Yunita, atau lebih akrab disapa Unyiet, memang belum lama terjun di dunia lomba burung. Bersama suaminya, Adhi, dia membeli lovebird Dumillah pada Februari lalu. Sejak itu, keduanya sering terlihat di beberapa lomba burung berkicau di kawasan Solo Raya, turun di kelas lovebird, dan mengibarkan bendera Dumillah SF Solo. Unyiet lalu membeli beberapa lovebird lagi, antara lain Adelia, Jenar, dan Delima. Hanya dalam waktu dua bulan, semua lovebirdnya sudah moncer dan punya piagam juara.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Ibu dua anak ini bahkan tak canggung ke Taman Pasar Burung Depok Solo, untuk memantau burung, atau mengikuti Bursa Love Bird Solo yang digagas Itok.

Kalau mengawal burungnya ke arena latber atau lomba, ia selalu menenteng sendiri gaconya, meski sang suami tetap setia menemani.

Unyit bersama sang suami, Adhi, bersiap menuju arena lomba.

“Di rumah, hampir semua burung saya rawat sendiri. Suami biasanya membantu setelan saat malam hari. Hari-hari biasa, sejak pagi sampai sore dia kan kerja, jadi saya yang mesti merawatnya,” kata Unyiet.

Diakuinya, meski baru dua bulan berkiprah, semua lovebird piarannya sudah masuk daftar pemenang dan mendapat piagam kemenangan. Tetapi mengingat pengalamannya masih minim, belum ada yang meraih prestasi juara 1, kecuali lovebird Jenar.

Lovebird Jenar pernah menjadi juara pertama dalam Bursa Love Bird Solo. Atas permintaan Om Hany Faroko (Brothers SF Bekasi), Om Itok langsung mengambil Jenar, dan diterbangkan ke Bekasi.

Unyiet bersama LB Jenar yang kini dimiliki Om Hany Faroko (Brothers SF Bekasi).

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Burung ini sudah dipantau kier master Om Hany di Solo. Om Hany adalah pemilik lovebird Golden Boy, jawara nasional  yang sedang menjadi pembicaraan saat ini.

“Rupanya beliau (Om Hany) juga punya banyak mata dan telinga di Solo. Dia tahu ada burung tampil bagus, yang kebetulan punya saya. Kemudian minta Om Itok untuk membelikan buat dia. Namanya sekarang sudah diganti, bukan Jenar lagi. Sudah dicoba di latberan, katanya juara tiga,” kata Unyiet, di sela-sela mengikuti latberan di Manahan Solo, Selasa (15/4) sore kemarin.

Belajar secara otodidak

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Unyiet mengaku belajar merawat lovebird dari nol. Semua dipelajarinya secara otodidak. “Saya tidak punya guru khusus. Kalau di rumah, saya suka baca omkicau.com, untuk cari-cari referensi, misalnya ciri-ciri burung yang bagus, sampai tips perawatannya,” ujarnya.

Dia lalu mencoba mempraktikkannya di rumah, dengan melakukan penyesuaian di sana-sini, sesuai dengan karakter burung. “Sekarang, pelan-pelan saya mulai tahu karakter burung, bagaimana harus memperlakukannya. Ibaratnya, saya sudah mulai bisa berkomunikasi dengan burung,” tutur Unyiet lagi.

Hasilnya, selain Jenar yang menjuarai Bursa Love Bird Solo, Dumillah juga pernah juara 3 di Papburi Solo, 9 Maret lalu. Adelia juga masuk nominasi dalam even Perwira Cup 2 di Bekonang, Sukoharjo,  Minggu (13/4) lalu.

Unyiet besama LB Dumillah, juara 3 kontes Papburi Solo, 9 Maret 2014.

Sekarang kesehariannya disibukkan merawat dan melombakan lovebird, tentu saja juga mengurus kedua anak tercinta. Saat hari libur atau Minggu, suaminya ikut mendampingi ke lapangan. Hanya saja, urusan merawat sampai menggantang di lapangan, semua dilakukan sendiri oleh Unyiet.

Ini dia empat gaco lovebird yang moncer di tangan Unyiet.

Unyiet mengingatkan kepada para srikandi kicaumania lainnya. Di Jogja, dulu ada Ibu Ida yang rajin lomba bersama ABC Team, bahkan sampai ke Surabaya dan Jakarta. Bila tak ada rombongan, Ibu Ida tak canggung naik bus umum sampai ke Purwokerto.

Kalau ikut lomba atau latber di Jogja, biasanya Ibu Ida diantar cucunya sampai ke lapangan. Namun, kalau cucu sedang repot, Ibu Ida dengan enjoy diantar tukang becak sampai ke lokasi lomba.

Di Semarang juga pernah ada duo Mike-Lady. Kepak sayap keduanya bahkan jauh lebih luas, sampai ke Kalimantan dan Sumatera. Keduanya sempat aktif di klub Mahesa Djenar Semarang, serta sempat aktif pula dalam kepengurusan Pelestari Burung Indonesia (PBI).

Di Kediri, ada Ibu Susilowati. Beliau memang tidak pernah lomba, tetapi menjadi breeder cucakrowo, murai batu, jalak bali, jalak putih, dan aneka burung lokal lainnya. Ibu Susilowati sampai kini tercatat aktif di kepengurusan PBI dalam Bidang Kelestarian.

Semua ini menunjukkan bahwa kaum perempuan tidak perlu canggung menekuni hobi burung, baik sebagai penangkar, pemain, maupun penggemar burung rumahan. Aktivitas ini jauh lebih positif daripada sekadar menggosip. (Waca)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.