Soft Opening Base Camp Kicaumania (KM) di Komplek Yonhub TNI AD Perumahan Jatijajar, Jl Raya Bogor Km 35,5 Simpangan Depok, berlangsung sukses. Selanjutnya base camp ini akan menjadi ajang latihan rutin, lomba burung berskala regional / nasional, serta tempat pelatihan bagi Juri KM.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Peresmian Base Camp KM ini ditandai dengan mengadakan lomba burung berkicau Danyon Hubad Cup di lokasi tersebut, Minggu (26/4). Even ini sebenarnya berskala latpres, namun dikemas sebagai even lomba regional. Tiket pun terjual sekitar 700 lembar.
Danyon Hub TNI AD, Letkol Chb Ade Sofyan Ristiandy, pun ikut hadir dan membuka even ini. Bahkan dia sempat memberi pengarahan kepada tim juri dan korlap agar menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sejumlah petinggi KM Pusat juga terlihat di lapangan, seperti Ketua Umum Om Goes, Kabid Lomba dan Penjurian Om Danang Herwianto, Kabid Web & Konservasi Om Ridho Pulungan, Penasihat H Ari Suprawadi dan Bambang Rusdiyanto, serta sesepuh seperti Om Tony Music dan Om Yoyok KM.
Hasil Lomba Danyon Hubad Cup (klik di sini)
Base Camp dan Training Centre KM
Base Camp KM didirikan sebagai pusat lomba KM Pusat. Beberapa kegiatannya antara lain:
- Arena latihan berkualitas (latber), yang digelar rutin setiap hari Minggu mulai pukul 13.00.
- Arena latber khusus pleci, yang digelar rutin setiap Rabu mulai pukul 12.30.
- Arena lomba berskala regional, yang digelar rutin satu bulan sekali, hari Minggu, mulai pukul 10.00. Agenda terdekat adalah Minggu 31 Mei 2015.
- Arena lomba berskala nasional, dengan tempat yang luas dan mumpuni.
- Training Centre Juri KM. Usai lebaran akan diadakan pelatihan Juri KM Periode II. Tujuannya mendidik juri agar punya pengetahuan penjurian burung berkicau, lebih percaya diri, menguasai konsep penjurian secara umum, serta mengerti dan bisa mengaplikasikan teknik penjurian Silobur KM, baik software dan manualnya.
Penjurian Silobur KM real terbuka
Lomba Danyon Hubad Cup menggunakan teknik penjurian Silobur (Sistem Inovasi Lomba Burung) KM, yang makin disukai para kicaumania khususnya di Blok Barat, dan kini mulai menjalar pula ke Blok Timur dan Blok Tengah.
Metode penjurian Silobur yang berbasis software ini pertama kali digunakan dalam lomba burung berkicau Pemilu KM Cup di Lapangan Banteng Jakarta (Desember 2013), Wali Kota Depok Cup (Juni 2014), Kicaumania Cup VIII di Surabaya (Juni 2014), serta Duta KM Cup III di kampus Universitas Pancasila Jakarta (Februari 2015).
Ini merupakan metode voting juri, di mana ajuan yang tinggi berhak menuju ke tahap koncer. Salah satu kendalanya adalah masih ada juri yang belum percaya diri menggunakan Tablet, sehingga input dibantu Tim IT. Sebab proses input memerlukan waktu.
“Sebagai solusinya, maka teknik manual kita aplikasikan pula, di mana konsep dasar Metode Manual sama dengan Metode Sotfware,” kata Om Yogi Prayogi, pencetus metode penjurian Silobur KM.
Cara software dan manual sangat transparan dan real terbuka. Kalau menggunakan software dengan cara online yang bisa diakses seluruh kontestan, atau jika di lapangan dipasang layar monitor TV agar bisa dilihat secara live saat penjurian berlangsung.
Cara manualnya adalah menancapkan bendera vote atau bendera menok 38 secara langsung dan bersamaan setelah penilaian, sehingga para pelomba bisa melihat hasilnya secara langsung saat itu juga di lapangan.
Manfaat metode Silobur KM
- Tidak ada penambahan nilai (mentok 38) setelah penjurian rampung, baik ketika di lapangan maupun di ruangan rekap.
- Syarat menuju koncer sangat ketat. Sebab untuk menuju koncer, bendera harus full (sesuai jumlah juri).
- Jika ada bendera mentok 38 kurang satu (misal mentok 38 ada 5, atau bendera ada 5), maka korlap berhak menambah 1 bendera mentok tersebut, dengan syarat ada di catatan kedua korlap tersebut.
- Tidak ada komunikasi di antara Juri, sehingga dihasilkan calon juara yang optimal.
- Juri dan korlap tidak bisa saling mempengaruhi, sehingga tak ada istilah superior dari korlap untuk memenangkan burung tertentu.
- Juara di luar koncer secara lebih detail (karena jika ada full mentok 6 tidak juara), maka akan diproses terlebih dulu untuk ditos atau menggunakan nomor terkecil. Adapun untuk juara selanjutnya dengan jumlah nilai sama (misal mentok 5) akan diproses terlebih dahulu. Begitu seterusnya, sampai memenuhi kuota jumlah juara sesuai dengan jumlah gantangan.
Komentar mereka tentang Silobur KM
Belum lama ini, Agung Wayan Chandra menulis statusnya di FB:
“Sistem penjurian Silobur patut diacungi jempol, transparan, dan langsung eksekusi di lapangan. Menurut ane, ini sistem yang menggiring juri untuk fairplay. Salut atas inovasinya. Inilah yang sangat dibutuhkan kicaumania saat ini.
Terimakasih buat Om Yogi Prayogi selaku empunya sitem ini, yang sangat inovatif dalam memikirkan kebutuhan kicaumania Nusantara, dan secara langsung membawa juri selalu dalam fairplay line. Sekali lagi, salut …!”
Pengalaman menarik datang dari Om Sumarman Novianto, yang baru kali ini mengikuti lomba, tetapi langsung meraih juara 3. Doa menurunkan burungnya di kelas MB Ekor Hitam.
KM pelopor lomba tanpa teriak
KM merupakan pelopor lomba burung berkicau tanpa teriak. Itu dimulai tahun 2007 saat lomba kian tak terkontrol lagi. Di masa kepemimpinan Om Agus Hasan, diadakan Lomba Tanpa Teriak KM atau disingkat LTTKM, yang berlangsung sangat sukses di di Cibubur.
Ketua KM Pusat Om Goes kembali mengingatkkan agar lomba yang dikemas KM baik kali ini maupun seterusnya merupakan lomba tanpa teriak. Jadi lomba burung benar-benar menjadi penyaluran hobi semata, sehingga para kicaumania dapat menikmati lomba sambil menyalurkan hobinya.
“Even dalam rangka Soft Opening Base Camp KM juga membuktikan lomba tanpa teriak, tertib, dan para kontestan dapat menikmati kicauan burung saat berlaga. Efek tanpa teriak sangat membantu tim juri KM saat betugas, sehingga bisa fokus menilai dan menghasilkan juara yang optimal,” tambah Om Yogi.
Beberapa pengamat mengakui, lomba KM benar-benar tanpa teriak. Hal ini lantaran sikap tegas dari panitia, dan diharapkan bisa ditiru EO lainnya.
“Lomba ini (Danyon Hubad Cup) sangat indah. Kita bisa mendengar suara burung sejak awal sampai akhir, tanpa ada teriakan dari peserta lomba”, kata Om Agus, salah seorang peserta dari Depok.
Kholik, salah seorang Juri KM juga mengakui, baru kali ini bisa merasa tenang dalam bertugas menilai burung-burung uang berlomba. “Suasananya tenang, tanpa teriak, sehingga kicau burung pun dapat terdengar jelas, dan hasil penjurian menjadi lebih baik,” tuturnya.
Catatan: Semua gambar, kecuali ketiga brosur, bersumber dari kicaumania.or.id, dan sudah seizin Om Yogi Prayogi.
Hasil Lengkap Lomba Danyon Hubad Cup
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.