Masa muda bukan berarti harus dilewati dengan hura-hura atau kegiatan yang kurang bermanfaat. Itulah prinsip dua pemuda Surabaya, Om Indra Hatta (26) dan Om Andri Wicaksono (21), yang sukses beternak murai batu. Om Kicau akan mengekspose sekilas profil keduanya sebagai inspirasi bagi para kicaumania muda lainnya, baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kita mulai dari Om Indra Hatta, pemilik ring DRM BF. Semula dia aktif mengikuti lomba burung kicauan. Karena keterbatasan waktu, akhirnya dia memutuskan fokus breeding murai batu sejak tiga tahun silam.
Meski skala usahanya relatif masih kecil, dengan 4 petak kandang indukan, Om Indra sudah bisa melewati berbagai kesulitan dalam breeding murai batu. Artinya, kalau situasi-kondisi kelak memungkinkan, skala usaha pun bisa diperbesar secara bertahap secara lebih mudah.
DRM BF Surabaya memiliki dua induk murai batu jantan, dengan panjang ekor 23,5 cm dan 24 cm. Adapun induk murai betinanya sebanyak empat ekor. Om Indra menggunakan sistem poligami, sehingga menghemat penggunaan induk jantan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Saya memang lebih mengutamakan kualitas produk trotolan murai batu. Bahkan semua induk dan anakan ini saya rawat sendiri, didampingi beberapa produk Om Kicau seperti BirdMature, BirdVit, hingga BirdMineral, untuk menjaga kesehatan indukan dan trotolan,” paparnya.
Sekali panen, rata-rata bisa memperoleh 3-4 ekor anakan murai batu. Karena Om Indra juga bekerja, sehingga dia memutuskan menyerahkan perawatan anakan murai batu kepada induknya hingga berumur 27 hari. Jadi, dia tidak memanen anakan pada umur 7-10 hari, sebagaimana dilakukan sebagian besar penangkar murai batu.
“Anakan murai batu yang dirawat induknya relatif lebih sehat dan lebih kuat. Baru pada umur 28 hari, trotolan saya pindah ke sangkar harian. Selanjutnya induk betina siap berproduksi lagi” tambah Om Indra.
Harga trotolan murai batu ring DRM bervariasi, mulai dari Rp 4 juta / ekor. Untuk sementara, pemasarannya masih terbatas di lingkungan teman-teman kicaumania yang pernah berkunjung ke kandang DRM BF Surabaya.
Penangkaran murai batu AJBF milik Om Andri Wicaksono
Kesuksesan juga diraih Om Andri Wicaksono yang baru berumur 21 tahun. Dia memiliki penangkaran murai dengan ring AJBF. Om Andri merupakan salah seorang subagen produk Om Kicau di Surabaya, yang beralamat di Jalan HR Muhammad Surabaya.
Hebatnya, Om Andri mulai beternak murai batu sejak dua tahun lalu. Itu berarti umurnya baru 19 tahun, masa di mana banyak kawula remaja cenderung hidup hura-hura.
Lebih hebat lagi, sebelum beternak murai batu, Om Andri juga sukses menangkar beberapa jenis burung kicauan, mulai dari kenari, lovebird, hingga strawberry finch. Boleh dibilang, dia penangkar muda bertangan dingin.
Saat ini ada tiga pasangan induk murai batu di rumahnya. Dua pasangan sudah mulai berproduksi, sedangkan satu lagi merupakan pasangan siapan produksi.
Salah satu pasangan yang sudah berproduksi merupakan murai batu blacktail (ekor hitam). Induk jantan dan induk betina sama-sama ekor hitam. “Hampir setahun ini, pasangan murai blacktail tersebut sudah enam kali berproduksi dengan jumlah anakan rata-rata dua hingga tiga ekor,” jelas Om Andri.
Om Andri juga menerapkan sistem poligami murni pada salah satu calon indukan. Disebut poligami murni, karena di dalam kandang ternak terdapat seekor induk jantan dan lebih dari seekor induk betina.
( lihat juga Perkawinan murai batu sistem poligami murni )
Teknik poligami murni akan lebih efektif jika dibiasakan sejak usia trotolan. Namun, Om Andri punya alternatif lain, yaitu menyatukan beberapa ekor murai betina sejak burung merampungkan masa mabung yang pertama.
Dengan cara begitu, calon-calon induk betina sudah mengalami proses pengenalan terlebih dulu sehingga tidak saling serang di dalam kandang. Setelah calon-calon induk betina akur, barulah dijodohkan dengan calon induk jantan.