Pada dasarnya, burung berkicau untuk tiga hal. Pertama, menarik perhatian calon pasangannya. Kedua, sebagai bentuk pertahanan atas wilayah teritorialnya, terutama untuk burung tipe fighter. Ketiga, pada burung koloni, kicauan merupakan ekspresi atas kekuasaannya. Hanya burung jantan dominan yang memiliki kicauan paling merdu dibandingkan dengan anggota koloni lainnya, baik burung betina maupun burung jantan yang menjadi anak buahnya (jantan subordinat). Dari ketiga pemahaman ini, yuk kita belajar bersama mengenai bagaimana burung memproduksi suara kicauannya sehingga menjadi lebih bervariasi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Proses belajar bernyanyi bagi burung sebenarnya sudah dimulai sejak masih piyik / anakan, atau pada tahap awal kehidupannya. Lalu, bagaimana anakan burung belajar bernyanyi? Apa saja yang mengendalikan perilaku yang kompleks tersebut?
Mari kita simak lebih lanjut sebagai bahan pengetahuan, sekaligus inspirasi dalam memaster burung yang masih berusia muda.
Beberapa spesies burung dari keluarga cacing, sikatan (flycatcher), dan lainnya menyuarakan lagu-lagu yang rumit dan penuh irama, yang secara umum merupakan suara campuran hasil olahan vokal mereka maupun hasil peniruan suara sekitar (mimikri). Hal ini untuk menunjukkan eksistensinya, selain tiga hal yang menjadi sebab utama burung berkicau seperti dijelaskan pada awal tulisan.
Secara umum, vokal atau suara burung terdiri atas dua tipe. yaitu suara panggilan (call) dan lagu (song). Di luar itu, ada juga tipe suara alarm call (alert call ), atau suara peringatan yang menjadi bahasa komunikasi antarburung dalam spesies yang sama ketika menghadapi bahaya tertentu.
Suara panggilan adalah sebuah vokalisasi singkat dan sederhana yang disuarakan burung saat terbang, mengunjungi sebuah lokasi baru, termasuk saat menghadapi bahaya.
Adapun suara kicauan yang penuh irama (lagu) merupakan bentuk vokalisasi yang panjang dan sangat kompleks, yang dihasilkan oleh burung dewasa, termasuk ketika datang musim kawin atau berkembang biak.
Lagu-lagu ini kemudian disusun menjadi beberapa frase yang terdiri atas serangkaian suku kata (syllables). Ada yang hanya suku kata tunggal (monoton), dan ada pula yang berupa beberapa elemen suku kata (variasi). Setiap burung memiliki repertoar tersendiri, yang terdiri atas beberapa variasi lagu yang kemudian dikenal sebagai suara kicauan.
Beberapa spesies burung juga bisa bervariasi dalam mempelajari lagu-lagu barunya. Misalnya jenis burung finch dan pipit (sparrow), yang sejak menetas bisa mempelajari lagu-lagu barunya, dan terekam dalam memorinya dalam waktu singkat. Begitu juga burung dari jenis kacer, cucak hijau, murai batu, jalak, dan kenari, yang akan terus mempelajari lagu-lagu barunya untuk menambah variasi suara sepanjang hidupnya, meski biasanya hanya bersifat musiman.
Secara umum, burung jantan memiliki suara kicauan yang sangat bervariasi, seperti hwamey, poksay hongkong, ciblek, dan sebagainya. Tetapi pada beberapa spesies lainnya, burung jantan dan betina memiliki kemampuan bernyanyi sama baiknya, seperti yang ditemukan pada cucak hijau, murai batu, kacer, dan sebagainya.
Pengembangan lagu dimulai sejak anakan
Penelitian mengenai tahapan burung mempelajari suara nyanyiannya dipelopori oleh WIlliam Thorpe pada akhir 1950-an. Dari riset ini terungkap, seekor anakan burung chaffinch (Fringilla coelebs) yang dibesarkan di laboratorium sejak piyikan, tanpa mendengar suara kicauan burung jantan dewasa dari spesies yang sama, ternyata memiliki lagu-lagu yang abnormal (Thorpe 1958).
Pada penelitian lain, burung muda dari spesies yang sama diperkenalkan dengan suara rekaman chaffinch liar (audio masteran). Hasil penelitian menunjukkan, burung muda mampu menyanyikan lagu-lagu sebagaimana burung dewasa. Bisa disimpulkan, burung harus mempelajari atau diperdengarkan lagu-lagu baru pada awal-awal kehidupannya, dalam hal ini sejak keluar dari sarangnya.
Hasil penelitian kedua inilah, yang secara sadar atau tidak sadar, sudah dilakukan oleh sebagian kicaumania di Indonesia. Mereka mulai memaster burung sejak masih anakan atau trotolan, karena hasilnya akan lebih baik daripada memaster burung ketika sudah dewasa.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
—-
Riset lain yang juga sangat penting untuk difahami adalah apa yang dilakukan Peter Marler dan kawan-kawan. Disebutkan, dialek lagu dipelajari burung selama peridode sensitif. Burung memiliki kecenderungan mempelajari lagu-lagu yang lebih spesifik, bahkan lebih rumit.
Jadi, seekor anakan burung yang baru keluar dari sarang bisa dimaster dengan suara-suara yang unik alias kompleks, agar mereka kelak berkembang dengan suara kicauan yang berbeda (unik) dibandingkan dengan burung sejenis. Sebab pada masa tersebut, burung muda masih dalam tahap belajar dan akan mengolah lagu-lagunya menjadi semirip mungkin dengan suara yang didengarnya sejak anakan.
Perkembangan burung dalam mempelajari lagu-lagu baru (istilah gampangnya didengarkan audio masteran) mirip dengan bagaimana cara manusia belajar berbicara. Ada dua tahap yang mesti dilalui :
- Pertama, burung akan menghafal suara masteran dan membentuk memory auditory atau semacam “template” dalam otaknya (fase sensorik).
- Kedua, burung akan menerjemahkan template tersebut ke dalam aktiitas motorik, dengan cara berlatih, membandingkan antara vokal yang dimilikinya dan template yang ada. Selanjutnya, burung berusaha menyempurnakannya sehingga mirip dengan template tersebut (fase sensorimotor).
—-
Meski demikian, ada sebagian spesies burung tidak mengalami masalah ketika ia tidak pernah mempelajari lagu-lagu baru selama fase sensorik dan cenderung menghasilkan lagu yang sama sebagaimana yang dibawakan burung dewasa. Misalnya burung poksay, ciblek, dan burung non-mimikri lainnya. Adapun spesies lainnya hanya mempelajari lagu-lagu spesies tertentu saja selama tahun pertama kehidupannya. Di alam liar, burung-burung tumbuh dengan mendengarkan lagu-lagu dari spesies burung yang berbeda.
Jadi, mengapa mereka tidak belajar lagu-lagu dari beberapa spesies ? Penelitian menunjukkan, bahkan tanpa pengalaman sebelumnya dalam mendengar lagu spesiesnya sendiri, burung muda masih bisa meningkatkan denyut jantungnya dan meminta lebih ketika mereka mendengar lagu-lagu sejenis. Ini menunjukkan bahwa mereka dilahirkan dengan kemampuan bawaan untuk membedakan antara lagu khasnya dan lagu dari spesies burung lainnya.
Pada awal fase sensorimotor, burung muda menghasilkan suara generik, variabel, dan vokalisasi tenang yang disebut subsong mirip dengan manusia yang mengerutu). Kemudian burung akan menghasilkan suara yang lebih keras, atau lagu-lagu yang lebih terstruktur yang disebut plastic song (lagu plastik). Lagu ini masih variabel, tetapi mengandung beberapa unsur suara masteran.
Pada akhirnya, suara mereka akan terdengar lebih mengkristal, dengan lagu-lagu yang stabil, yang mirip dengan lagu-lagu yang mereka hafal sebelumnya.
—-
Selama fase sensorimotor, burung perlu mendengar vokalnyamsendiri untuk mengembangkan lagu normal. Kalau ada burung remaja yang tuli setelah fase sensorik, tapi sebelum tahap sensorimotor, dia cenderung akan mengembangkan lagu yang menyimpang.
Dalam hal ini, memaster burung ketika masih anakan akan memiliki peluang keberhasilan lebih cepat dan tinggi daripada memaster burung setelah dewasa. Anakan yang baru keluar dari sarang memiliki rasa penasaran dengan berbagai suara spesifik yang didengarnya dan akan mencoba menyimpannya sebagai bahan pelajaran mereka. Ya, sama seperti ketika anak kecil saat diajari bermain sepeda. Dia akan mengingat-ingat bagaimana cara memegang dan mengendalikan sepeda dengan benar.
Skenario yang sama terjadi pada kenari remaja ketika dipisahkan dari kedua induknya, dan dibesarkan secara terpisah dari lagu spesifik induknya. Meski mereka mampu mengembangkan lagunya, namun cenderung mengandung kelainan.
Analisis detail dari lagu mereka menunjukan burung remaja tidak memiliki contoh suara yang sebenarnya dari kicauan kenari dewasa atau induknya. Akibatnya, mereka cenderung mengembangkan apa yang dimilikinya, yaitu suaranya sendiri, sehingga burung tersebut miskin karakter, nada, dan irama.
Dari hasil pengujian tersebut, ternyata penting sekali burung yang masih anakan dibiasakan mendengar suara induknya atau suara kicauan burung lainnya, untuk membuat template yang bisa diedit dan dikembangkannya sampai siap untuk dilantunkannya ketika ia sudah dewasa.
Apa yang dialami burung muda dalam mempelajari suara dan lagu-lagu di sekitarnya ini berkaitan erat dengan neuroplastisitas, yang menggambarkan kemampuan seumur hidup dari otak burung untuk membentuk sara baru berdasarkan musim dan pengalaman.
Teknik pemasteran yang tepat
Untuk menghasilkan burung dengan suara kicauan bervarias,i tentu dibutuhkan teknik-teknik pemasteran agar burung mau lebih fokus mendengarkan suara yang diperdengarkannya. Memaster burung dalam ruangan memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi daripada di di luar ruangan.
Adapun metode dan cara pemasteran anakan burung dan burung remaja ( trotolan ) bisa dipelajari kembali dalam beberapa artikel ini :
Bagaimana burung bernyanyi?
Rahasia burung bisa berkicau sebenarnya terletak pada organ tubuh yang disebut syrinx. Syrinx adalah struktur bipartit yang terletak di persimpangan trakhea (batang tenggorokan) dan bronkus (percabangan trakhea menuju ke paru-paru kiri dan kanan).
Syrinx inilah yang bertanggung jawab menghasilkan vokal yang keluar dari burung, dengan menekan aliran udara pada paru-parunya. Karena itu, pengaturan aliran udara dengan melatih pernafasan burung sangat penting untuk menghasilkan lagu yang kuat dan panjang, terutama pada burung kenari dan finch.
Berikut ini tahap-tahap burung dalam memproduksi suara kicauannya:
—–
- Bagian depan syrinx dari burung mockingbird menunjukan dualitas dari organ vokal dan lokasi mikrotermistores ( dalam gambar ditandai dengan huruf : Th) untuk aliran udara.
- Gambaran ventrolateral yang menunjukan otot-otot dari syrinx ( ce ) adalah skema syrinx selama pernafasan normal.
- Fonasi atau pengolahan vokal disebelah kiri dengan katup tertutup labiares kanan.
- Fonasi atau pengolahan vokal sebelah kanan dengan kiri ditutup.
- Dalam persiapan untuk olah vokal di siring dengan mengunakan kontraksi dari otot punggung (dS dan DTB) dan memutarkan tulang rawan bronkus ( ditandai dengan panah melengkung ) menuju pembukaan syrinx, adanya aliran udara kemudian menggetarkan bibir syrinx dan kemudian akan menghasilkan suara ( ditandai dengan panah bergelombang ).
Berikut video bagaimana kenari bernyanyi dengan menggunakan syrinx
—–
Dari tulisan ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa setiap jenis burung memiliki kemampuan untuk belajar dan mempelajari suara yang ingin didengarnya pada masa-masa awal kehidupannya. Kita bisa memanfaatkan kemampuannya ini dengan memberikan suara masteran yang lebih kompleks pada burung yang masih berusia piyikan / trotolan, agar kelak mereka memiliki beberapa template dan berusaha ditiru dan dilantunkannya saat dewasa nanti.
—-
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Permisi om….
Maaf om aq ad satu permintaan, aq cuma mo minta ulasan tentang jenis burung peniru (burung yang bisa dimaster) dalam satu artikel di-web omkicau.com ini. Kira2 jenis burung apa saja yang bisa menirukan kicau-an (suara) dari jenis burung lain? Terima Kasih Banyak sebelumnya om atas perhatiannya…..
klo yg paling serem Beo bisa Niru suara manusia,,Ponakan saya aja Nangis ketakutan denger suara Beo dari Dekat,,,Hehehehe
Permisi om….
Maaf om mo numpang nanya. Kalau untuk burung yang diberi julukan 1001 suara itu jenis burung apa saja om? Terima kasih banyak sebelumnya om 🙂
kalau yang banyak di Indonesia sih burung yang dikenal pintar dengan variasi suara kicauan yang lengkap adalah burung samyong dan cucak cungko , mereka kerap disebut burung 1001 suara. kalau yang versi internasional adalah burung nightingale, mockingbird dan lyrebird
Wokeh pakdhe