Pamor ulat kandang sebagai pakan burung kicauan mungkin masih kalah dari ulat hongkong. Itu sebabnya, banyak kicaumania yang masih asing dengan salah satu jenis extra fooding (EF) ini. Apalagi tidak semua pedagang memiliki stok ulat kandang atau kerap juga disebut ulat balap.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Padahal soal kemanfaatannya bagi burung kicauan, ulat kandang tidak kalah dari ulat hongkong. Selain menambah nutrisi, ulat kandang juga memiliki khasiat mendongkrak birahi dan stamina burung kicauan.
Salah satu cara untuk menjaga ketersediaan ulat kandang tentu saja dengan membudidayakannya. Nah, berikut ini tips budidaya ulat kandang untuk pakan burung kicauan.
Ulat kandang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama lesser mealworm. Ulat ini sebenarnya merupakan larva dari kumbang Alphitobius diaperinus dari keluarga Tenebrionidae. Ulat hongkong dan ulat jerman juga termasuk anggota keluarga Tenebrionidae.
Sepintas lalu, penampilan ulat kandang memang mirip ulat hongkong, namun ukurannya lebih kecil, warnanya lebih gelap, dan cara berjalannya lebih cepat. Ulat kandang ini sering kita jumpai di bawah kandang peternakan ayam. Itu sebabnya dia disebut ulat kandang.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Ulat kandang memang layak menjadi pakan tambahan / EF bagi burung kicauan. Kandungan proteinnya lebih tinggi daripada ulat hongkong, sedangkan kandungan lemaknya lebih rendah. Dalam berbagai jurnal ilmu peternakan yang diterbitkan di academia.edu disebutkan kandungan nutrisi ulat kandang sebagai berikut:
- Protein kasar : 48 %
- Lemak kasar : 40 %
- Kadar abu : 3 %
- Kandungan ekstrak non-nitrogen : 8 %
- Kadar air : 57 %
Manfaat ulat kandang bagi birahi burung kicauan
Ulat kandang memiliki beberapa manfaat bagi burung kicauan, antara lain untuk mendongkrak stamina dan birahi burung, terutama burung yang rutin dilombakan.
Sebagian kicaumania beranggapan, dibandingkan dengan ulat hongkong, ulat kandang justru lebih aman diberikan kepada burung kicauan, meski dalam jumlah cukup banyak.
Untuk mendongkrak birahi burung agar lebih rajin berbunyi / gacor, biasanya para kicaumania memberikan pakan ulat kandang pada pagi hari dengan porsi 1 sendok atau satu cepuk kecil. Ini boleh dilakukan secara rutin setiap hari.
Agar kemanfaatannya lebih efektif, sebaiknya ulat kandang kandang tidak diberikan sebagai satu-satunya EF. Jadi, meski sudah diberi ulat kandang, lebih baik dibarengi pula dengan pemberian pakan tambahan lain seperti jangkrik atau kroto.
Namun, tidak seperti ulat hongkong yang banyak ditemukan di pasar / kios burung, ulat kandang justru sangat sulit ditemukan. Tidak semua pedagang burung memiliki stok ulat kandang untuk dijual.
Karena itu, cara terbaik untuk menjaga ketersediaan pakan ulat kandang ini adalah membudidayakannya. Hasilnya bisa Anda gunakan sendiri. Kalau ada sisa, Anda bisa menjual ke rekan-rekan sesama penggemar burung kicauan. Bahkan, jika budidaya bisa berjalan mulus, bukan tidak mungkin ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan.
Cara budidaya ulat kandang untuk pakan burung
Sebelum memulai budidaya ulat kandang, Anda harus menyiapkan lokasi untuk menyimpan bibitnya. Penempatan bibit sebaiknya menggunakan media kotak yang terbuat dari bahan papan / triplek. Gunakan lakban untuk melapisi bagian tepi atas dan setiap sudutnya. Hal ini untuk mencegah agar ulat kandang tidak keluar dari boks tersebut.
Ukuran boks bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kotak berumuran 1 m2 bisa menampung 1 kg bibit atau induk kumbang kepik. Kalau memiliki modal yang cukup, Anda dapat membuat kandang yang terbuat dari papan / triplek yang dibuat bertumpuk-tumpuk dalam sebuah rak kayu.
Jika kotak penyimpanan selesai dibuat, selanjutnya menyiapkan media untuk pembibitan, yaitu polar gandum atau semacam dedak yang berasal dari sisa penggilingan gandum. Masukkan dedak / polar gandum ke kotak pembibitan sampai seluruh bagian dasarnya tertutup.
Sampai di sini, sebenarnya media sudah siap digunakan untuk pembibitan. Namun kalau menginginkan induk kepik bertelur dalam media terpisah, Anda bisa memanfaatkan keset yang terbuat dari serabut kelapa yang diletakkan di atasnya.
Lokasi pembibitan sebaiknya berada di dalam ruangan (indoor) atau tempat beratap, yang dapat melindungi bibit-bibit dari terik matahari maupun curahan air hujan. Selain itu, lokasinya harus aman dari gangguan hewan-hewan seperti cicak, semut, dan ayam peliharaan.
Pakan yang diberikan untuk ulat kandang sangat mudah didapatkan. Anda bisa menggunakan buah-buahan seperti pepaya yang masih keras / mentah, ubi jalar, bengkoang, dan lain-lain. Yang terpenting, pakan yang diberikan tidak terlalu basah alias tidak terlalu mengandung banyak air, karena bisa mengotori tempat pembibitannya.
Beberapa hari sekali, induk akan bertelur sepanjang hidupnya. Jumlah telur bisa mencapai 200-400 butir. Sekitar satu minggu kemudian, telur akan menetas menjadi larva yang kita kenal dengan ulat kandang. Pada saat ini, kepik induk dan ulat kandang bisa dipisahkan dengan menggunakan ayakan.
Setelah berumur 40 – 100 hari, atau setelah mencapai kematangan yang tergantung kondisi dan pasokan pakannya, larva atau ulat kandang bisa dipanen untuk dimanfaatkan sendiri atau dijual ke pasaran.
Sisa larva ini bisa disimpan di tempat lembab untuk membuatnya menjadi kepompong. Beberapa waktu kemudian, kepompong akan berubah menjadi kumbang induk, yang dapat menjadi “mesin produksi” untuk menghasilkan ulat kandang secara terus-menerus.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.