Om Ferry, pemilik Vri’s Bird Farm, termasuk salah seorang penangkar burung yang cukup kondang di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Awalnya Vri’s BF hanya beternak kenari. Kini jenis burung yang dibudidayakannya bertambah, yakni blackthroat, lovebird, dan murai batu.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Om Ferry di depan kandang penangkaran Vri’s BF Mataram.

Berbagai jenis kenari pun pernah diternakkannya, termasuk waterslager (WS), spanish timbrado (ST), yorkshire, roller, dan lizard. Produknya pun sudah tersebar di berbagai daerah, antara lain Sumbawa, Bali, Surabaya, Jogja, dan Solo.

Keberhasilan Om Ferry dalam beternak berbagai jenis burung tentu patut diacungi jempol. Semua ini bermula dari kegemarannya memelihara burung sejak kecil.

“Semasa kecil saya pernah memelihara cendet, pleci, hingga trucukan. Bahkan saya meloloh anakan-anakan burung itu hingga dewasa,” ujar Om Ferry kepada omkicau.com.

Om Ferry mewarisi hobi ayah dan pamannya. Ayahnya dulu memelihara perkutut, puter, serta ayam bangkok. Pamannya aktif mengikuti lomba burung, terutama anis merah, anis kembang, cucakrowo, wambi (hwa mei), branjangan, dan kacer.

Tahun 2001, setelah merampungkan kuliahnya, Om Ferry mendirikan Vri’s BF. Ketika itu hanya fokus beternak kenari, karena perawatan lebih mudah, burung tidak gampang stres, dan rajin bunyi.

“Karena baru selesai kuliah, kerja masih serabutan, saya memutuskan beternak kenari. Ya, untuk mengisi kekosongan waktu, sambil meneruskan hobi burung kicauan yang sudah saya tekuni sejak kecil,” lanjutnya.

Kandang kenari Vri’s BF Mataram.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Berbagai kendala mengadangnya. Apalagi saat itu sulit sekali mendapatkan induk kenari berkualitas di Mataram. Dia juga beberapa kali pernah kena tipu.

“Saya beli kenari putih, gacor di tempat penjualnya. Sampai di rumah, saya baru tahu kalau kenari itu sedang sakit. Suaranya lantas hilang. Pernah juga beli kenari F1 atau F2, tetapi diberi AF atau loper,” ujarnya.

Dari pengalaman itulah Om Ferry berniat menghasilkan kenari berkualitas dan memiliki silsilah yang jelas. Tujuannya untuk memudahkan para penggemar kenari dalam mendapatkan kenari dengan seri yang jelas dan tepat.

“Dibekali pengetahuan dari omkicau.com dan bimbingan teman-teman saya, akhirnya saya berhasil menghasilkan anakan kenari sendiri. Awalnya hanya mencetak seri AF. Namun dalam perjalanannya, saya terus memperbaiki materi indukan,” tambah Om Ferry.

Salah satu anakan kenari YS lokal hasil breeding Vri’s BF.
Sampel anakan kenari F2

Bagaimana cara memperbaiki materi indukan? Dia bekerja sama dengan para pelomba yang gaconya moncer di lapangan, bahkan beberapa kali membeli burung berprestasi.

Kini, Vri’s BF mempunyai 12 kandang kenari. Om Ferry menerapkan metode poligami, di mana setiap kandang berisi seekor pejantan dan 3 ekor betina.

Setelah sukses beternak burung kenari, Om Ferry kemudian membudidayakan blackthroat, lovebird, dan murai batu.

Penangkaran blackthroat juga menerapkan metode poligami. Ada delapan kandang, di mana setiap kandang berisi seekor pejantan dan 2 ekor betina.

Vri’s BF: Kandang kenari dan blackthroat.

Tetapi untuk penangkaran lovebird (10 kandang) dan murai batu (4 kandang), Vri’s BF menerapkan metode monogami, atau setiap kandang berisi satu pasangan induk saja.

Vri’s BF: Kandang koloni lovebird.

Untuk mengelola breeding empat jenis burung tersebut, Om Ferry hanya dibantu seorang karyawan. Pakan yang digunakan dibelinya secara kiloan, kemudian dicuci bersih dan dicampur dengan racikan khusus.

Racikan pakan untuk burung induk

Berikut ini racikan pakan untuk burung-burung induk di kandang ternak Vri’s BF Mataram:

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

  • Racikan lovebird (2 : 1), terdiri atas 2 kg milet putih dan 1 kg canary seed.
  • Racikan kenari (70 : 20 : 10), terdiri atas 70% canary seed, 20% sawi, dan 10 % niger seed.
  • Racikan blackthroat (60 : 20 : 10 : 10), terdiri atas 60% biji jewawut, 20% canary seed, 10% niger seed, dan 10 % sawi.

Khusus penangkaran murai batu, pakan utama berupa voer kiloan. Pakan tambahan / extra fooding (EF) terdiri atas kroto dan jangkrik yang diberikan secara ad libitum (sepuasnya burung). Cacing, ulat hongkong, dan ulat kandang diberikan secara bergantian selama 1 minggu.

Kandang ternak murai batu milik Vri’s BF Mataram.

“Saya juga ternak jangkrik sendiri. Dengan demikian, saya tahu kalau jangkrik yang dikonsumsi induk murai batu selalu bersih dan berkualitas,” tambah Om Ferry yang juga memiliki toko pakaian.

Salah satu induk murai batu dengan panjang ekor 20 cm.

Untuk meningkatkan produktivitas induk dan menjaga kebugaran anakan, Om Ferry menambahkan madu dan minyak ikan. “Perawatan anakan saya serahkan kepada induknya, karena kualitasnya lebih bagus daripada jika kita loloh sendiri,” ujarnya.

Vri’s BF Mataram juga memiliki ruang pemasteran tersendiri.
Suasana penjemuran burung kenari hasil breeding Vri’s BF.
Koleksi anakan kenari produksi Vri’s BF.

Suka-duka dalam penangkaran burung

Salah satu kebahagiaan Om Ferry dalam beternak burung adalah saat mampu menghasilkan anakan yorkshire (YS) lokal yang berkualitas istimewa.

Ditanya soal omzet per bulan, dia mengatakan jumlahnya tidak menentu. Sebab breeding burung ini hanya sekadar hobi. Kalau ada laba, itu merupakan bonus. Yang penting dapat menutup biaya pakan dan menggaji karyawan.

Duka dalam beternak juga beberapa kali dirasakan, tetapi itu sudah menjadi risiko setiap penangkar. Misalnya ketika induk dan / atau anakan mati tanpa sebab.

Vri’s BF: Kandang ternak blackthroat, dan anakan yang mati.

Bahkan ada kejadian yang menyakitkan dirinya sebagai peternak. Pernah kenari hasil ternaknya yang dibeli seorang pemain menjuarai lomba. Nah, ketika burung dipantau kicaumania lainnya, si pemilik mengaku kalau kenari itu hasil dibeli dari Jawa.

“Padahal ring di kakinya kelas ring saya. Lalu ada pula yang menggunting ringnya agar tidak diketahui kenari tersebut berasal dari Lombok,” tandas Om Ferry.

Sampel ring Vri’s BF.

Namun semua pengalaman pahit itu coba difahaminya saja. Yang penting, dia akan selalu mencetak dan terus mencetak burung-burung jawara.

Mengakhiri pembicaraan dengan omkicau.com, Om Ferry berpesan kepada para penangkar pemula untuk tidak malu bertanya kepada yang lebih faham.

“Selain itu, jangan cepat patah semangat. Sebab kegagalan adalah pembelajaran untuk menjadi lebih baik. Apalagi beternak burung membutuhkan kesabaran dan ketelatenan tersendiri.” pungkasnya. (neolithikum)

Om Ferry saat lawatan ke Eropa.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.