Rekam jejak lovebird Awe We andalan Om Indra Andong (Pesut SF Samarinda) kian menghebohkan. Burung ini terus-menerus mencetak prestasi yang sensasional, dengan mencetak hattrick, quattrick, quintrick, bahkan pentatrick dalam berbagai kontes besar.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dalam Presiden Cup IV di Jakarta, Minggu (2/10), Awe We berhasil mencetak quintrik alias lima kali juara 1, dan sekali runner-up. Sebelumnya, dalam even kolosal Piala Raja 2016 di Candi Prambanan, Jogja (4/9), lovebird Awe We juga meraih lima kali juara 1, serta juara 2, 4, dan 5.
Banyak lovebird mania yang menilai Awe We layak menyandang predikat sebagai penerus generasi Kusumo: lovebird pertama di Indonesia yang memiliki prestasi fenomenal.
Lovebird Awe We yang berwarna lutino dengan mata hitam memang terlihat eksotis. Tak hanya itu, suaranya yang panjang dan rajin bunyi inilah yang menjadi kunci utama sehingga dia kerap mencetak prestasi fenomenal seperti lovebird Kusumo.
Warna dan kualitas suara Awe We memang menjadi nilai plus tersendiri. Sebab jarang sekali lovebird lutino dan albino yang memiliki basic suara panjang dan bisa tampil sangat menonjol di lapangan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dalam tulisan terdahulu (silakan lihat Kisah unik lovebird Awe We), omkicau.com telah menjelaskan proses take-over burung ini dari Om Jirink (KLI Makassar) ke Om Indra Andong. Ya, Awe We dipinang Om Indra dengan mahar Rp 60 juta.
Namun tahukah Anda, dari mana asal-mula lovebird Awe We? Siapa “pencetak” lovebird Awe We? Jawabannya adalah duet kakak-beradik Om Ipung dan Om Wawan, penangkar lovebird AWK-IP Bird Farm.
Meski demikian, kakak-beradik itu tinggal di kota berbeda. Om Ipung merupakan PNS di Pati, tinggal di Jalan Syeh Jangkung, Kelurahan Pati Kidul, Kecamatan / Kabupaten Pati. Om Wawan bekerja sebagai pegawai swasta di Klaten, namun mukim di Dusun Kebonagung, Kelurahan Sine, Kecamatan / Kabupaten Sragen.
Om Ipung mengakui kalau AWK-IP Bird Farm hanyalah penangkaran lovebird skala rumahan. Sebab breeding lovebird ini hanya dijadikan usaha sampingan, sekaligus menyalurkan hobi, mengingat Om Ipung dan Om Wawan memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta.
Materi induknya pun merupakan lovebird lokal, bukan diimpor langsung dari Eropa maupun Taiwan. Tetapi dengan ketekunan tingkat tinggi dan selalu mau belajar, keduanya mampu mencetak lovebird trah ngekek panjang.
Ini bisa menjadi inspirasi bahwa karya anak negeri tak kalah dari produk impor. “Sudah lima tahun ini kami beternak lovebird. Awalnya memang sekadar menyalurkan hobi,” ungkap Om Ipung.
Banyak suka dan duka yang dilewatinya. Keduanya juga tak segan-segan belajar dari para penangkar lainnya, saling tukar pengalaman untuk mendapatkan hasil maksimal. Kini Om Ipung dan Om Wawan telah memanen hasil dari jerih payahnya selama ini.
Asal-mula lovebird Awe We
Bagaimana AWK-IP Bird Farm “mencetak” lovebird Awe We? Semua ini bermula dari rasa penasaran Om Ipung dan Om Wawan terhadap kontroversi perkawinan sedarah (inbreeding).
Banyak peternak (tak hanya burung, tapi juga komoditas ternak lainnya seperti ayam, sapi, kambing, dll) yang antipati terhadap perkawinan sedarah. Sebab anakan yang dihasilkan (F1) umumnya bakal bermasalah, misalnya cacat atau bahkan mati muda.
Inbreeding hanya dianjurkan apabila peternak memiliki pemahaman mengenai ilmu genetika. Itupun tidak boleh langsung berharap pada F1, namun harus dikombinasikan dengan metode back-crossing, di mana F1 nantinya dikawinkan dengan salah satu induknya (misalnya A), kemudian F2 dikawinkan lagi dengan A, F3 dikawinkan dengan A, dan seterusnya.
Tujuannya adalah menciptakan galur murni, sehingga akan terkumpul sifat-sifat genetis yang bagus-bagus saja, sebab anakan yang genetiknya jelek-jelek akan langsung disingkirkan. Metode inbreeding inilah yang diterapkan para peternak perkutut di Thailand, sehingga perkutut bangkok kerap menjadi juara dalam konkurs di Indonesia.
Kalau kita berharap langsung anakan dari perkawinan sedarah, maka sebagian besar anakannya akan mengumpulkan sifat-sifat genetis yang jelek. Meski demikian, terkadang ada 1-2 anakan yang bagus.
Nah, dari sinilah Awe We dihasilkan. Coba lihat gambar di bawah ini. Burung di sebelah kanan adalah bapak Awe We: warna hijau standar, kepala hitam. Sebelah kiri adalah ibu Awe We: warna clear pied BS, atau spangel.
Kedua induk Awe We ini merupakan kakak-adik. Yang jantan merupakan tetasan periode pertama, sedangkan betina adalah tetasan periode kedua. Artinya, bapak dan ibu Awe We adalah kakak-adik, tetapi bukan saudara satu sarang.
Bapak dan ibu Awe We merupakan anakan hasil persilangan lovebird betina albino mata merah dan lovebird jantan warna hijau spangel (clear pied green series). Kakek-nenek Awe We memang punya basic suara yang panjang, yang kemudian terbukti menurun pada anak-anak dan cucu-cucunya.
Perkawinan sedarah ini dilakukan pada awal tahun 2013. Anakan yang dihasilkan rata-rata memiliki warna lutino, termasuk Awe We (lutino mata hitam) yang merupakan anakan generasi pertama.
Saat berumur 2,5 bulan, lovebird Awe We dibeli seorang kicaumania Makassar. Namun tak diketahui secara jelas, apakah itu Om Jirink atau Om Jirink membelinya dari kicaumania Makassar tersebut.
Yang pasti, di tangan Om Jirink, lovebird Awe We kerap menjuarai even di Makassar dan sekitarnya, antara lain double winner di Luwu Raya Cup Palopo (29/11/2015), serta juara 1 dan 3 dalam gelaran Sultan Hasanuddin Cup di Makassar (20/12/2015). Setelah itu, burung ditake-over Om Indra Andong dengan mahar Rp 60 juta.
“Tentu saja kita tidak bisa hanya mengandalkan kualitas genetik saja. Perawatan harian dan setingan yang tepat di lapangan juga menjadi kunci penting mau dan tidaknya burung tampil maksimal,” ujar Om Ipung.
Breeding lovebird kini dikelola Om Wawan di Sragen
Saat ini, kandang ternak lovebird diurus Om Wawan di Sragen. Om Ipung lebih fokus di penangkaran murai batu. “Baru ada empat pasangan induk murai batu, dan sudah tiga periode menetas,” tambah Om Ipung lagi.
Adapun jumlah induk lovebird yang dikelola Om Wawan lumayan banyak, bahkan 35 pasangan telah berproduksi. Meski terpisah jarak, kakak-beradik in selalu rajin menjalin komunikasi.
“Sejak remaja, kami memang suka memelihara burung dan sudah mencoba beternak berbagai jenis burung. Saya merasa tertantang, sebab tingkat kesulitan beternak burung berbeda-beda, tergantung jenisnya. Saya sering utak-atik dan tak malu bertanya pada teman yang lebih berpengalaman,” tutur Om Ipung.
Dalam beternak lovebird, Om Wawan berusaha menjaga keseimbangan kualitas burung indukan dan kualitas burung yang mau dijual. Kalau hanya fokus pada kualitas burung yang dijual, suatu saat sang penangkar akan kehabisan materi indukan yang berkualitas. Namun kualitas produk juga tidak boleh dilupakan.
“Intinya, seorang penangkar lovebird harus jeli dan selektif. Jangan semua anakan yang berkualitas kita jual, harus tetap disisakan untuk stok indukan,” pesan Om Wawan.
Om Wawan menambahkan, lovebird Awe We sudah memiliki puluhan adik. Beberapa di antaranya telah dibeli lovebird mania dari berbagai kota seperti Bandung dan Surabaya. Beberapa anakan dari trah lain juga dibeli para kicaumania di Jawa maupun luar Jawa.
Kalau mau menunggu anakan dari trah indukan Awe We, Anda mesti sabar menunggu. Sebab daftar pemesan lumayan banyak, bahkan ada yang menitipkan uang muka sebagai tanda jadi.
Om Wawan biasanya baru melepas anakan-anakan lovebird apabila sudah berumur 2,5 bulan, sebab harus menjalani aneka pelatihan dan pemasteran agar moncer di lapangan.
“Senang rasanya jika lovebird hasil ternak AWK-IP Bird Farm bisa moncer di lapangan. Sangat bangga jika produk kami mampu menunjukkan prestasi terbaik di arena lomba,” tambah Om Wawan. (v1rgoboy)
Artikel terkait :
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.