Silaturahmi dan Sarasehan Nasional Papburi di RM Lemah Ledok Garden Resto, Jl Cangkringan Km 3 Kalasan, Sleman, Minggu (23/11), berlangsung meriah dan penuh kehangatan. Belasan cabang, serta para pendiri dan sesepuh Papburi hadir dalam even ini.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Para peserta Silaturahmi dan Sarasehan Nasional Papburi.

Pak Gunawan selaku penasihat dan pendiri Papburi memberikan sambutan selamat datang kepada para peserta. Beliau juga didaulat untuk memberikan mandat kepada pengurus baru Papburi Pusat untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Pak Gunawan, tokoh sepuh, memberikan sambutan peresmian pengurus Papburi Pusat.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Selanjutnya, giliran Ketua Umum Papburi Pusat Dr drh Edy Boedi Santosa MP yang memberikan kata sambutan. Om Edy menyapa satu-persatu delegasi yang hadir, dimulai dari peserta yang paling jauh, yaitu Depok dan Bogor (Jawa Barat), serta Banyuwangi (Jawa Timur).

Ketua Umum Papburi Pusat, Dr drh Edy Boedi Santosa MP.

Selanjutnya, dia menyapa peserta dari cabang-cabang lainnya sampai peserta dari tuan rumah Jogja. “Terimakasih atas kehadiran semua peserta,” ungkap Om Edi, yang juga pengasuh Konsultasi Burung Kicauan di Tabloid Agrobur.

Setelah itu, Om Edy menyilakan Wakil Ketua Umum, Eko Budi Siswoyo SSos, untuk menyampaikan materi, antara lain logo Papburi yang berlaku secara nasional, AD/ART hasil revisi, dan kepengurusan Papburi Pusat.

Om Eko Budi Siswoyo (kiri) saat menyampaikan materi.

Om Eko Budi meminta seluruh peserta untuk memberikan tanggapan lisan maupun tertulis, demi penyempurnaan AD/ART dan susunan kepengurusan Papburi Pusat.

Dalam sarasehan ini, setiap peserta mendapat satu map berisi makalah, logo, susunan pengurus, AD / ART, sejarah berdirinya Papburi, hingga profil para tokoh sepuh yang menginspirasi generasi muda untuk lebih mengembangkan kenari.

Eko Budi yang dipercaya menulis sejarah Papburi meminta kepada semua cabang agar menulis sejarah di cabang masing-masing, guna melengkapi sejarah Papburi baik di pusat maupun cabang.

Secara khusus, dia meminta Papburi Klaten dan Papburi Solo yang terus berkembang dengan aneka program yang luar biasa untuk menulis sejarah ini lebih lengkap.

“Rencananya, jika semuanya sudah lengkap dan dirasa sudah cukup bagus, kita akan mencetak serta menerbitkan sejarah Papburi ini dalam sebuah buku,” tuturnya.

Setelah istirahat dan makan siang, peserta sarasehan kembali berkumpul untuk membahas materi  mengenai kriteria penilaian lomba kenari ala Papburi, serta mengupas masalah burung kenari secara internasional yang disampaikan oleh Om Gandung Sunardiana SPd dan Om Kiansing.

Dari kiri: Eko Heru, Kiansing, Gandung, dan Agus dalam sesi penilaian lomba kenari.

Pada sesi ini muncul banyak usulan, masukan, dan pertanyaan sehingga diskusi menjadi sangat seru, khususnya masalah kriteria penilaian lomba ala Papburi.

Pasalnya, setiap  cabang punya tradisi yang berbeda dalam mengartikan lina kriteria penilaian dalam lomba Papburi, yaitu: 1) volume; 2) irama lagu; 3) panjang-pendek lagu; 4) penampilan / kerajinan; dan 5) gaya. Juga masalah lagu kenari isian dan standar yang sering salah dipersepsikan.

Om Eko Heru SE MSi, juri senior Pelestari Burung Indonesia (PBI) yang diyakini punya independensi dan integritas tinggi, juga didaulat menjadi pembicara. Dia menyampaikan perbandingan penilaian burung kenari dalam lomba di lingkungan PBI dan Papburi.

Dijelaskan, jika semua burung bagus dalam suatu lomba, juri harus memilih 10 burung yang menjadi juara, maka cara yang mudah adalah “membandingkan” antara yang satu dan yang lainnya.

“Meski terdapat perbedaan pakem dalam menilai kenari, membandingkan adalah cara yang paling mudah dalam memberikan penilaian. Hakikatnya sama, yaitu mencari burung yang terbaik, karena penilaian dalam lomba burung itu menyangkut seni dan rasa,” kata Om Eko Heru.

Om Heri Dua Dewi (Ketua Papburi Klaten).

Kehadiran dan penjelasan Brigjen (Purn) RM Noeryanto SH, pelindung Papburi Pusat, makin membuka wawasan peserta sarasehan. Beliau sudah memelihara kenari sejak tahun 1958.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Namun hobinya sempat terhenti ketika harus menjalani pendidikan di Akademi Militer Magelang. “Setelah lulus dan menjadi perwira, saya kembali memelihara kenari,” ujarnya.

Sepanjang hidupnya, Pak Noeryanto pernah empat kali bosan terhadap kenari. Semua burungnya pun dijual. Namun hanya selang beberapa waktu berikutnya, dia ingin kembali memelihara, sehingga langsung membeli burung lagi.

Brigjen (Purn) RM Noeryanto SH (kiri) memberi wejangan kepada para kenarimania Indonesia.

Sampai saat ini, Pak Noer tak merasa bosan lagi. Bahkan dia mengajak kenarimania di Indonesia agar untuk terus mengembangkan burung ini. Dia juga berharap para pemilik modal bisa membantu para peternak kecil agar mereka bisa membeli yorkshire dan bisa berkembangbiak.

Hampir semua Papburi Cabang yang diundang hadir, yaitu:

  • Papburi Cabang Solo
  • Papburi Cabang Klaten
  • Papburi Cabang Sragen
  • Papburi Cabang Wonogiri
  • Papburi Cabang Cilacap
  • Papburi Cabang Kedu / Magelang
  • Papburi Cabang Rembang
  • Papburi Cabang Pasuruan
  • Papburi Cabang Parikesit Klaten
  • Papburi Cabang Caponiery Manisrenggo
  • Papburi Cabang Gergunung Klaten
  • Papburi Cabang Bogor
  • Papburi Cabang Banyuwangi

Beberapa tokoh kenari Jogja yang datang antara lain Radiono, H Heru Sedan, Iping Rejodani, Ridho, Koko Klaten, dan Nur Sarikusuma. Sebagian di antaranya bakal menjadi pengurus Papburi Cabang Jogja, sebagai pelaksana lomba Papburi di Jogja. Tidak ketinggalan pula sejumlah juri Papburi seperti Santoso, Didik, Handoko, dan lain-lain.

Pak Nur Sarikusuma memberi tanggapan dan pertanyaan tentang penilaian kenari dan rencana pembentukan Papburi Cabang Kota Jogjakarta.

Om Rico dari Depok berharap agar kehadirannya bersama Om Didik (Cabang Bogor) dapat menjadi embrio terbentuknya Papburi Cabang Jabodetabek. Semoga pula Papburi bisa melebarkan sayapnya hingga ke Sumatera dan Kalimantan.

Om Rico (berdiri), peserta dari Depok, berharap segera terbentuk Papburi Cabang Jabodetabek.

Ketua Umum Papburi Pusat, Dr drh Edy Boedi Santosa MP, berharap agar silaturahmi dan sarasehan seperti ini bisa dijadikan agenda rutin, dengan tuan rumah bergiliran di masing-masing cabang.

“Silaturahmi bisa dikemas empat bulan sekali. Kalau memungkinkan, waktunya bisa dibuat dua hari, misalnya Sabtu dan Minggu. Sabtu untuk silaturahmi, hari berikutnya untuk lomba kenari,” usulnya.

Para tokoh kenari melepas kangen. (Dari kiri) Eko Budi, Gandung, Agus, Radiono, Kiansing, Eko Heru PBI.
Pengurus Papburi Klaten pimpinan Heri Dua Dewi (4 dari kiri) bersama Eko Budi, dan Wawan Gondang.
Dari kiri: Pak Gunawan, Edy Boedi Santosa, Eko Budi Siswoyo, Brigjen (Purn) RM Noeryanto SH, Kiansing.

Semoga bermanfaat.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.