Burung udang-merah sangihe (Ceyx sangirensis) yang sebelumnya dimasukkan dalam jenis udang-merah sulawesi (Ceyx fallx) telah ditetapkan BirdLife International sebagai spesies baru melalui kajian Daftar Merah 2014. Sayangnya, setelah ditetapkan sebagai spesies baru tahun ini, burung udang-merah sangihe justru berstatus terancam punah!
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Pemisahan udang-merah sangihe dari jenis udang-merah sulawesi tentu menambah daftar burung yang ada di dunia menjadi 10.425 jenis atau bertambah sebanyak 10 persen. Hal tersebut dikarenakan ada penambahan 361 jenis burung non-passerine yang pada tahun ini juga diakui sebagai spesies baru. Beberapa di antaranya berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Seperti dilansir Burung Indonesia yang berkantor di Jl Dadali Kota Bogor, berdasarkan kajian ini, maka di negeri kita terdapat penambahan 48 spesies burung hasil pemisahan spesies yang sudah ada sebelumnya, serta satu tambahan dari temuan baru.
Udang-merah sangihe merupakan jenis burung dari keluarga Alcedinidae, dan merupakan burung endemik di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Burung ini semula dimasukkan sebagai subspesies dari udang-merah sulawesi atau sulawesi dwarf kingfisher (Ceyx fallax).
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Meski dianggap spesies baru, nasib udang-merah sangihe tidak sebaik kerabatnya: udang-merah sulawesi. Status burung ini dalam kondisi terancam punah. Perjumpaan terakhir dengan spesies ini terjadi pada tahun 1997, dan sejak itu tidak pernah ditemukan kembali. Alamak!!!
Para pegiat Burung Indonesia pernah melakukan survei pada tahun 2004 – 2006 dan 2009, namun tidak berhasil menjumpai burung ini. Dalam pengamatan singkat di Hutan Sahendaruman yang dilakukan baru-baru ini, mereka pun gagal menemukan keberadaan spesies burung yang memiliki gaya berburu cukup menarik, terutama saat berburu ikan.
Burung yang didominasi warna merah ini dinyatakan dalam kategori Kritis, yang berarti tinggal menunggu kepunahan saja, jika kita semua tidak segera dilakukan upata pelestarian. Faktanya di Sangihe, hutan-hutan primer dataran rendah sudah nyaris habis. Diduga udang-merah sangihe ini masih bertahan dalam jumlah kecil di lembah-lembah berhutan yang tidak terjangkau.
Beberapa waktu lalu, spesies burung raja-udang kalung-biru (Alcedo euryzona) dan pelatuk punggung-emas (Chrysocolaptes strictus) yang ada di Jawa juga ditetapkan sebagai spesies baru pada tahun ini. Keberadaan burung-burung endemik ini menunjukkan bahwa Jawa yang merupakan pulau terpadat di dunia, tetapi juga menjadi rumah bagi beberapa jenis burung unik.
Sayangnya, dengan populasi penduduk yang terus bertambah dan banyaknya kerusakan dan hilangnya habitat alami burung di Jawa, menjadikan ancaman tersendiri bagi kelestarian burung-burung jenis baru tersebut.
Raja-udang kalung-biru saat ini telah diakui sebagai burung endemik Jawa, sementara jenis serupa yang ditemukan di Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan yang sebelumnya termasuk dalam spesies yang sama kini memiliki nama baru, yaitu raja-udang peninsula (Alcedo peninsulae).
Semoga bermanfaat.