Sebagian besar peternak / breeder burung kicauan maupun burung kelangenan (perkutut, derkuku, puter, merpati) di Indonesia masih mengandalkan pengeraman telur kepada induknya, bukan melalui alat bantu yang disebut mesin tetas / mesin penetas alias inkubator. Ini berbeda dari para peternak ayam buras, itik, maupun puyuh yang terbiasa menggunakan peranti tersebut

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Membuat mein / alat tetas sederhana untuk menetaskan telur burung dalam kondisi darurat.

Banyak faktor penyebab mengapa jarang sekali penangkar burung yang mau menggunakan mesin tetas. Misalnya, jumlah induk yang terbatas, sehingga jumlah telur yang dihasilkan juga terbatas, dengan waktu peneluran yang tak selalu sama.

Penyebab lainnya adalah kekhawatiran peternak bahwa kualitas anakan hasil penetasan via mesin tetas tak sebaik jika dierami sendiri oleh induknya. Hal ini bisa dianalogikan dengan anggapan mereka mengenai perbedaan kualitas anakan burung yang disapih pada umur 1 minggu dan anakan burung yang selama dua bulan pertama dirawat oleh induknya.

Okelah jika para penangkar punya kekhawatiran seperti itu. Tetapi inkubator, kendati hanya berupa mesin tetas sederhana, tetap perlu dimiliki setiap penangkar burung, terutama ketika menghadapi situas dan kondisi gawat-darurat.

Misalnya, Anda punya pasangan induk yang salah satu atau keduanya merupakan trah unggulan, baik eks jawara di lapangan maupun keturunan pertama / filial pertama (F1) dari burung jawara tersebut. Tetapi induk betinanya tak mau mengerami telur-telur yang dihasilkannya, bahkan membuang telur-telur tersebut. Induk jantan juga acapkali membuang telur-telur yang dihasilkan pasangannya.

Ya, eman-eman sekali kalau embrio-embrio dari pasangan induk berkualitas itu harus terbuang sia-sia. Anda bakal kehilangan potensi burung-burung berkualitas. Kalau perilaku induk yang sering buang telur atau ogah mengerami telurnya tak bisa diatasi, maka kehadiran mesin tetas menjadi sangat penting untuk meneruskan trah jawara ini.

Kalau sepakat dengan omkicau.com mengenai pentingnya memiliki mesin tetas, meski hanya sederhana, maka Anda dapat membelinya di toko-toko unggas / poultry shop. Sayangnya, mesin tetas yang ada biasanya tak spesifik untuk telur-telur burung kicauan. Ukurannya terlalu besar untuk menetaskan beberapa butir telur burung.

Jadi? Ya, bikin saja sendiri dari bahan-bahan yang ada di sekitar rumah kita. Berikut ini beberapa kreasi mesin tetas sederhana untuk telur burung.

Beberapa benda yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan mesin tetas ini antara lain sarang / gelodok lovebird, triplek, boks stereofoam, kotak sepatu, bahkan sepatu bekas. Anda juga bisa menggunakan mesin penghangat popok / tisu bayi sebagai media untuk menetaskan telur burung.

Salah satu kreasi mesin tetas sederhana dari boks stereofoam.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sebaiknya Anda perlu mengetahui dulu beberapa persyaratan yang dibutuhkan dalam penetasan telur tersebut:

  1. Suhu penetasan berada dalam kisaran 35 – 38 °C.
  2. Kelembaban ideal 60 – 75%.
  3. Mesin tetas diletakkan pada tempat yang aman dan jauh dari jangkauan binatang pengganggu maupun anak-anak.
  4. Setiap 2-3 hari sekali dilakukan pemutaran telur secara manual.
  5. Hindari mematikan lampu penghangat untuk jangka waktu lama.

1. Membuat mesin tetas dari kotak sepatu

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

  • Siapkan kotak sepatu, lalu tuangkan beras di dasar kotak secara merata dengan kedalaman 1 cm. Setelah itu, masukkan serbuk gergaji ke dalamnya.
  • Selanjutnya, masukkan telur satu-persatu (bisa juga dimasukkan bersama sarangnya).
  • Siapkan lampu duduk / lampu baca yang berisi bohlam berdaya 5 Watt. Posisi lampu mengarah ke bawah atau pada kotak telur tersebut.
  • Masukkan mangkuk kecil berisi air untuk menjaga kelembabannya.

2. Membuat mesin tetas dari gelodok / sarang lovebird

Jika telur yang ditinggalkan indukan lovebird masih berada di dalam gelodok, Anda bisa melakukan penetasan telur dengan cara-cara sebagai berikut:

  • Masukkan wadah berisi air untuk mengatur kelembaban di dalam sarangnya.
  • Buka bagian atas / atap gelodok tersebut, lalu pasang lampu bohlam kecil berdaya 5 Watt.

Cara lainnya bisa disimak dalam gambar berikut ini:

Inkubator darurat dengan memanfaatkan gelodok / tempat sarang lovebird.

3. Membuat mesin tetas dari boks stereofoam / triplek

Anda juga bisa memanfaatkan boks yang terbuat dari triplek maupun stereofoam sebagai mesin penetas sederhana atau inkubator. Teknis pembuatannya bisa disimak kembali pada artikel Membuat mesin tetas telur dari barang bekas.

4. Memanfaatkan mesin penghangat popok / tisu bayi sebagai mesin tetas

Mesin yang biasa digunakan untuk menghangatkan susu, tisu, dan popok bayi bisa dimanfaatkan untuk menetaskan telur burung. Untuk pembuatannya dibutuhkan peralatan seperti mesin penghangat popok bayi, beberapa lembar kertas tisu, dan sebuah wadah berisi air.

Cara pembuatannya bisa disimak dalam gambar berikut ini:

Inkubator darurat dari mesin penghangat tisu bayi

5. Membuat mesin tetas dengan memanfaatkan sepatu bekas

Sepatu bekas pun bisa dimanfaatkan untuk menetaskan telur burung.

Tahukah anda, sepatu bekas pun bisa dimanfaatkan untuk membantu penetasan telur-telur yang ditinggalkan oleh induknya. Caranya sebagai berikut:

  • Siapkan sepatu bekas yang masih bersih dan tidak berbau.
  • Masukkan wadah berisi air ke dalam sepatu tersebut.
  • Letakkan sarang berisi telur-telurnya ke bagian mulut dari sepatu.
  • Untuk keamanan, sepatu yang berisi sarang tersebut disimpan dalam sebuah kontainer atau akuarium.
  • Pasang lampu penghangat dengan menggunakan bohlam berdaya 5 Watt tepat di atas sepatu tersebut.

Demikian beberapa cara alternatif untuk menetaskan telur burung dengan menggunakan alat-alat sederhana.

 

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.