Banyak kisah menarik, unik, terkadang malah pilu, yang terjadi sebelum seekor burung sukses menjuarai lomba. Hal serupa juga dialami lovebird Fretty orbitan Om Barnas, kicaumania pendatang baru dari Pulo Mangga, Meruyung, Depok.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Lovebird Fretty saat ini sedang jadi buah bibir di kalangan lovebird lovers baik di Jabodetabek maupun di daerah lain. Gaco ini makin sering menjuarai lomba.
Fretty pernah meraih kemenangan hattrick di Polo Homme Cup (21/2), bahkan quattrick di Piala Brother SF (6/3). Kedua even akbar itu berlangsung di tempat yang sama: Lapangan Banteng Jakarta.
Selain stabil di lapangan, lovebird Fretty juga mempunyai kualitas luar biasa, baik volume, gaya, maupun durasi kerja. Sudah banyak kicaumania yang berminat meminangnya dengan mahar menggiurkan.
Tawaran tak hanya disodorkan di lapangan, tetapi juga lewat telepon, bahkan ada beberapa kicaumania yang datang langsung ke rumahnya.“Sudah ada yang memberi penawaran, mulai dari 350 juta, 500 juta, dan terakhir di Lapangan Banteng dinaikkan jadi 600 juta,” kata Om Barnas.
Namun, untuk saat ini, Om Barnas memang belum ingin melepasnya. Padahal, Fretty pernah coba dijual, dengan cara dititipkan kepada temannya yang memiliki kios burung di Depok. Ternyata, setelah dipajang cukup lama, tak ada calon pembeli yang tertarik.
Sebagai pemain, Om Barnas bisa dibilang pendatang baru, meski hobi burung kicauan sudah ditekuninya cukup lama. Dia bahkan pernah mencoba menangkar lovebird, sampai menghasilkan dua ekor anakan, yaitu Fretty dan adiknya. LB Fretty dirawat sendiri oleh Om Barnas, sedangkan adiknya diberikan kepada salah seorang familinya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Karena kesibukannya dalam usaha budidaya jamur tiram, Om Barnas akhirnya tak memiliki waktu untuk mengurus Fretty. “Saya simpan di gudang jamur. Burung sampai tak terurus. Makan dan minumnya pun terkadang nggak sempat terisi, karena saya sering lupa,” kenangnya.
Hal itu berlangsung sampai Fretty berumur dua tahun. Akhirnya, daripada tidak terurus, Om Barnas lalu menitipkan Fretty kepada rekannya yang memiliki kios burung di kawasan Depok. Harapan agar burung cepat laku terjual.
“Syukur-syukur bisa laku sejuta rupiah. Sempat ada yang nawar, tetapi hanya dihargai 900 ribu. Akhirnya transaksi pun batal,” ujarnya.
Burung kembali dipajang di kios. Namun tak ada lagi yang meliriknya. Om Barnas akhirnya mengambil kembali Fretty, dan mencarikan pasangannya. “Daripada di kios nggak laku-laku, lebih baik saya ternak. Siapa tahu bisa produksi,” kata dia.
Fretty yang berjenis kelamin jantan akhirnya bisa berjodoh. Pasangannya sempat bertelur, namun hanya satu butir saja yang menetas, bahkan tak lama kemudian mati. Â Pasangan Fretty kembali bertelur, tapi tak ada yang menetas.
Karena selalu gagal, pasangan ini akhirnya dipisahkan. Sejak itu terjadi perubahan pada diri Fretty. Dulu dia hanya narik ngekek sedang-sedang saja. Setelah berjodoh, meski akhirnya berpisah, burung rajin bunyi terus-menerus, bahkan ngekeknya menjadi sangat panjang.
Om Barnas iseng-iseng menurunkannya dalam latberan di JP Enterprise Depok. Tak disangka, aksi Fretty justru jadi tontonan. Burung narik ngekek panjang dengan gaya nyeklek, goyang kepala kiri-kanan sambil duduk anteng di tengah tangkringan, tanpa bergeser. Belasan kali narik dengan durasi panjang.
Para penonton dan juri pun berdecak kagum, termasuk Om Jhonpur selalu owner JP Enterprise. Lovebird Fretty langsung meraih juara pertama. Fretty turun lagi di sesi berikutnya, dan kembali meraih juara 1.
Saat itu sudah mulai banyak yang melirik Fretty. Om Barnas bahkan buka harga Rp 10 juta. Namun harga itu dianggap terlalu tinggi, sehingga tak pernah terjadi deal dengan calon pembeli.
Keesokan harinya Om Barnas kembali menurunkan Fretty dalam latberan di lokasi lain, yaitu Kayu Manis Enterprise atau Lapangan Raka di kawasan Pondok Cabe. Penampilannya makin ngedan, bahkan berhasil mencetak hattrick. Sejak itu, hampir setiap dua hari sekali, Fretty mengikuti latber / latpres, dan selalu menjadi juara pertama.
Problem pun muncul, mirip dengan yang dialami lovebird Kusumo. Karena hampir sering juara 1, bahkan bisa menjuarai dua sampai tiga kelas, ada beberapa event organizer (EO) yang meminta Om Barnas agar tak menurunkan Fretty. Kalau yang menang Fretty terus, dikhawatirkan kelas lovebird senyap peserta.
“Ada juga panita penyelenggara yang sengaja mengundang Fretty, tapi hanya boleh tampil satu kali saja. Tujuannya agar lovebird lain berkesempatan menang,” tambah Om Barnas.
Nasib Fretty yang tak dilirik di kios burung, dan pernah ditolak sejumlah EO, membuat Om Barnas makin menyayangi jagoannya itu. Bahkan sang ibu meminta dia untuk tidak menjual Fretty.
“Ya, ibu memang melarang saya untuk menjualnya. Bukan berarti saya banyak uang , sehingga menolak pinangan dengan nilai uang sebesar itu. Tetapi rasa sayang ini yang membuat kami enggan melepasnya,” tandasnya.
Perjalanan nasib LB Fretty berujung happy ending. Burung ini makin kerap memberi hadiah uang kepada majikannya. Even-even besar pun sukses dimenanginya, bahkan bisa mencetak hattrick dan quattrick. (d’one)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
pa kabar om duto, lama ga ber komunikasi,,