Komunitas Cucak Ijo Arek Suroboyo (CIAS) punya sejumlah gaco andalan, antara lain DangerLine dan Atheis. Burung yang disebut terakhir, cucak hijau Atheis, belakangan ini kerap moncer di sejumlah even besar. Terakhir, cucak hijau milik Abah Jono dan Abah Por ini moncer dalam even akbar Piala Raja di Candi Prambanan Jogja, 6 September 2015.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sejumlah cucak hijau terbaik nasional turun di Piala Raja 2015, misalnya Messi kepunyaan H Mario Andretty (Lamongan), Persebaya milik H Rizal LBB Team, Rimba Sakti besutan Mr Kurniawan (Putra Kurma Sragen), dan New Revo orbitan Ir A Afron / Wahono (Pemalang).
Kemudian ada juga cucak hijau Ferrari milik Om Rudy NRS (Luwes BC Solo), Raja Goki koleksi Om Teguh (Walet SF Tangerang), New Bilqis milik Om Simon (RKBC Pati), Vigara besutan Om Edy PLN (279 Team), dan lain-lain.
Dalam persaingan sangat ketat inilah, cucak hijau Atheis mampu menerobos 10 besar di Kelas Pariwisata A. Ini merupakan prestasi terbaik Atheis dalam even nasional.
Sebelumnya, Atheis sering moncer dalam lomba skala regional di Jawa Timur, antara lain meraih juara 4 dalam kontes Bengrah Cup I di Surabaya (26/4), juara 3 di Telaga Bahari Surabaya (7/6), juara ketiga BnR Community Surabaya (8/7), dan juara 7 dalam even Kicaumania Jatim Cup di Sidoarjjo (16/8).
Tidak berlebihan kalau cucak hijau Atheis kini menjadi salah satu amunisi terbaik CIAS, selain DangerLine milik Abah Krisna yang pernah moncer pula dalam even akbar Valentine Day di Jogja, 15 Februari 2015.
Om Pataga, ketua CIAS, merasa bersyukur atas prestasi Atheis di Piala Raja. “Kalau bicara Piala Raja, gaco-gaco yang masuk 10 besar pastinya bukan burung sembarangan. Sebab even ini diikuti burung-burung terbaik dari berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.
Perawatan cucak hijau Atheis sebenarnya relatif sederhana, baik rawatan harian maupun rawatan lomba. Om Dayat yang setia mendampingi Atheis mengatakan, burung ini setiap pagi pukul 06.00 dikeluarkan dari dalam rumah, kemudian dibawa ke teras untuk diangin-anginkan sejenak.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Sambil dianginkan, Atheis kita beri dua ekor jangkrik. Setelah itu dijemur sekitar satu jam. Habis jemur, Atheis mandi, dan diangin-anginkan lagi sambil diberi satu ekor jangkrik,” tutur Om Dayat.
Setelah dianginkan secukupnya, burung langsung dikerodong sampai sore hari. Sekitar pukul 16.00, kerodong dibuka, burung diberi lagi 3 ekor jangkrik sambil diangin-anginkan.
“Setelan lomba hampir sama seperti hariannya. Bedanya, saat di lapangan, burung kita beri jangkrik serta ulat hongkong dua ekor,” tambah Om Dayat.
Melalui perawatan sederhana inilah, cucak hijau Atheis terus menunjukkan prestasinya. Kemonceran di Piala Raja membuat Abah Jono / Abah Por makin bersemangat untuk menurunkannya lagi dalam even-even akbar di kemudian hari. (OK-2)