Om Men Shu dikenal sebagai pemain / pelomba burung kicauan dengan mengibarkan bendera Sadewo Team yang bermarkas di Condet, Jakarta Timur. Beberapa gaconya di kelas murai batu kerap moncer di lapangan, misalnya Rambo, Bento, Silet, Raja Setan, Baginda, dan lain-lain.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selain aktif dilombakan, sebagian murai jawara itu dijadikan materi induk di kandang ternaknya, Sadewo Bird Farm (BF). Meski breeding murai batu ini baru dirintisnya dua tahun lalu, produknya terbilang laris-manis di pasaran, dengan harga anakan rata-rata Rp 5 juta per ekor.
“Murai batu Silet dan Raja Setan masih saya sering saya turunkan ke lapangan. Selebihnya sudah masuk kandang breeding, dan sudah menghasilkan sejumlah anakan berkualitas,” tutur Om Men Shu.
Menurutnya, breeding murai batu tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang. Sejak menggeluti usaha ini, penangkarannya terbilang lancar, nyaris tanpa kendala. Mulai dari proses penjodohan hingga anakan disapih (dipanen) dari induknya, semua berjalan mulus.
Untuk penjodohan, Om Men Shu membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari. Ini terhitung sejak diperkenalkan hingga berjodoh. Lama proses penjodohan memang berbeda-beda antara penangkar yang satu dan yang lainnya, tergantung dari karakter induk dan lingkungan sekitarnya. Sebab ada yang membutuhkan waktu satu minggu, bahkan sampai beberapa bulan.
Seleksi calon induk betina
Kualitas indukan di Sadewo BF, terutama induk jantan, memang tak perlu diragukan lagi. Semuanya eks jawara di lapangan. Karena itu, Om Men Shu tak mau asal comot dalam memilih calon induk betina. Dia bahkan harus hunting ke berbagai daerah untuk mendapatkan murai batu betina yang unggulan.
Dalam hal ini, Om Men Shu menyeleksi calon induk betina berdasarkan beberapa syarat berikut ini:
- Calon induk betina harus cukup umur / dewasa kelamin. Murai betina yang berumur 8-9 bulan, atau setelah mabung pertama, biasanya sudah matang kelamin. Lebih baik lagi jika induk betina sudah berumur 1 tahun atau lebih sedikit.
- Calon induk betina sebaiknya dipilih yang sudah jinak, tidak terlalu agresif  / liar.
- Calon induk betina rajin bunyi, dengan naluri fighter yang tinggi. Ini bisa diamati dari perilakunya sehari-hari, di mana burung rajin bunyi alias nggacor, meski berkelamin betina.
Konstruksi kandang penangkaran murai batu
Petak-petak kandang murai batu Sadewo BF ditempatkan pada lantai dua kediaman Om Men Shu yang berada di kawasan Condet, Jakarta Timur. Setiap petak kandang memiliki ukuran panjang 2 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 2 meter.
Konstruksi kandang relatif sederhana, dengan rangka kayu. Dinding samping kiri-kanan dan belakangnya tertutup. Khusus bagian delapan dilapisi kawat ram halus, sehingga bersifat terbuka.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Fasilitas di dalam kandang antara lain pohon kecil sebagai penyejuk, bak mandi yang airnya setiap saat sering diganti, kotak sarang, serta tempat pakan dan minum.
Selain mengandalkan voer sebagai pakan utama, pasangan induk murai batu ini juga diberi extra fooding (EF) jangkrik dalam jumlah tak terbatas. Apabila induk sedang merawat anaknya, Om Men Shu memberi menu tambahan berupa cacing tanah. Porsi jangkrik juga ditingkatkan.
Sebagian anakan murai batu sengaja dirawat langsung oleh induknya hingga bisa makan sendiri. Namun, sebagian lainnya dipanen pada umur 7 hari, dibesarkan dengan cara diloloh sampai bisa makan sendiri.
“Memang ada perbedaannya. Jika dirawat sendiri oleh induknya, burung menjadi sedikit lebih giras, tapi hasilnya memang lebih bagus,” tutur Om Men Shu.
Jumlah induk murai batu di kandang ternaknya tidak banyak. Sebab dia memang mementingkan kualitas daripada kuantitas. Itu sebabnya, trotolan murai batu produksi Sadewo BF cepat lakunya.
Salah satu anakan murai batu Bento kini berumur setahun, dan sudah beberapa kali menjuarai latberan. Beberapa pemain sudah inden anakan Bento yang lainnya.
Saat ini Om Men Shu juga merambah ke penangkaran lovebird, dengan memanfaatkan lahan kosong di samping kandang murai batu. Induk yang digunakan juga eks jawara, memiliki ngekek panjang, misalnya lovebird Keong Racun. Sebagian hasilnya digunakan sebagai burung masteran.
Selain aktif berlomba serta beternak murai batu dan lovebird, Om Men Shu juga membuka kios burung di kawasan Condet, Jakarta Timur, yang sekaligus menjadi tempat kongkow para pelanggan dan relasinya. (d’one)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.