Sejumlah members Komunitas Branjangan Jogjakarta (KBJ) mengadakan kopi darat (kopdar) bareng di Gantangan Modalan, Dukuh Modalan, Desa / Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Sabtu (11/3). Selain menjadi ajang silaturahmi, kopdar juga menjadi tempat bertukar ilmu dan pengalaman mengenai perawatan branjangan, serta gathering beberapa burung rawatan masing-masing.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Para personel Komunitas Branjangan Jogjakarta (KBJ) kumpul bareng dalam kopdar di Gantangan Modalan, Banguntapan, Bantul, Sabtu (11/3).

Menurut Om Sutikno, salah seorang penggerak kopdar, jumlah penggemar burung branjangan atau kerap disebut branjes terus meningkat. Fenomena ini tidak hanya dijumpai di seputaran Jogja, tetapi juga di daerah lain.

Karena itu, dia berharap agar setiap event organizer (EO) lomba burung lebih sering membuka kelas branjangan, khususnya di wilayah DIY. Meski bukan anggota KBJ, Om Sutikno acapkali menjembatani kepentingan para branjes dan EO di DIY.

Om Sutikno (kanan) bersama Om Putut selaku tuan rumah Kopdar KBJ.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Kopdar KBJ menjadi salah satu agenda rutin seminggu sekali. “Acara ini tidak dipungut biaya. Bahkan sebagai bentuk apresiasi, kami menyediakan doorprize,” tuturnya.

Menurut Om Koko, salah seorang anggota KBJ, branjangan memiliki keunikan tersendiri yang jarang dijumpai pada burung kicauan lainnya. Misalnya, gaya hovering atau terbang secara vertikal sembari berkicau.

Om Koko, salah seorang anggota KBJ

Di alam liar, gaya hovering kerap ditampilkan burung branjangan jantan saat hendak merayu burung betina yang mau di kawininya. Branjangan yang berada dalam sangkar pun kerap menunjukkan gaya serupa, termasuk saat berlaga di lapangan.

Seekor branjangan bersiap melakukan hovering.

Lihat juga Memahami karakter hovering pada burung branjangan

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

“Branjangan itu burung yang unik. Dia bukan hanya burung rumahan, tetapi juga sangat layak untuk dilombakan, dengan gaya yang atraktif. Selain itu, branjangan juga dapat dilatih untuk meniru aneka suara burung lainnya, sekaligus bisa dijadikan burung masteran,” jelas Om Koko.

Karena berbagai keunggulan dan keunikannya itulah, branjangan yang sudah gacor mempunyai nilai jual cukup tinggi. Om Koko memiliki branjangan jawara bernama Rubicon yang dibelinya seharga Rp 10 juta. Adapun anakan branjangan berkualitas dibanderol minimal Rp 3,5 juta per ekor.

Perawatan burung branjangan juga tak terlalu merepotkan. Burung ini menyukai kroto, jangkrik, dan ulat hongkong. Burung ini senang mandi debu, sehingga para pemilik branjangan kerap menyediakan remukan batu bata dalam sangkarnya, sebagai media mandi debu.

Branjangan mandi debu menggunakan media remukan batu bata.

Senada dengan Om Sutikno, Om Koko juga melihat peningkatan jumlah branjes di berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya, hal ini kurang direspon sejumlah EO lomba burung yang belum mau membuka kelas branjangan.

EO tidak perlu khawatir kelas branjangan sepi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan sejumlah komunitas branjangan di sekitarnya. Misalnya lomba digelar di Bantul, EO bisa minta dukungan dari berbagai komunitas branjes di seputaran Jogja, termasuk Klaten, Solo, Muntilan, Magelang, dan sebagainya. (Galuh Candra)

Gathering branjangan untuk menguji hasil perawatan masing-masing anggota KBJ.
Kopdar KBJ sekaligus menjadi ajang bertukar ilmu dan pengalaman dalam merawat burung branjangan.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.