Bagi sebagian bos besar, meraih juara dalam even besar bukanlah hal yang terlalu sulit. Tinggal beli burung yang sudah jadi dan sering juara, maka tercapailah ambisi itu. Bahkan, jika perlu, boyong juga perawatnya. Burung tak perlu dibawa ke rumah bos besar. Kapan mau dilombakan, tinggal kontak si perawat untuk membawanya ke lapangan.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Hal berbeda dilakukan oleh Om Cahyo “Matrix” Thamrin dari Arema Malang. Minggu (28/2) lalu, dia meminta dua perawatnya berangkat mengikuti lomba burung berkicau KLI Paris van Java (PVJ) 2 di Pusat Pendidikan Infantri Satdik Susjur Brata, Jalan Gatot Subroto Cimahi, Minggu (28/2).

Yang dibawa ke Bandung adalah anis merah Proklamator, burung yang sama sekali belum pernah dilombakan. Tentu saja tak ada yang mengunggulkannya. Bagaimana penampilan sebelumnya, juga belum pernah ada yang tahu.

Bahkan kedua perawat itu belum begitu tahu bagaimana penampilan sesungguhnya Proklamator di lapangan, karena selama ini baru melihatnya teler ketika tidak ada banyak lawan.

Om Cahyo Matrix (kanan) bersama H Sigit WMP.

Tetapi siapa sangka, penampilan Proklamator di KLI PVJ 2 justru sangat mewah. Materinya lengkap, gaya telernya ndlosor dari sisi pangkringan sampai ke sisi pangkringan lainnya. Tak heran jika setelah penampilannya pada sesi pertama, langsung ada merahmania Bandung yang membuka penawaran Rp 250 juta.

Waktu itu, Proklamator memang tidak juara. Para peserta dan penonton sempat mengira bakal jadi juara. Tetapi saat juri mulai memantau akhir, burung malah mletik. “Yah, memang belum rejekinya,” kata sang perawat.

Tapi pada penampilan berikutnya, di kelas utama KLI PVJ, Proklamator justru tampil makin oke. Dari awal, dan menjelang berakhir penilaian, aksinya malah makin menjadi-jadi. Koncer A pun menancap mantap di bawah gantangannya. Proklamator berhak mendapat hadiah utama Rp 9 juta.

Ini merupakan kado terindah bagi sang pemilik, Om Cahyo Matrix, yang pada hari Minggu (28/2) juga merayakan ulangtahunnya. Nah, muncul penawaran kedua dari penggila anis merah lainnya. Dia pun membuka penawaran hampir dua kali lipat dari penawaran pertama, yakni Rp 400 juta!

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Namun penawaran kedua pun belum membuat Om Cahyo kepincut. “Tentu saya senang, anis merah saya bisa menjuarai kelas utama, di Bandung lagi, tepat pada hari kelahiran saya. Ya, bisa dibilang ini hadiah ulangtahun yang sangat manis,” kata Om Cahyo yang saat itu sedang berlibur bersama istri di Singapura.

Om Cahyo Matrix bersama istri dan lovebird Dewi Sri.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Dia punya alasan menamping pinangan yang menggiurkan. Khusus anis merah, dia mohon maaf tak mau menjualnya. “Saya ingin ini jadi ikon Matrix.  Apalagi saya belinya dari teman di Jogja saat masih trotol. Saya piara burung ini sampai tiga kali lepas mabung. Ini benar-benar tampil perdana,” ungkap Om Cahyo.

Burung ini diberi nama Proklamator, karena dia ingin membantu melestarikan burung asli Indonesia. Anis merah layak dijaga dan dilestarikan, bukan malah ramai-ramai mengembangkan burung impor.

Kemenangan AM Proklamator merupakan kemenangan murni, apa adanya. Memang, saat ini banyak burung yang meraih juara setelah pemiliknya memberikan segepok uang kepada oknum juri. Modus yang dilakukan adalah mentransfer di depan, ada juga yang berjanji memberi semua maupun separo hadiah untuk juri, atau sekadar salam tempel tanda terimakasih selepas lomba. “Saya tegaskan, saya tak mau hal-hal seperti itu,” tandas Om Cahyo melalui pesan WA.

Kemenangan AM Proklamator di Bandung juga punya kebanggaan tersendiri. Pasalnya, jenis burung ini termasuk primadona dalam berbagai kontes di Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat. Berbeda dari daerah lain di mana kelas anis merah sempat mati suri, meski belakangan mulai bangkit kembali, termasuk di Blok Tengah.

“Dalam KLI PVJ, panitia membuka empat kelas anis merah dan semuanya full (70) gantangan. Artinya jadi pemenang di sini sangat membanggakan. Kalau burung memang tidak betul-betul istimewa, dan penampilannya tidak terlalu menonjol daripada lawan-lawan lainnya, tentu sangat sulit bisa meraih juara pertama,” tandas Om Cahyo.

Kini dia sedang menyiapkan Proklamator untuk mengikuti even nasional Soeharto Cup di Jogja, yang akan berlangsung tanggal 27 Maret 2016. (Waca)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.