Padi SMI BF Sukabumi –Omkicau.com selalu senang setiap kali menayangkan profil peternak / breeder burung kicauan, apapun jenisnya. Selain mewartakan arti penting pelestarian burung, upaya ini sekaligus juga dapat menjadi inspirasi mengenai lapang pekerjaan baru bagi yang belum bekerja, atau usaha tambahan bagi yang sudah bekerja.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Kali ini omkicau.com ingin mengangkat penangkaran murai baru Padi SMI BF Sukabumi yang dikelola Om Supadi. Sehari-hari, Om Supadi bekerja sebagai penilik sekolah (PS). Sejak dulu, dia juga memiliki hobi burung kicauan, khususnya murai batu.

Om Supadi bersama istri.

Sebelum mendirikan Padi SMI BF, Om Supadi kerap membeli murai batu muda hutan atau tangkapan alam. Namun sebagian besar tidak bisa bertahan lama.

Dia lalu berfikir, jika banyak orang yang seperti dirinya, berapa ribu ekor murai batu di alam liar yang ditangkap dan diperjuabelikan? Kalau ini terus dibiarkan, tentu populasi murai batu di alam liar kian menipis, dan suatu saat di ambang kepunahan.

Dari situlah Om Supadi menghentikan kebiasaan membeli murai batu muda hutan. Dia memutuskan beternak murai batu, sebagai sumbangsihnya (bersama para penangkar lainnya) dalam pelestarian murai batu.

Kandang ternak murai batu Padi SMI BF (tampak dari luar).

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Awal tahun 2015, dia merealisasikan cita-citanya beternak murai batu, dengan mendirikan Padi SMI BF. Modalnya waktu itu hanya dua petak kandang, berisi dua pasangan induk.

Dengan penuh kesabaran, Om Supadi menjalankan usahanya ini. Produksi pertama baru dipanennya pada November 2016. Hal ini langsung menggugah semangatnya untuk mengembangkan breeding murai batunya.

Awal Januari 2017, Padi SMI BF sudah memiliki 9 petak kandang. Lantaran lahan terbatas, Om Supadi terpaksa “menyulap” beberapa ruangan di dalam dan luar rumah menjadi kandang dadakan.

Bekas kamar mandi pun “disulap” jadi kandang ternak murai batu.

Sejak itu, produksi makin lancar. Hingga akhir tahun 2017, Padi SMI SF sudah menghasilkan lebih dari 100 ekor trotolan murai batu. Saat ini Om Supadi dibantu seorang karyawan serta beberapa anggota keluarganya.

Padi SMI BF fokus pada penangkaran murai batu ekor putih asal Sumatera. Materi induk jantan pada umumnya diperoleh dengan membeli murai batu eks jawara lomba di seputaran Sukabumi, kendati sebagian besar non-ring.

“Ada juga beberapa indukan hasil penangkaran, termasuk ring SKL BF Indramayu. Biasanya saya pilih murai batu yang memiliki mental bagus, bodi besar, variasi suaranya lengkap, dan volumenya keras,” jelas Om Supadi.

Untuk induk betina, awalnya membeli dari penangkar-penangkar ternama. Kini, semua induk betina berasal dari hasil penangkarannya sendiri (ring Padi SMI BF).

Beberapa model kandang ternak murai batu Padi SMI BF Sukabumi,

Pengelolaan kandang, indukan, dan trotolan murai batu

Setiap petak kandang memiliki ukuran berbeda-beda, karena disesuaikan dengan ruangan di sekitar rumah. Ada petak kandang yang berukuran lebar 3 meter, panjang 4 meter, dan tinggi 4 meter.

Namun ada juga ukuran lainnya (2,5 m x 4 m × 4,5 m dan 2 m x 3,5 m × 3 m. Ukuran kandang ini relatif lebih besar daripada yang biasa digunakan para penangkar lainnya.

Salah satu ruangan dalam rumah yang beralihfungsi menjadi kandang murai batu.

Induk jantan hidup secara poligami murni. Artinya, induk jantan disatukan bersama beberapa betina di kandang yang sama.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

“Ada seekor pejantan yang hidup bersama dua ekor betina, tetapi ada juga yang hidup bersama tiga atau bahkan empat betina sekaligus,” jelas Om Supadi.

Sembilan petak kandang masing-masing berisi seekor pejantan. Adapun induk betina berjumlah 27 ekor. Dengan menerapkan sistem poligami murni inilah, Padi SMI BF bisa menempatkan 9 ekor murai batu jantan dan 27 ekor betina dalam sembilan petak kandang. Irit bukan?

Sistem poligami: Lihat, dalam satu kandang ada beberapa kotak sarang.

Untuk meningkatkan produktivitas indukan, Om Supadi memberikan jangkrik sekenyangnya burung. Kroto dan cacing tanah diberikan seminggu sekali, sedangkan ulat hongkong sebulan sekali.

Anakan yang baru menetas dibiarkan dalam pengasuhan induknya selama beberapa hari. Pada umur 6-8 hari, anakan dipanen untuk dibesarkan dalam boks khusus.

Anakan murai batu sebelum dipanen.

Anakan murai batu dibesarkan dengan cara diloloh menggunakan voer khusus, dicampur jangkrik, kroto, dan cacing tanah. Ini dilakukan hingga umur 20 hari. Pada umur tersebut, anakan murai batu biasanya sudah purtot (ngepor total / voer total).

Penjemuran anakan murai batu yang sudah purtot.

Pemasaran produk Padi SMI BF

Selanjutnya, anakan / trotolan murai batu akan dibesarkan hingga umur 2 bulan dan siap dipasarkan. Om Supadi tak mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, karena para pembeli langsung datang ke rumahnya.

Trotolan murai batu produksi Padi SMI BF Sukabumi,

Pembeli tidak hanya berasal dari daerah-daerah di Kota / Kabupaten Sukabumi, karena banyak juga yang datang dari luar kota, antara lain Depok, Bekasi, Jakarta, Bogor, Bandung.

Harga trotolan murai batu umur 1 – 2 bulan relatif terjangkau, yakni Rp 2 juta – 2,5 juta (jantan) dan Rp 1,3 juta – 1,5 juta (betina). Padi SMI BF juga menyediakan murai batu betina siapan ternak (umur 7-10 bulan) dengan harga Rp 2 – 2,5 juta / ekor.

Trotolan murai batu siap dipasarkan.

Omzet penjualan per bulan tidak bisa dipastikan, namun rata-rata mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 20 juta, tergantung produktivitas indukan.

Meski baru tiga tahun beternak murai batu, Om Supadi terbilang sukses. Kuncinya adalah mengelola usaha dengan senang, tekun, ulet, tidak pernah bosan belajar, dan terus berinovasi.

Setiap usaha pasti diwarnai suka dan duka. Begitu pula yang dirasakan Om Supadi. Sukanya, ya tentu kalau panen berlimpah.

“Dukanya, kalau musim kemarau, banyak induk yang mabung dan berhenti produksi. Atau saat harga pakan mahal, atau jangkrik langka,” tambahnya.

 

Jika pembaca omkicau.com ingin sharing masalah breeding murai batu, silakan mampir ke kediaman Om Supadi MPd: Gang PLN Neglasari RT 02 / RW 024, Kelurahan / Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (neolithikum)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.