Kelas lovebird baby saat ini makin diminati para kicaumania, bahkan menjadi kelas favorit dalam setiap lomba, latber, maupun latpres burung berkicau. Fenomena ini dijumpai hampir di semua daerah di Indonesia. Peternak lovebird pun harus jeli melihat peluang emas tersebut. Apa yang dilakukan Hadi Agam BF Metro dalam menyikapi hal ini?

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Om Hadi (kiri) bersama salah seorang pembeli yang datang ke rumahnya.

Sebelas tahun lalu, Om Hadi Wijaya Saputa mulai mencoba beternak lovebird, dengan bermodal satu pasangan induk saja. Dia fokus pada lovebird kekean, atau lovebird dengan durasi ngekek yang panjang.

“Waktu kecil, kedua orangtua memanggil saya dengan nama Agam. Makanya usaha ini saya beri nama Hadi Agam Bird Farm,” kata Om Hadi yang juga aktif melombakan burung-burungnya.

Karena fokusnya pada lovebird kekean, maka salah satu atau kedua induknya harus memiliki durasi ngekek yang panjang. Syukur-syukur pernah berprestasi di arena lomba.

Apabila sudah mendapatkan calon induk jantan dan betina, keduanya dimasukkan ke kandang penjodohan yang berukuran 1,2 x 3 m2 dan tinggi 2 meter. Kandang koloni ini dilengkapi dengan sejumlah gelodok, yang jumlahnya disesuaikan dengan calon pasangan induk.

Kandang breeding lovebird model koloni.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

“Di kandang koloni, burung bisa bergerak bebas, terbang kesana-kemari. Induk lebih sehat, produksi bertahun-tahun selalu bagus, karena tidak mudah gemuk,” jelas Om Hadi.

Agar mendapatkan hasil maksimal, kuncinya pada ketersediaan pakan dan kebersihan kandang. Apabila pakan selalu cukup dan bergizi, serta kondisi kandang selalu bersih, steril dan tidak lembab, maka produksi induk dipastikan lancar.

Untuk perawatan anakan lovebird, Om Hadi melihat sikon. Jika pesanan sedang ramai, anakan disapih serta diloloh dengan bantuan spet (hand feeding). Namun jika kondisi sedang sepi, anakan lovebird akan dirawat dan diloloh sendiri oleh induknya.

Jika pasaran ramai, anakan disapih dan diloloh menggunakan spet.

Peternak lovebird harus jeli melihat peluang

Menurut Om Hadi, kelas lovebird baby kini makin ramai. Itu tidak hanya dijumpai di Lampung, tetapi juga di berbagai daerah lainnya di Indonesia. Ini menjadi peluang bagi peternak lovebird agar saling berlomba menciptakan baby-baby berkualitas.

Beberapa lovebird baby hasil breeding Hadi Agam BF.

Om Hadi, misalnya, melakukan perawatan spesial terhadap anakan lovebird ketika memasuki umur 2 bulan. Burung dirawat khusus agar memiliki mental dan kualitas bertanding di arena lomba, latpres, atau sekadar latber.

“Memandikan dan menjemur anakan lovebird menjadi rutinitas sehari-hari. Burung mandi dua hari sekali. Penjemuran hanya berlangsung 30 menit, itu pun pada pagi hari, sekitar jam setengah delepan,” jelasnya.

Penjemuran lovebird baby dilakukan rutin, cukup 30 menit saja.

Untuk melatih mental bertanding, Om Hadi melakukan gathering (ngetrek) terhadap lovebird-lovebird baby yang diorbitkannya. Jadwal ngetrek tiga kali seminggu, karena penting untuk membentuk karakter fighter.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Bagaimana dengan pakan lovebird baby? Om Hadi cukup menggunakan milet putih kiloan. Pakan tambahan (EF) seperti jagung muda dan bayam diberikan seminggu sekali.

Untuk pakan indukan, serta lovebird dewasa lainnya, dia menggunakan campuran milet putih, canary seed, dan gabah merah (3 : 1 : 1). Kangkung dan jagung muda tak boleh telat, terutama bagi induk yang meloloh anaknya.

Anakan lovebird dimaster menggunakan burung hidup tengkek buto dan kapas tembak. Namun jika tak ada burung masteran, bisa juga menggunakan audio dengan nada dominan tengkek buto.

Suka-duka beternak lovebird

Suka-duka pasti pernah dialami para peternak / penangkar lovebird, tidak terkecuali Hadi Agam BF. Ada pengalaman pahit yang pernah dialami Om Hadi, yakni ketika 30 pasang induk berkualitas lenyap digondol maling.

“Itu terjadi pada masa awal beternak lovebird, masih di rumah orangtua. Semula cuma sepasang, kemudian berkembang pesat menjadi puluhan pasang, eh… tahunya lenyap digarong pencuri,” kenangnya.

Penyakit snot juga pernah menghabiskan hampir seluruh materi induk di kandang ternak. Itu karena kurang memperhatikan kebersihan kandang.

“Tetapi, banyak juga sukanya. Melalui usaha ini, saya dapat memberangkatkan istri untuk beribadah umroh dan mencukupi kebutuhan keluarga sehari hari,” tambah Om Hadi yang juga memiliki usaha dagang bakso.

Sertifikat resmi penangkaran lovebird Hadi Agam BF.

Sejauh ini, pemasaran anakan lovebird produksi Hadi Agam BF berjalan lancar. Pembeli serta pelanggannya rata-rata para pemain di Lampung, maupun dari daerah lain di Sumatera, Jawa , Kalimantan, dan Sulawesi.

Karena produk yang dijualnya memang kualitas lomba, para pembeli kerap mengirim kabar dan foto ketika berhasil meraih juara. Harga lovebird baby dibanderol Rp 1,5 juta – Rp 2,5 juta, tergantung durasi induknya (minimal 50 detik).

Kiriman foto dari pembeli ketiga lovebird babynya moncer di lapangan.

Keberhasilannya dalam beternak lovebird membuatnya tertarik untuk mengembangbiakkan jenis burung lainnya. Yang sudah dijalaninya adalah beternak murai batu. “Belum banyak sih, karena baru dimulai tiga bulan lalu. Tapi sudah ada induk yang berproduksi,” kata Om Hadi.

Bagi rekan-rekan kicaumania yang ingin beternak lovebird, Om Hadi menyarankan jangan pelit berinvestasi. Investasi terbesar bagi peternak burung adalah materi indukan.

“Kalau bisa, cari indukan yang punya durasi panjang, meski harganya agak mahal sedikit. Tetapi saya yakin, 75 persen sifat-sifat unggul induk ini akan menurun pada anak-anaknya. Pesan lainnya, jadilah penangkar yang jujur, sabar, dan selalu mau bekerja keras,” tandasnya. (neolithikum)

Setiap ada pembeli, Om Hadi selalu mengajak foto bareng dengan latar poster Wali Songo.
Ring Hadi Agam BF yang baru (kiri) dan lama.

Penangkaran lovebird Hadi Agam BF

Kontak: Om Hadi Wijaya Saputra (WA 0856-5833-4997)

Facebook: Hadi Agam

Farm: Jalan AH Nasution No 28, Metro Timur, Provinsi Lampung.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.