Sebenarnya sudah ada beberapa penangkar / breeder murai batu di Indonesia yang menerapkan sistem poligami murni, di mana seekor jantan dicampur dengan beberapa ekor betina dalam satu kandang. Tapi tak ada salahnya kita belajar dari pengalaman masing-masing penangkar. Setidaknya makin banyak juga referensi yang Anda miliki.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Berikut ini referensi mengenai penangkaran murai batu yang menerapkan sistem poligami murni:
- Poligami murni dalam penangkaran murai batu
- Inovasi breeding Raja Kudus BF: Kandang minimalis produktif dan poligami asli
Untuk poligami tidak murni, di mana seekor induk jantan secara bergiliran dimasukkan ke kandang murai betina (atau sistem kawin cabut), Anda bisa melihat arsipnya dalam tautan di bawah ini:
Kali ini, Om Kicau ingin mengekspose penangkaran murai batu Dome Bird Farm (BF)Â di kawasan Parung, Bogor. Penangkaran ini milik Om Hermanto, atau akrab disapa Om Dome.
Sudah delapan tahun dia menangkar murai batu. Jumlah kandang ternaknya memang tak banyak, hanya tujuh petak. Yang menarik, beberapa kandang tak hanya berisi sepasang induk murai batu. Sebab Dome BG menerapkan model poligami murni, di mana satu kandang berisi seekor induk murai batu jantan dan dua ekor betina.
Cara ini bisa meningkatkan produktivitas induk dalam menghasilkan anakan dalam jumlah lebih banyak daripada model monogami. “Dulu, materi induk berasal dari beberapa peternak yang sudah saya kenal. Jadi silsilah induknya sangat jelas,” tutur Om Dome.
Namun setelah berkembang biak, Dome BF kini menggunakan materi indukan sendiri, hasil pembesaran anakan-anakan hasil penangkarannya. Beberapa induk juga pernah menjuarai lomba, misalnya Meteor dan Pak Tua.
“Murai batu Meteor itu hasil breeding sendiri. Setelah moncer di lapangan, kita jadikan materi indukan. Sebagian besar induk betina juga hasil ternak sendiri,” tambahnya.
Konstruksi dan ukuran kandang
Petak-petak kandang itu dibangun di belakang rumahnya. Setiap petak kandang berukuran panjang 2 m, lebar 1 m, dan tinggi 2,5 m.
Dinding belakang serta samping kiri-kanan terbuat dari batako. Adapun bagian depannya menggunakan kawat halus (ram), sehingga berkesan agak terbuka. Bagian atas juga dibiarkan terbuka, ditutup kawat strimin.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kandang berlantai tanah namun dilapisi pasir. Di dalamnya ditempatkan pepohonan kecil untuk menjaga kesejukan. Disediakan pula bak mandi yang airnya secara berkala diganti air bersih. Ada 2-3 kotak sarang yang ditempatkan pada dinding bagian atas.
Kebutuhan pakan untuk indukan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pakan utama berupa voer dan pakan tambahan / extra fooding (EF) berupa jangkrik, ulat hongkong, dan telur ayam rebus.
Jangkrik diberikan secara tidak terbatas (ad libitum), alias sekenyangnya, yang dimasukkan ke dalam bak tersendiri. Bahkan selama dalam proses penjodohan hingga sebelum bertelur, indukan murai batu diberi pula ulat hongkong.
“Tujuannya untuk meningkatkan birahi induk jantan dan betina. Saya tidak menggunakan kroto. Sebagai penggantinya, saya berikan telur ayam rebus yang sudah dihaluskan,” jelas Om Dome. (d’one)
Cara Om Dome menerapkan poligami murni (lihat di sini)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.