Beberapa waktu lalu, Om Kicau menerima email dari Om Waryono, yang gelisah menyikapi lomba burung akhir-akhir ini, terutama di kelas kenari. Sejumlah pertanyaan dilontarkannya, antara lain mengapa kenari isian tak selalu digelar. Kalaupun digelar, biasanya dijadikan satu dengan kenari standar yang berarti kelas kenari bebas / kenari campuran. “Ini bisa mematikan para mastering kenari, yang sudah bersusah-payah memaster kenari sejak anakan,” tulis Om Waryono.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Menurut Om Waryono, fakta ini sering dijumpainya dalam lomba burung berkicau di wilayah Jabodetabek, terutama even-even besar yang digelar BnR dan Ebod Jaya. Belakangan mereka makin jarang membuka kelas kenari isian. Kalaupun ada ya kelas kenari bebas / campuran.
Untuk membuktikan pernyataan tersebut, Om Kicau mengeceknya pada brosur Lomba Liga BnR Jabodetabek Seri IV yang digelar di Mardi Gras Citra Raya Cikupa, Tangerang, hari Minggu ini. Silakan lihat brosurnya:
Ternyata benar, tidak ada satupun kelas kenari isian. Yang ada kenari standar besar (2 kelas) dan kenari standar kecil / lokal (juga 2 kelas).
Om Kicau lalu mencermati brosur Liga Ronggolawe Jabodetabek Seri X (rangkaian even ini disponsori Ebod Jaya), yang akan digelar di Jakarta Garden City, Modern Market, Cakung, Jakarta Timur, Minggu (12/1) mendatang.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dalam brosur hanya ada dua kelas kenari, yaitu Kelas Standar dan Kenari Bebas. Jadi, kenari standar bisa main di dua kelas, sementara kenari isian hanya bisa main di kenari bebas.
Harga mahal jadi alasan
Ya, keluhan Om Waryono memang benar. Dia sempat menanyakan masalah tersebut kepada sejumlah panitia lomba. Jawabannya nyaris sama: “Harga kenari isian terlalu mahal”.
Memang tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai jawaban ini. Tetapi Om Kicau menduga, hal ini terkait dengan kekhawatiran EO terhadap antusias atau minat calon peserta. Lantaran harga kenari isian terlalu mahal, dikhawatirkan tidak banyak kenarimania yang memilikinya, dan otomatis kelas kenari isian bakal sepi.
“Padahal, pada waktu yang sama mereka juga membuka kelas kenari standar besar dan kenari standar kecil. Nah, berapa harga kenari besar seperti yorkshire impor, yorkshire lokal, F2, F3, dan F4 ? Mahal juga kan?,” kata Om Waryono. Jadi, alasan yang disampaikan panitia kurang masuk akal.
—-
Ironisnya, lanjut Om Waryono, hampir semua burung yang dilombakan (kecuali kenari), isian selalu menjadi salah satu aspek penilaian lomba. “Lha, mengapa kenari isian malah berkesan dipinggirkan? Ini aneh, bukankah kenari juga burung berkicau?”
Mematikan kenari isian sama saja dengan mematikan sobat-sobat kicaumania yang berprofesi sebagai mastering kenari, mematikan para importir burung finch yang biasa dijadikan master untuk kenari seperti blackthroat dan edel sanger.
—-
Om Kicau sekadar menyampaikan kegelisahan para pemain kenari isian. Semoga hal ini bisa mendapat respon positif, khususnya dari BnR dan Ebod Jaya.
Tidak boleh ada yang mengingkari bahwa BnR dan Ebod Jaya sudah memberi sumbangsih besar bagi kemajuan dunia kicaumania di Indonesia, dengan memberikan dukungan finansial terhadap event organizer (EO) lomba burung di berbagai daerah di negeri ini, bahkan setiap pekan.
Terlepas dari kekhawatiran sejumlah EO mengenai minimnya peserta kelas kenari isian, tidak ada salahnya untuk tetap membuka kelas khusus kenari isian. Bukankah sejumlah kelas selain murai batu, kacer, cucak hijau, dan lovebird juga bolong-bolong?
Semoga menjadi renungan bersama.
—-
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
ya semua gk ada yg sia2..
meski gk ada kelas KN isian..para mastering mustinya bs berbangga punya burung berkualitas..
selain itu punya kepuasan tersendiri krn berhasil mendidik momongannya dgn baik..
saya juga punya beberapa KN isian tp hny untuk hiburan dirumah..
Jabodetabek takut sama kenari isian… hahaha
kalau menurut saya… ini semua taktik untuk menjatuh kan atau menghilangkan kenari isian…
saya sangat prihatin….
benar om.. kan standar penilaian lomba burung berkicau dilihat dr segi volume suara, teknik olah vokal/isian, serta gaya/ fisik burung itu sendiri. klo burung hanya bersuara standar belarti ga ada nilai plus terhadap burung tsb, jd apa yg mau d banggain klo burung gitu2 aja, selain itu akhirnya ga ada usaha bagi pemilik burung untuk menjadikan burung yg bekualitas,,
setuju kang war…. jgn putus asa mastering kenari isian…. sukses juga untuk Om riri solusindo canary (SCT SF).
Karena “dia” beternak dan jualan kenari..sengaja diangkat yg standar,jdi ga perlu mastering lagi… Laris manis deh duit…duitt….HahaHaha..
iya bos<dasar tukang dagang,mau nya untung melulu…
Stuju ma om waryono.sia2 waktu dan tenaga untk mastering
setuju banget om..burung kicau lain semuanya isian, karena semakin banyak isiannya akan semakin moncer..
Sangat sangat setuju
betul tuh,,,percuma donk dr lolohan kta masterin kta rawat ampe bunyiny faseh sprt masterannye and klo ga ad kls kenari isian sama aj buang2 waktu,bwt EO perbanyak lah kelas kenari isian,,kenari lokal tp isiannya inter lokal……kn mantabbbb…
bener apa yg disampaikan om waryono, burung yg dilombakan paling berpengaruh besar adalah isiannya, coba aja MB sedasyat apapun kerjanya dilomba kl yg dikeluarkan cm suara aslinya ada yg juara? coba kl kenari isian dilombakan dikelas kenari standart bisa juarakah?
Saya sangat setuju, tolong untuk EO lomba burung kalo berfikir agak lebih cerdas lah…toh dengan mengadakan kelas kenari isian tiket yang di jual bakal tetap habis…
Setuju jga tuh… Sekalian tolong juga. EO sumatra jga mengadakan kenari isian. Terutama untuk event bsar seperti liga sumatra dan e-bod.
Mudah-mudahan pihak yang kompeten membacanya, he.. he…