Kisah yang dialami Wahyu, warga Desa Gondang, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, ini semoga bisa menginspirasi sobat kicaumania lainnya di Indonesia, terutama yang saat ini masih harus berjuang dari bawah. Sembilan tahun lalu, atau setahun setelah menikah, Om Wahyu masih kerja secara serabutan. Dia bingung bagaimana menghidupi keluarganya. Melalui dana BLT (bantuan langsung tunai) jatah mertuanya, dia memanfaatkannya untuk modal beternak jangkrik, kemudian beralih menjadi toko pakan burung.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Wahyu tidak menyangka usahanya bisa semaju seperti sekarang ini. Bagaimana tidak, dana BLT yang diperolehnya sembilan tahun lalu, sebesar Rp 300.000 per bulan, bisa dimanfaatkannya menjadi modal usaha.
“Saat itu saya memulainya dair beternak jangkrik, kemudian berubah menjadi toko pakan burung. Tidak mengira, penggemar burung berkicau sangat banyak, dan para kicaumania di Kecamatan Ngawen mulai menjadi pelanggan saya,” kata Om Wahyu, mengenang perjalanan usahanya dulu.
Sebenarnya Om Wahyu sudah lama menyukai dunia burung kicauan, tapi saat itu belum pernah memiliki dan merawat seekor burung pun. Bagaimana mau memberi makan burung, untuk makan sehari-hari pun saat itu kerepotan.
Salah seorang teman menyarankan dia agar beternak jangkrik. Rencananya, jangkrik setelah siap panen langsung dibeli temannya. Karena tak punya uang, Om Wahyu utang sama mertuanya.
“Uang itu berasal dari jatah bulanan mertua yang memperoleh BLT dari pemerintah sebesar Rp 300.000 per bulan. Modal saya pakai untuk membeli indukan jangkrik,” jelasnya.
Dengan perawatan yang tekun dan keinginan untuk terus belajar, akhirnya jangkrik berkembang banyak. Sebagian dibeli temannya, sebagian lagi disetor ke para penjual pakan burung di Kota Blora.
Modal pun makin bertambah. Dia mulai kulakan pakan burung seperti voer dan sebagainya. Eh, ternyata laris manis, sampai akhirnya Om Wahyu mampu membuka toko sendiri di depan rumah.
Tokonya kemudian juga berkembang pesat. Om Wahyu berfikir, mengapa tak seperti toko pakan burung lainnya yang juga menyediakan aneka burung berkicau untuk dijual?
Ya, dari sinilah dia mulai membeli burung-burung hasil tangkapan warga sekitar. Meski ketika itu belum faham dunia burung, dia nekat saja membelinya. Toh nanti bisa sambil belajar dari teman-temannya.
Karena memang belum pernah bagaimana merawat burung, banyak burung yang dibelinya mati selama tiga bulan pertama. Namun dia tidak putus asa, dan terus belajar dari beberapa kicaumania di desanya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Setelah lihai merawat, Om Wahyu mulai melengkapi tokonya dengan berbagai perlengkapan perawatan burung seperti sangkar, tempat pakan, semprotan, dan sebagainya.
Kini, hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun sudah membuahkan hasil nyata. Omzet toko pakan dan aksesoris burung di rumahnya saat ini mencapai Ro 40 juta per bulan.
Dalam berbisnis, tentu ada suka dan duka. “Sukanya, ya kalau dagangan laris. Dukanya, terkadang ada pembeli yang rewel. Sudah tanya macam-macam, eh.. tidak jadi beli. Ada pula rasa jenuh karena selalu stand by di toko,” tutur Om Wahyu.
Namun kesadaran harus mencari nafkah membuat semua duka ditanggapinya dengan fikiran positif. Jika pembeli tidak jadi beli saat itu, mungkin lain kali akan membeli.
Kini, setelah sukses mengelola toko pakan dan aksesoris burung, Om Wahyu bekerja sama dengan kakak ipar mulai beternak kenari. Hasil ternakbisa langsung dijual di tokonya. (Neolithikum)
Semoga menginspirasi Anda.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.