Meski tidak memiliki naluri sebagai burung petarung sebagaimana kacer dan murai batu, cucak hijau cukup popular sebagai burung lomba. Kepandaiannya dalam meniru beragam suara juga membuat cucak hijau menjadi salah satu burung kicauan favorit di Indonesia.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Berbeda dari jenis burung petarung (fighter) seperti ciblek, kacer, dan murai batu, cucak hijau lebih dikenal sebagai burung semi fighter. Menurut beberapa pengorbit cucak hijau, karakter semi fighter itu pun muncul akibat setelan / settingan pakan tertentu untuk mendongkrak birahinya agar berada dalam level proporsional: tidak kurang, tidak juga over birahi / OB.
Kalau setelan pakan tepat, cucak hijau bakal membongkar semua isiannya, termasuk menampilkan gaya ngejambul atau ngentrok yang aduhai. Itulah salah satu faktor yang membuat kelas cucak hijau selalu ramai dalam setiap even, baik latber, latpres, maupun lomba.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Salah satu keluhan yang paling mengemuka adalah perilaku didis yang ditampilkan cucak hijau tatkala dilombakan. Didis adalah perilaku di mana cucak hijau sering menarik-narik bulunya atau merapikan / nyisir bulu-bulunya, atau terkadang menggaruk-garuk bulunya.
Perilaku didis pada cucak hijau saat santai di rumah mungkin tak terlalu menjadi persoalan. Bahkan hal ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa terjadi pada burung-burung dari keluarga cica daun (Chloropsidae) seperti cucak hijau, cucak rante, dan cucak biru. Namun jika perilaku didis muncul saat berlomba, tentu akan mengurangi penilaian.
( lihat juga Beberapa kriteria dalam penilaian lomba di kelas cucak hijau )
Ada beberapa penyebab mengapa burung cucak hijau sering menampilkan perilaku didis, antara lain:
- Durasi penjemuran kurang, sehingga burung kurang mendapat sinar matahari, terutama pada pagi hari.
- Burung jarang mandi / dimandikan secara teratur.
- Pemberian pakan tambahan / extra fooding (EF) yang tidak sesuai.
- Pemilik / perawat kurang menjaga kebersihan sangkar dan tenggerannya.
- Burung terlalu sering dikerodong.
- Burung terinfeksi kutu atau tungau bulu.
- Burung memiliki kulit yang terlalu kering atau nyisik.
- Ada beberapa bulu cucak hijau yang sudah rusak.
- Burung kekurangan mineral.
Untuk mengatasi burung cucak hijau yang sering didis, baik ketika sendirian atau di lapangan, maka tindakan untuk mengatasinya antara lain sebagai berikut:
- Memandikan burung dengan air rebusan daun sirih, atau bisa juga dicampur dengan garam.
- Memandikan burung dengan desinfektan khusus seperti FreshAves.
- Membersihkan total sangkar dan tenggerannya dengan menggunakan desinfektan FreshAves.
- Rutin memberikan penjemuran, terutama pada pagi hari, untuk mendapatkan cahaya matahari yang baik untuk kesehatan kulit dan bulunya. Penjemurannya bisa dilakukan selama 15 – 30 menit.
- Berikan multimineral seperti BirdMineral secara berkala (misalnya 2 kali seminggu) untuk memenuhi kebutuhan berbagai jenis mineral guna mencegah didis.
Selain melakukan penanganan seperti disebutkan di atas, perawatan yang teratur dan selalu menjaga kebersihan sangkar, tenggeran, dan pakan juga bisa membantu mencegah cucak hijau sering berperilaku didis. Dengan begitu, burung bisa tampil lebih maksimal ketika dilombakan.
Semoga bermanfaat.