Dalam Liga Jambi Seri 1 di Lapangan Bakung Team, Jl RB Siagian Pasir Putih, Kota Jambi, Minggu (16/11), murai batu Daeng milik Jofandi nyaris nyeri / double winner. Murai hasil ternak Ayong 888 Bird Farm ini menjuarai Kelas Sejati dan juara 2 Kelas Umum.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Di kalangan kicaumania Jambi, Ayong dikenal sebagai pemain senior dan sering berprestasi. Dia menurunkan hobinya ini kepada putranya, Rudi Wijaya, yang kini juga piawai membesut burung menjadi jawara, terutama murai batu dan lovebird.
Baik Ayong maupun Rudi Wijaya saat ini tergabung dalam Obit BC Jambi. Selain bermain di lapangan, keduanya kini sibuk mengurus penangkaran murai batu di bawah bendera Ayong 888 Bird Farm.
Om Kicau pernah mengupas sekilas tentang penangkaran murai batu Ayong 888 BF. Saat itu baru ada 12 kandang, namun sekadang sudah berkembang menjadi 20 kandang induk.
Semua induk jantan yang digunakan merupakan burung-burung yang pernah juara, antara lain murai batu Dewa, Pageran, Wiwin, dan Joker.
Dengan menyeleksi burung juara, maka calon induk jantan otomatis memiliki mental bagus. Selain itu, calon induk juga harus memiliki volume suara yang besar.
“Dari 20 kandang induk, baru 15 yang sudah terisi. Tujuh pasangan induk sudah berproduksi. Delapan lainnya adalah pasangan yang baru jodoh atau sedang ganti bulu,” kata Om Ayong.
Kandang penangkaran dibuat terpisah dari kediaman Om Ayong. Selama ini, dia tinggal di Jalan Sultan Agung Kota Jambi, sedangkan penangkaran murai batu di Jalan Sungai Bahar, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Setiap petak kandang berukuran 1,5 x 1,2 m2 dengan tinggi 2 meter. Dinding belakang, kiri, dan kanan terbuat dari batu bata, sedangkan dinding depan dari kawat ram.
Dalam setiap kandang diletakkan pohon cemara dalam pot, sehingga suasana kandang terasa sejuk dan segar, menyerupai habitatnya di alam liar.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Tempat sarang atau gelodok terbuat dari bahan kayu, dengan ukuran panjang 25 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 20 cm.
Beberapa anakan yang menetas dibiarkan dalam pengasuhan induknya, sebagian lagi dipanen lebih dini, terutama jika indukan kurang pandai merawat anaknya.
“Kalau dierami dan diasuh induknya, maka anakan murai akan keluar dari gelodok saat umur 30 hari. Saat itu bulu-bulunya sudah komplet, dan anakan sudah mulai belajar terbang,” jelas Om Rudi.
Untuk menjaga kualitas anakan, duet Rudi / Ayong melakukan pemasteran sejak dini, dengan menggunakan burung cililin, cucak jenggot, dan kenari.
Hasilnya bisa dilihat setelah murai batu rampung mabung untuk pertama kalinya. Murai batu Daeng yang saat ini berumur 9 bulan pun langsung meroket di lapangan, bahkan nyaris nyeri di seri pembuka Liga Jambi.
Burung ini tidak hanya memberi kepuasan kepada sang pemilik, yaitu Om Jofandi, tetapi juga kepada duet Rudi Wijaya / Ayong selaku pemilik breeding murai batu Ayong 888 BF. (Kelana Lana)