Pakan merupakan komponen biaya operasional terbesar (70%) dalam penangkaran / breeding lovebird. Karena itu, menekan biaya operasional dapat dilakukan melalui penyesuaian pakan. Berikut ini tips Om Lala untuk menekan biaya operasional dalam breeding lovebird.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Siapakah Om Lala? Dia merupakan penangkar lovebird di Kabupaten Pati, tepatnya di Dukuh Karangdowo, Desa Kutoharjo, Kecamatan Pati.
Om Lala memulai menangkar lovebird tahun 2006, meninggalkan pekerjaannya sebagai sales consumer good. “Modalnya hanya empat pasang lovebird, dengan warna pastel kuning, pastel hijau, dan hitam,” kata Om Lala.
Dalam menjalankan usaha ini dengan prinsip “dari hobi menjadi hoki”. Semangat, ketekunan, rajin bejalar, serta keuletan membuat usahanya berjalan lancar, dan kini sudah mempunyai 40 pasang indukan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kandang lovebird pun hanya memanfaatkan lahan dapur di belakang rumah, dengan panjang 4 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 3 meter.
Saat ini, banyak penangkar lovebird yang galau menghadapi kondisi pasar yang belum stabil. Dalam kondisi seperti ini, penangkar harus pandai-pandai mengatur keuangan agar usahanya tidak gulung tikar.
Salah satunya adalah mengurangi atau menekan biaya pengeluaran. Tak berarti jumlah pakan atau perawatannya dikurangi, namun memaksimalkan bahan-bahan yang lebih murah.
Om Lala melakukan efisiensi biaya operasional melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Tulang sotong diganti batu bata
Penangkar lovebird biasa menggunakan tulang sotong sebagai asinan untuk pasangan induk. Om Lala menggantinya dengan batu bata. Selain bisa dijadikan media asinan, batu bata juga memiliki beberapa manfaat lain, yaitu:
- Menghindari paruh nggajah.
- Melancarkan pencernaan lovebird yang merupakan burung pemakan bijian.
- Mempertajam warna kuning telur (yolk) yang dihasilkan induk lovebird dan cenderung ngisi.
Batu batu yang digunakan harus baru, jadi belum pernah digunakan sebagai bahan bangunan. Rendam batu bata ke dalam air garam selama sehari, kemudian dijemur sampai kering.
Batu batu inilah yang nantinya disediakan dalam kandang ternak, dan akan digigiti lovebird sebagai pengganti tulang sotong.
Dulu, Om Lala setiap bulan membeli 5 kg sotong seharga @ Rp 5.000. Jadi, dalam sebulan diperlukan biaya Rp 25.000.
“Sekarang lebih irit. Sebab sepuluh batu batu hanya seharga lima ribu rupiah dan bisa dipakai selama dua bulan,” ujar Om Lala.
2. Gelodok bikin sendiri dari kayu mangga
Cara lain untuk menghemat biaya operasional dalam penangkaran lovebird adalah membuat sendiri gelodok atau tempat bertelur. Dalam hal ini, Om Lala membuat sendiri gelodok dari kayu mangga.
Dulu dia menggunakan gelodok yang dibeli di pasaran, seharga Rp 15.000 / unit. Karena ada 40 pasangan induk, Om Lala harus mengeluarkan biaya Rp 600.000 (Rp 15.000 x 40).
Sekarang, Om Lala membuat sendiri gelodok dari kayu mangga, dengan panjang 20 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 25 cm.
“Gelodok bikinan sendiri lebih rapi. Bahannya (kayu mangga) lebih bagus daripada sengon,” kata Om Lala.
Sama seperti sengon, kayu mangga bersifat lunak dan punya pori-pori cukup besar, sehingga sirkulasi udara di dalam gelodok lebih maksimal. Induk di dalam gelodok pun tak kepanasan.
3. Bahan sarang dari jerami
Harga bahan sarang lovebird yang dibeli di pasaran sekitar Rp 5.000 / bungkus. Jika sepasang induk membutuhkan 1 bungkus bahan sarang, maka Om Lala harus mengeluarkan biaya Rp 200.000 untuk memenuhi kebutuhan semua (40) pasangan induk.
Sekarang Om Lala menggunakan bahan sarang yang dibuatnya dari jerami. “Jerami dipotong-potong sepanjang empat sentimeter, kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu dimasukkan secukupnya ke dalam gelodok yang telah disediakan,” jelas Om Lala.
4. Efisiensi pakan
Pemangkasan biaya operasional terbesar bisa dilakukan melalui efisiensi pakan. Sebab seperti dijelaskan di awal tulisan, 70% biaya operasional dalam peternakan unggas berasal dari biaya pembelian pakan.
Setiap hari Om Lala hanya mengeluarkan biaya pakan Rp 15.000 untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi 40 pasang induk lovebird. Pakan yang diberikan berupa milet putih, canary seed, kangkung, dan jagung muda.
Harga milet putih di area Pati saat ini Rp 10.000 / kg dan canary seed Rp 14.000 / kg. Dalam hal ini, Om Lala mencampur kedua bahan pakan itu dengan perbandingan 2:1.
“Misalnya, dua kilo milet putih dicampur dengan satu kilo canary seed. Itu dapat digunakan selama tiga hari, dengan biaya hanya duabelas ribu rupiah per hari,” jelas Om Lala.
Setiap hari, dia membutuhkan 1 ikat kangkung seharga Rp 1.500 dan 3 jagung muda seharga Rp 1.500. Jadi, setiap hari hanya dibutuhkan biaya pakan Rp 15.000 (Rp 12.000 + R 1.500 + R 1.500).
Keuntungan sekitar Rp 2,1 juta per bulan
Berapa keuntungan yang diperoleh Om Lala dari breeding lovebird dengan 40 pasang induk? Untuk menyederhanakan penghitungan, kita pakai acuan harga anakan lovebird hijau standar yang di pasaran dijual sekitar Rp 150.000 (umur 2-3 bulan).
Meski memiliki 40 pasangan induk, tentu tidak semuanya berproduksi serentak. Kita anggap saja setiap bulan 25% (10) pasangan induk berproduksi, dengan anakan menetas dua ekor. Jadi, setiap bulan bisa dihasilkan 20 ekor anakan lovebird.
Dibutuhkan waktu dua bulan untuk merawat anakan sebelum dijual, dengan biaya perawatan Rp 900.000. Kalau 20 anakan terjual, maka omzetnya mencapai Rp 3 juta. Setelah dikurangi biaya perawatan, laba bersih sekitar Rp 2,1 juta per bulan.
Kalau Anda mempunyai warna di luar hijau standar, tentu nilai keuntungan makin meningkat. Sebab harga anakan pastel kuning, pastel hijau, hitam, lutino mata merah, biru langit, pastel biru, dan warna eksotik lainnya lebih mahal daripada hijau standar.
Jika Anda mau menyeleksi dan melatihnya sehingga anakan memiliki bakat ngekek panjang, harga juga menjadi lebih mahal.
Om Lala yang tergabung dalam Pati Lovebird Mania (Palm) juga dikenal sebagai pengorbit lovebird trah panjang. Lovebird Duwox, misalnya, dipolesnya sehingga bisa ngekek panjang dan moncer dalam even LKJ di Lapangan Joyokusumo Pati (18/9).
“Padahal Duwox bukan berasal dari indukan trah panjang. Umurnya pun masih muda, baru tujuh bulan, tapi sudah menunjukkan kualitasnya,” tandas Om Lala. (v1rgoboy)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.