Menuliskan aturan TANPA TERIAK, dijamin FAIRPLAY, dan sejenisnya memang mudah. Coba simak, hampir semua brosur lomba burung berkicau menuliskan aturan tersebut, kadang disertai gambar orang berteriak atau gambar megaphone disilang. Tetapi bagaimana menjalankan aturan itu secara konsisten dari awal sampai akhir, banyak event organizer (EO) lomba burung yang menyerah. Kali ini Om Kicau ingin mengupas rahasia di balik kesuksesan even Ebod Jaya Cup yang dinilai relatif dapat menjalankan misi tersebut.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dalam lead artikel ini, Om Kicau menyebut “relatif dapat menjalankan misi tersebut”. Sebab tak ada yang mutlak sempurna, apalagi pandangan orang sering bersifat subjektif, dengan aneka tujuan dan kepentingan masing-masing.
Sejak awal, panitia Ebod Jaya Cup juga sudah menyadari perilaku sebagian kicaumania. Ketika panitia menilai lomba sudah berjalan relatif fairplay, belum tentu semua peserta memiliki pemahaman yang sama, apalagi jika kurang faham terhadap aturan main dan sistem penilaian lomba burung.
Menyadari hal itu, beberapa personel inti panitia seperti Andre Sutanto (penanggungjawab), Jimmy DS (ketua pelaksana), WW Angga, dan kawan-kawan lain yang masih minim pengalaman sebagai EO lomba burung pun tak sungkan-sungkan untuk berkonsultasi dengan pihak yang dianggap kompeten.
Jika para senior mukim tak jauh dari Surabaya, Andre dan kawan-kawan akan merekrutnya agar bisa membantu di kepanitiaan.
Bahkan kicaumania yang domisilinya jauh pun kerap dimintai konsultasi oleh Andre cs. Misalnya Om Adry Riady dari Pangkapinang, Bangka, dan Andy Donk (Jogja). Adry dianggap sukses menjadi ketua pelaksana even Pangdam III Siliwangi Bandung, 25 Mei lalu.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Harus diakui, peran Om Adry sangat signifikan dalam menyukseskan even Pangdam III Siliwangi. Dia disegani para juri, pintar melakukan pendekatan agar juri bisa bekerja maksimal, bersemangat, dan tidak main-main. Untuk uruan itu, kita banyak bertanya sama dia,” kata Andre.
Om Andy Donk punya pengalaman pernah menjadi pengendali juri BnR. Jadi dia tahu cara mengatasi dan mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki. “Pak Andy sangat membantu kita, mau berbagi pengalaman, misalnya trik para juri jika main-main, dan sebagainya.”
Kesuksesan even Pangdam III Siliwangi dalam hal penjurian bisa dibilang menjadi fondasi kesuksesan penilaian dalam Ebod Jaya Cup di Surabaya, 1 Juni lalu. Mereka mau belajar serta mengoreksi even-even sebelumnya.
Dari kelemahan-kelemahan itulah, pihak Ronggolawe cepat belajar, segera melakukan pembenahan, agar setiap kelemahan yang ditemukan segera bisa diperbaiki.
Dalam even Ebod Jaya Cup, ada dua nama yang jarang disinggung, tapi ikut bekerja keras sejak awal hingga akhir, serta berperan besar dalam menyukseskan even ini.
“Di kepanitiaan, ada lagi dua orang yang selama ini jarang disebut-sebut, padahal perannya sungguh besar dan vital. Mereka adalah Aba Rofiq dari Suramadu dan Bambang Dewa dari Gantangan Dewa 99 Sidoarjo,“ kata Andre.
Panen pujian dan order
Secara umum, Ebod Jaya Cup Surabaya memang banjir pujian dari mana-mana. Even ini dinilai paling sukses secara menyeluruh. Tiket terjual mencapai 1300an, peserta bisa tertib, saat menggantang tak saling tunggu.
Saat memantau dari luar lapangan, mereka juga tidak teriak, tidak bersiul, meniup peluit, memukul-mukul pagar, mengibarkan kerodong, dan sejenisnya. Peserta baru masuk mengambil burung, kalau proses penghitungan bendera koncer sudah selesai.
Tak dijumpai pula peserta yang marah karena burungnya merasa diabaikan, apalagi sampai ngamuk, teriak-teriak, merusak properti lomba, mengejar juri, dan hal-hal anarkis lainnya.
Beberapa orang komplain karena mencoba mengulur-ulur waktu. Tetapi petugas bersikap tegas dan langsung menancapkan bendera hitam, pertanda sudah masuk hitungan 10 tapi burung belum juga digantang. Tanpa kompromi, tak pandang siapa pemiliknya, aturan bisa ditegakkan. Nah, ketegasan dari awal inilah yang membuat peserta segan dan tidak mau lagi main-main dengan aturan.
Publik pun secara terbuka mengakui kalau Ebod Jaya Cup benar-benar even terbaik di Jawa Timur selama ini.
H Ebod, pimpinan Ronggolawe dan pemilik Ebod Jaya, juga mengakui bahwa inilah even terbaik yang pernah digelar bersama Ronggolawi.
“Jadi, untuk urusan manajemen lomba, kita juga harus belajar dan meniru model Surabaya ini. Soal teknik penjurian dan rekap, terus terang kita juga terus berbenah agar dari waktu ke waktu terjadi perbaikan. Kalau kemampuan juri sudah merata, tentu segalanya menjadi lebih mudah,” ujar H Ebod dengan wajah sumringah.
Meski gegap gempita oleh pujian dari segala penjuri, Andre dan kawan-kawan tidak menutupi masih ada sejumlah kelemahan dari even ini. “Kita mencatat ada sejumlah kelemahan yang akan dijadikan bahan evaluasi. Ada kelemahan dalam penyelenggaraan dan penilaian,” kata Andre.
Salah satu masukan dari peserta adalah soal bendera nominasi yang sempat diterapkan, kemudian dihilangkan dengan alasan memperhitungkan waktu.
“Ya, ini juga salah satu kelemahan. Itu memang pilihan sulit. Tapi dari sinilah kita bisa belajar banyak untuk even berikutnya, bagaimana pengaturan waktu. Jumlah sesi juga tak boleh terlalu banyak jika kalau mau pakai nominasi,” imbuh Andre.
Saat mau menggantang, penghitungan 1-10 juga dianggap kurang efektif. Sebab setelah hitungan 7 atau 8, peserta baru mulai bersiap-siap. Karena itu, Aba Rofiq punya konsep, hitung saja sampai 5, tak perlu bendera start.
“Begitu hitungan selesai, burung belum juga tergantung, ya langsung tancap bendera dis, atau di tempat kami kemarin pakai bendera warna hitam. Itu yang diterapkan di Fancy Cup,” tambahnya.
Lepas dari itu semua, banyak kicaumania khususnya di Jawa Timur yang segera memberi tantangan kepada Andre dan kawan-kawan.
“Banyak yang menodong, kapan bikin lomba seperti ini lagi. Saya senang mendapat respon positif seperti ini, meski kita juga butuh waktu untuk istirahat sejenak. Istirahat fisik, juga istirahat fikiran,” ujar Andre.
Ya, untuk menggelar sebuah lomba pun butuh konsep dan pemikiran lama. Tidak bisa tiba-tiba atau ujug-ujug. Yang tak kalah penting, juga memikirkan pembiayaannya.
Sebab, kalau mau bikin yang berkualitas, tentu biayanya tak bisa murah. Tapi pada waktunya, tentu Andre dan kawan-kawan ingin kembali menggelar lomba, dan harus lebih baik dari yang kemarin. (Waca)
Salam sukses, Salam dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
SEkedar saran saja,untuk ke depannya Jawa Timur khususnya Surabaya harus sering diadakan event” akbar seperti ini,karena kita bisa lihat sendiri di Jatim ini sesungguhnya banyak sekali para pemain” yang mempunyai gaco” yang terkadang tidak bisa diremehkan meskipun mereka belum punya nama besar. Mereka mungkin bukan tidak berani datang ke event akbar yang lain di luar Jatim atau luar pulau, Tapi mungkin karena faktor lain seperti jarak tempuh,transport yg mendukung,atau bisa jadi faktor ekonomi.
Untuk itulah,dari kesuksesan Ebod Jaya Cup ini,EO” yang sudah mempunyai jam terbang tinggi maupun yg masih pemula,bisa menjadikan event ini sebagai tolak ukur,bahwa Jatim tidak seanarkis yg dibayangkan.
kalo bisa dilomba pak dhe karwo dan lomba KM digunung sari yg akan datang jg spt ini. meskipun beda EO/pelaksana. selamat dan salut buat panitia ebod jaya dikodam kmrn. Salam