (dinihari), dan sampai ke arena lomba pagi hari. Istirahat beberapa jam saja, burung langsung main. Hebatnya, Garuda Jaya tetap tampil maksimal dan menjadi juara 1 sebanyak dua kali.

Selain mencorong di Bekasi dan Cirebon, Garuda Jaya juga pernah meraih double winner dalam kontes PBI Blitar (13/10), serta menjadi juara 1 dan juara 2 dalam even BnR di Tasimalaya (20/10).

Mr G: Dari Kebumen menggoyang Jabodetabek.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

—-

Menyiasati karakter super-fighter

Semua murai batu pasti memiliki sifat petarung (fighter), sesuai dengan karakter aslinya, tetapi levelnya berbeda-beda. Nah, Garuda Jaya termasuk tipikal murai batu yang terlalu fighter alias super-fighter.

Salah satu ciri burung super-fighter adalah volume suaranya kelewat kencang. Selain itu, kalau melihat burung sejenis, nggak akan pernah diam dan terus-menerus bunyi. Apabila hal itu terjadi lomba, tentu malah bagus. Tetapi jika hal ini muncul di rumah, tentu akan menguras energi dan staminanya.

Karena itu, Mr G harus menyiasatinya dengan beberapa cara. Misalnya, menaruh Garuda Jaya dalam ruangan khusus, terpisah dari burung lain, tidak boleh mendengar suara murai batu lainnya, apalagi sampai melihatnya.

Kalau di lapangan, sebelum digantang, burung juga harus disendirikan. Biasanya, Mr G akan mencari lokasi di sudut-sudut lapangan yang jauh dari murai batu milik peserta lain.

“Ini untuk menghindari karakter gacornya yang tidak boleh mendengar suara murai lain. Sebab kalau mendengar suara burung sejenis, dia langsung nembak-nembak. Jika hal ini sampai terjadi, maka burung sudah kelelahan saat digantang,” ujarnya.

Dengan siasat seperti inilah, Garuda Jaya terus-menerus memberikan trofi kepada sang pemilik. Setiap berlomba, murai batu ini selalu full ngeplay.

Materi lagunya terdiri atas suara burung-burung kecil yang bervariasi, seperti serindit, kenari, ciblek, dan cerecetan burung gereja tarung, dengan tonjolan kolibri, diselingi dengan tembakan lovebird, cucak jenggot, dan cililin.

Jika gaya dan performa suara ini bisa dipertahankan, Garuda Jaya diprediksi bakal meramaikan persaingan murai batu di tingkat lebih tinggi lagi: nasional. Kita tunggu saja aksi-aksi Garuda Jaya berikutnya. (d’one)

—-

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.