Apakah harga jangkrik di daerah Anda juga merangkak naik? Fenomena ini sudah terjadi di Surabaya dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir. Berdasarkan pantauan Om Wahyue Hidayat, yang melaporkannya untuk omkicau.com, para penggemar burung kicauan di Kota Pahlawan kini dilanda resah. Pasalnya, jangkrik menjadi extra fooding (EF) wajib bagi sebagian besar burung berkicau, baik burung rumahan, burung lomba, maupun burung-burung penangkaran.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Banyak peternak jangkrik, mengapa pasokan ke toko / kios burung telat ?

—-

Melambungnya harga jangkrik diperkirakan akibat keterlambatan pemasok dalam mengirim barang hidup ini ke toko / kios pakan burung. Akibatnya, harga mengalami kenaikan 50% – 100% dari harga semula.

Harto (37), penjual jangkrik di Pasar Burung Bratang Surabaya, mengungkapkan harga jangkrik terus mengalami kenaikan setiap harinya. Sebelumnya, dia menjual jangkrik kepada pembeli sekitar Rp 50 ribu per kilogram. Kini, harganya sudah melambung menjadi Rp 100 ribu kg.

Haruskah setelan EF diubah?

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

“Kenaikan harga memang dikeluhkan para pembeli. Biasanya mereka membeli per ons (0,1 kg, atau 100 gram). Kini, setelah harga merangkak naik, mereka hanya membeli separonya saja,” ucapnya.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Hal senada dibenarkan Sriyati, pemilik kios pakan burung di kawasan Kenjeran Surabaya. Menurut dia, harga jangkrik mengalami kenaikan drastis. “Pasokan jangkrik ke kios kami sering terlambat. Ini yang membuat harga terus mengalami kenaikan,” tuturnya.

Kenaikan sudah mulai terjadi sejak tiga minggu lalu, dan berlanjut hingga sekarang. “Semoga harga bisa turun kembali. Soalnya saya sering dikomplain pembeli,” tambah perempuan yang juga menjual aneka burung dan pakan ini.

Bagaimana dengan harga EF lain seperti ulat hongkong dan ulat kandang? Sriyati menjawab, harga kedua EF ini masih cenderung stabil, dan semoga tidak ikut-ikutan naik.

Tepung jangkrik bisa jadi solusi.

Kenaikan harga jangkrik ini jelas membuat kelabakan sejumlah kicaumania, terutama yang memiliki bujet terbatas untuk membeli EF bagi burung-burung piaraannya. Kenaikan harga ini memberatkan mereka, apalagi yang memiliki koleksi burung lebih dari lima ekor.

Zamroni (45), misalnya, kini mengoleksi 10 ekor burung ocehan, yang semuanya rutin diberi jangkrik setiap hari. Kenaikan harga jangkrik sangat dirasakannya. “Kalau beberapa minggu lalu, bawa empat ribu rupiah bisa untuk membeli 1 ons jangkrik, kini harus merogoh uang sepuluh ribu,” tuturnya.

Akibatnya, dia harus mengurangi jatah jangkrik untuk jenis burung tertentu. Setelan berubah bukan karena ingin memperbaiki performa suaranya, melainkan karena kondisi keterpaksaan akibat harga jangkrik yang melambung.

“Jadi, ada beberapa jenis burung tertentu yang porsi jangkriknya terpaksa dipangkas. Yang lain tetap sama, karena takut nggak mau bunyi,” tutur Zamroni.

Siapa yang bisa mengurai mata rantai tata niaga jangkrik?

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.