Menjadi bakul burung memang itu penuh lika-liku,gampang-gampang susah, tapi ada seninya. Ada kalanya stok menumpuk, namun di lain waktu kebanjiran permintaan sampai stok sering kosong. Ya, itulah yang dirasakan Ridlo, eks wartawan majalah berita Editor, yang kemudian memilih menekuni bisnis burung kenari dan memiliki toko burung bernama Figas Bird Shop di kawasan Pogung, Jogja.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sudah bertahun-tahun Om Ridlo menggantungkan hidupnya dari bisnis kenari. Yang menarik dari dia adalah konsistensinya terhadap kenari kecil atau AF; sering juga disebut kenari lokal berkualitas.
“Saya bukan antikenari bongsor.Nyatanya, peminat kenari bongsor juga banyak. Tetapi harganya itu lo.Butuh modal cukup besar kalau saya harus ikut bermain di ranah itu,” kata Om Ridlo jujur.
Sebagai bakul, idealnya dia mesti mengikuti selera pasar.Namun, semua itu juga harus disesuaikan dengan modal, tidak boleh memaksakan diri. Sekali-kali ia menjual kenari bongsor, anakan yorkshire (YS), meski bukan YS impor murni.
Om Ridlo biasanya merekomendasi penggemar pemula untuk tidak membeli kenari YS asli, lantaran perawatannya juga butuh pengalaman tersendiri, dan modalnya juga tak sedikit. Tetapi jika mereka sudah menyadari risikonya, ya tidak apa-apa.
Menurut Om Ridlo, sebagian besar konsumennnya memang lebih sering menanyakan apakah punya kenari bongsor yang gacor, fighter, warna bulu cerah, lagunya oke, dan harganya juga miring. Jarang sekali yang langsung menanyakan kenari kecil.
Untuk menjawabnya, Om Ridlo memang harus bersabar, sembari melakukan edukasi. Biasanya akan muncul jawaban sebagai berikut:
“Kenari bagus itu pada dasarnya bukan dilihat dari posturnya yang besar, atau warna bulunya yang cerah. Lain soal jika memang mau mencari kenari untuk body contest atau beauty contest.
Sebagian kicaumania di Indonesia itu memelihara kenari kan untuk dinikmati suaranya. Banyak lo kenari kecil yang bisa juara, bahkan mengalahkan kenari posturnya lebih besar. Itu sering terjadi dalam kontes di Papburi (Jogja), di mana saya juga ikut berkiprah, juga dalam lomba-lomba konvensional lainnya.”
Melalui edukasi apa adanya, dan bukannya mengada-ada, para penggemar pemula kini mulai faham mengenai kualitas kenari, yang tak memiliki korelasi positif dengan postur dan warna bulu.
“Saat ini stok kenari kecil di Figas Bird Shop malah kosong.Beberapa ekor kenari besar justru masih tersedia, meski stoknya jugaterbatas. Insya Allah akan segera terisi lagi,” ujar Om Ridlo.
Konsumen terbesar yang ikut “membesarkan” Figas Bird Shop terutama dari Jawa Barat. Bahkan Om Ridlo kini dipercaya untuk rutin memasok puluhan kenari kecil ke salah seorang tokoh ternama di Jawa Barat.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dia bersyukur. Ketika harga kenari kecil atau AF disebutkan menurun di berbagai wilayah, Figas Bird Shop tetap mampu melepas puluhan ekor tiap minggunya ke konsumen.
Salah satu resep yang selalu diperhatikan adalah selalu menjaga kepercayaan konsumen. Bagaimana pun situasi-kondisi yang dialaminya, Om Ridlo tak akan pernah mencederai kepercayaan konsumen.
“Sebagaian konsumen saya itu lokasinya jauh, tidak sempat ke Jogja, banyak juga yang belum pernah ketemu secara langsung. Meski hanya melalui telepon, sms atau bbm, saya tak mau main-main. Saya berusaha memberikan burung berkualitas, sesuai dengan spek yang saya janjikan. Alhamdulillah, sejauh ini lancar-lancar saja.”
Selain menjaga kepercayaan, resep lainnya adalah menjaga komunikasi dengan konsumen, termasuk memberikan advis jika diperlukan. Komunikasi yang dilakukan biasanya menanyakan perkembangan burung yang dibeli para pelanggan.
“Saya tentu senang ketika pelanggan melaporkan burungnya mau tampil saat dibawa ke latber atau lomba, bahkan bisa berprestasi. Bahkan ada yang memberi laporan, burung yang dibelinya denganharga pasaran mampu mengalahkan burung harganya puluhan juta rupiah. Tentu saja ada beberapa burung yang kurang sukses di lapangan, lalu saya berikan tips merawat dan mengorbitkannya,” kata Om Ridlo.
Siapapun yang pernah berbisnis, pasti pernah mengalami pasang-surut. Hal ini juga dialami Om Ridlo selama menjalankan bisnis kenarinya.
“Saya sempat mengalami masa-masa sulit. Lalu intropeksi, dengan memperbaiki semua kekurangan dan mempertahankan hal-hal yang sudah bagus,” tambahnya. (Waca)